habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan
kedalaman lebih dari 20 m.
2.3.2 Karakteristik Hutan Rawa Gambut
Gambut terbentuk di wilayah depresi karena adanya penimbunan bahan organik tumbuhan rawa pada kondisi yang tergenang atau anaerob sehingga
gambut memiliki karakteristik kerapatan volume bulk density yang rendah dengan kemasaman yang tinggi. Tanah mineral pada ekosistem rawa merupakan
tanah aluvial yang dapat berupa endapan laut marine sediment, endapan sungai flufiatile sediment atau campuran keduanya flufiatile-marine sediment. Koloid
gambut merupakan bagian yang melayang dan terintegrasi dengan larutan dan atau air gambut. Berbeda dengan koloid mineral yang integral dengan fisiko-
kimia liat. Berdasarkan ekosistem lahan rawa dicirikan oleh dua ekosistem utama ekosistem hutan dan ekosistem yang berkaitan dengan air Barchia 2006.
Karakteristik yang umum pada lahan gambut adalah kandungan bahan organiknya yang tinggi, pH yang rendah, Nilai KTK Kapasitas Tukar Kation
yang tinggi dan nilai KB Kejenuhan Basa yang rendah, hal ini dapat memberikan kondisi unsur hara yang rendah Daryono 2009.
Gambut mempunyai karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh jenis tanah yang lain. Kemampuan tanah gambut menyerap air sangat tinggi.
Sebaliknya apabila dalam kondisi yang kering, gambut sangat ringan dengan berat volume yang sangat rendah dan mempunyai sifat hidrofobik sulit
menyerap air dan akan mengambang apabila terkena air. Pada kondisi demikian gambut dapat mengalami amblesan land subsidence dan mudah terbakar
Sumargo et al. 2011.
2.3.3 Penyebaran Hutan Rawa Gambut
Perkiraan luas dan penyebaran lahan gambut di Indonesia cukup beragam dan belum dibakukan, karenanya data luasan yang dapat digunakan masih dalam
kisaran 13,5 - 26,5 juta. FWI Forest Watch Indonesia melakukan digitasi dan pengelompokan ulang dengan mengabaikan data kedalaman gambut untuk
menghasilkan data spasial lahan gambut. Sebaran lahan gambut di Indonesia yang teridentifikasi berada di Sumatera, Kalimantan dan Papua seluas 20,80 juta ha.
Sampai dengan tahun 2009, lahan gambut yang memiliki tutupan hutan adalah 10,77 juta ha atau 51 dari luas lahan gambut di Indonesia. Papua merupakan
wilayah yang memiliki tutupan hutan di lahan gambut terbesar di Indonesia yakni seluas 6,15 juta ha atau setara 57,13, diikuti Kalimantan seluas 2,78 juta
ha atau setara 25,85 dan Sumatera seluas 1,83 juta ha atau setara 17,02 Sumargo et al. 2011.
Lahan rawa gambut di daerah tropis mencakup areal seluas 38 juta ha dari total seluas 200 juta ha yang terdapat di seluruh dunia. Luas lahan gambut di
Indonesia diperkirakan terdapat antara 13,5 - 26,5 juta ha Daryono 2009. Tim Sintesis Kebijakan 2008 menyatakan lahan rawa gambut di Indonesia cukup
luas, mencapai 20,6 juta ha atau 10,8 dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar, yaitu Sumatera 35,
Kalimantan 32, Sulawesi 3, dan Papua 30 .
2.3.4 Tinggi Muka Air Gambut
Tinggi Muka Air TMA adalah ukuran jarak antara permukaan air terhadap permukaan tanah. Ketinggian air tanah di lahan gambut dipengaruhi oleh musim.
Pada musim hujan air di lahan gambut dapat mencapai 0,5 m di atas permukaan tanah, tetapi pada musim kemarau dapat turun mencapai 1,5 m di bawah
permukaan tanah Hidayah 2004. Terjadinya hujan yang dipengaruhi waktu dapat mempengaruhi jumlah air
pada tanah gambut melalui tinggi muka airnya. Besarnya pola perilaku TMA dapat dilihat dari gradien perubahannya. Gradien perubahan TMA gambut
menunjukkan kecepatan kenaikan dan penurunan tinggi muka air Hidayah 2004.
2.3.5 Iklim Mikro Hutan Rawa Gambut