Identifikasi stakeholders Stakeholders CB-GSK-BB

5.2 Stakeholders CB-GSK-BB

Stakeholders Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu CB-GSK-BB yaitu individu, kelompok atau organisasi yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Menurut Race dan Miller 2006 pemangku kepentingan stakeholders didefinisikan sebagai individu, masyarakat, atau organisasi yang secara potensial mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu kegiatan atau kebijakan. Pihak-pihak tersebut stakeholders memiliki pengaruh dan kepentingan yang berbeda-beda, untuk itu terlebih dahulu perlu diketahui siapa saja stakeholders yang berpengaruh terhadap pengelolaan serta bagaimana kepentingannya dalam pengelolaan CB-GSK-BB.

5.2.1 Identifikasi stakeholders

Tahap pertama dari analisis stakeholders adalah identifikasi stakeholders. Colfer et al. 1999a, 1999b menyebutkan bahwa untuk menentukan siapa yang perlu dipertimbangkan dalam analisis stakeholders dilakukan dengan mengidentifikasi dimensi yang berkaitan dengan interaksi masyarakat dengan hutan . Hasil identifikasi stakeholders berdasarkan hasil telaah dari Keputusan Gubernur Riau SKpts. Nomor 920V2010 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Pengelolaan CB-GSK-BB dan ditambah dengan hasil pengamatan di lapangan menggunakan teknik purposive sampling dilihat dari keterlibatan stakeholders dalam pengelolaan CB-GKS-BB menghasilkan 31 stakeholders. Keterlibatan tersebut dikarenakan dapat mempengaruhidipengaruhi oleh suatu kebijakan dan tindakan dalam pengelolaan CB-GSK-BB Tabel 7. Stakeholders diklasifikasikan ke dalam 7 kelompok yakni unsur masyarakat kepala desa, pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, LSM, Perguruan Tinggi, perusahaan dan Majelis Ilmiah. Stakeholders unsur masyarakat yakni kepala desa terdiri dari Kepala Desa Tasik Betung, Kepala Desa Tasik Serai Timur, Kepala Desa Tasik Serai, Kepala Desa Temiang dan Kepala Desa Tanjung Leban. Sebagai stakeholders, masyarakat akan dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Tempat tinggal yang berdekatan dengan kawasan hutan zona inti CB-GSK-BB dan secara emosional, baik dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan nilai-nilai budaya yang dimiliki, sangat bergantung dan dipengaruhi oleh keberadaan hutan. Berdasarkan data LIPI 2008, mata pencaharian penduduk pada kelima desa tersebut sebagian besar masih terkait dengan subsisten pertanian, terutama perkebunan sawit, karet dan perikanan. Ketergantungan masyarakat kepada lahan hutan sudah terjadi sejak orangtua mereka dahulu membuka lahan sesuai dengan kebutuhan mereka dengan melakukan peladangan berpindah. Masyarakat lokal etnis Melayu telah lama berkebun karet Hevea brasiliensis yang diintroduksi di masa penjajahan Belanda. Perkebunan kelapa sawit baru dimulai beberapa tahun terakhir sejak banyak pendatang etnis Batak dan Jawa. Oleh karenanya, masyarakat berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya dengan bergantung pada kawasan hutan. Tabel 7. Stakeholders pengelolaan CB-GSK-BB No Stakeholders Keterangan 1 Kepala Desa Tasik Betung KTB Dipengaruhi 2 Kepala Desa Tasik Serai Timur KTST Dipengaruhi 3 Kepala Desa Tasik Serai KTS Dipengaruhi 4 Kepala Desa Temiang KTG Dipengaruhi 5 Kepala Desa Tanjung Leban KTL Dipengaruhi 6 Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BengkalisBPKPB Dipengaruhi 7 Badan Lingkungan Hidup Bengkalis BLHB Mempengaruhi 8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bengkalis DHKB Mempengaruhi 9 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bengkalis DBWB Mempengaruhi 10 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Siak DHKS Mempengaruhi 11 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Siak DBWS Mempengaruhi 12 Badan Lingkungan Hidup Siak BLHS Mempengaruhi 13 Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Siak BPKPS Mempengaruhi 14 Yayasan Penyelamatan Harimau Sumatera YPHS Mempengaruhidipengaruhi 15 Siak Cerdas SC Mempengaruhidipengaruhi 16 Dinas Kehutanan Provinsi Riau DHR Mempengaruhi 17 Dinas Perkebunan Provinsi Riau DKR Mempengaruhi 18 Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau DILR Mempengaruhi 19 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau DBWR Mempengaruhi 20 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Riau BPDR Mempengaruhi 21 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau BLHR Mempengaruhi 22 Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau BPPR Mempengaruhi 23 Universitas Lancang Kuning UNILAK Mempengaruhidipengaruhi 24 Universitas Islam Riau UIR Mempengaruhidipengaruhi 25 Universitas Riau UNRI Mempengaruhidipengaruhi 26 Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau BBKSDA Mempengaruhi 27 Majelis Ilmiah MI Mempengaruhidipengaruhi 28 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Mempengaruhidipengaruhi 29 Sinar Mas Forestry SMF Mempengaruhi 30 Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan PHKA Mempengaruhi 31 Komite Nasional MAB-Indonesia MAB Mempengaruhi Direktorat Jenderal Perlidungan Hutan dan Konservasi Alam Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BBKSDA Riau sangat memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kelestarian fungsi ekosistem CB-GSK-BB. Sesuai dengan tupoksi yang diembannya, stakeholders tersebut bertangungjawab dalam pengelolaan Suaka Margasatwa SM Giam Siak Kecil dan SM Bukit Batu yang merupakan zona inti CB-GSK- BB. Sehingga pengelolaan CB-GSK-BB secara umum tidak bisa terlepaskan dari stakeholders ini. Pengelolaan setiap kegiatan yang berhubungan dengan program pemerintah daerah berada pada instansi terkait, baik Dinas di Provinsi Riau maupun di kabupaten Siak dan Bengkalis. Instansi pemerintah daerah, seperti Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta beberapa dinas lainnya memiliki kesamaan misi yang berkaitan dengan pengelolaan CB-GSK-BB antara lain pemberdayaan masyarakat dalam suatu kegiatan pengelolaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyebabkan stakeholders pemerintah mempengaruhi kebijakan yang diputuskan serta tindakan yang akan dilakukan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Perguruan Tinggi yang terlibat adalah Universitas Lancang Kuning, Universitas Islam Riau dan Universitas Riau. Ketiga perguruan tinggi ini merupakan stakeholders yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Universitas tersebut memiliki kepentingan yang sama dalam melaksanakan pendidikan lingkungan serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap pelestarian fungsi ekosistem hutan. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang turut berperan dalam pengelolaan CB-GSK-BB adalah Yayasan Penyelamatan Harimau Sumatera YPHS dan Siak Cerdas SC. Kedua LSM tersebut melaksanakan kegiatannya dibidang pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan, pelatihan dan advokasi kebijakan dalam pengelolaan hutan. YPHS dan SC dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan CB-GSK-BB. Sinar Mas Forestry SMF sebagai pihak swasta yang menginisiasi terbentuknya CB-GSK-BB memiliki kepentingan yang sangat tinggi terhadap keseimbangan fungsi ekosistem yakni upaya pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati. SMF memiliki peranan yang dominan dikarenakan faktor pengaruh yang dimiliki perusahaan, seperti kemampuan dalam memberikan kompensasi, jumlah anggaran yang dimiliki dan kapasitas organisasi perusahaan. Hal tersebut menyebabkan stakeholder ini mempengaruhi kebijakan yang diputuskan serta tindakan yang akan dilakukan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Majelis Ilmiah, LIPI dan Komite Nasional Man and Biosphere MAB UNESCO-Indonesia memiliki kepentingan yang sama dalam pengembangan keilmuan melalui kegiatan-kegiatan penelitian sumberdaya alam hayati, kehidupan sosial, ekonomi dan nilai-nilai budaya masyarakat yang berada pada CB-GSK-BB. Majelis Ilmiah dan LIPI merupakan stakeholders yang dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi kebijakan pengelolaan CB-GSK-BB. Sedangkan Komite Nasional MAB sesuai dengan tupoksi yang diemban, stakeholder ini mempengaruhi kebijakan yang diputuskan serta tindakan yang akan dilakukan dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Ketiga puluh satu stakeholders di atas merupakan pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan pengelolaan CB-GSK-BB. Stakeholders inilah yang memegang peranan penting dalam pengelolaan CB-GSK-BB. Peranan masing-masing stakeholders dijabarkan lebih lanjut dalam konteks kepentingan interest, nilai penting importance dan pengaruh influence.

5.2.2 Kepentingan interest stakeholders