Pengertian Hutan Rawa Gambut Karakteristik Hutan Rawa Gambut

Pada pemanenan kayu dengan sistem silvikultur tebang pilih, dampak kegiatan penebangan dan penyaradan sangat tergantung dari intensitas penebangan jumlah batang pohon yang ditebang per hektar. Semakin tinggi intensitas penebangan, makin luas juga keterbukaan arealnya Elias 2008.

2.3 Hutan Rawa Gambut

2.3.1 Pengertian Hutan Rawa Gambut

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 bahwa yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Gambut secara harfiah diartikan sebagai onggokan sisa tanaman yang tertimbun dalam masa dari ratusan bahkan sampai ribuan tahun. Menurut epistemologi gambut adalah material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan atau jenuh air, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sebagian yang mengalami perombakan decomposed. Menurut konsep pedologi, gambut adalah bentuk hamparan daratan yang morfologi dan sifat-sifatnya sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik yang dikandungnya Noor 2010. Kepres No. 32 tahun 1990 dan Undang-Undang No. 21 tahun 1992 tentang penataan ruang kawasan bergambut menetapkan kawasan bergambut dengan ketebalan 3 m atau lebih, yang letaknya di bagian hulu sungai dan rawa, ditetapkan sebagai kawasan lindung, yang berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta melindungi ekosistem yang khas di kawasan tersebut. Lahan rawa adalah lahan yang menempati posisi peralihan antara daratan dan perairan. Lahan ini sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air waterlogged atau tergenang. Keputusan Menteri PU No. 64 PRT1993 menyatakan lahan rawa dibedakan menjadi dua, yaitu rawa pasang surutrawa pantai dan rawa nonpasang surutrawa pedalaman Tim Sintesis Kebijakan 2008. Menurut Daryono 2009 hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 m.

2.3.2 Karakteristik Hutan Rawa Gambut

Gambut terbentuk di wilayah depresi karena adanya penimbunan bahan organik tumbuhan rawa pada kondisi yang tergenang atau anaerob sehingga gambut memiliki karakteristik kerapatan volume bulk density yang rendah dengan kemasaman yang tinggi. Tanah mineral pada ekosistem rawa merupakan tanah aluvial yang dapat berupa endapan laut marine sediment, endapan sungai flufiatile sediment atau campuran keduanya flufiatile-marine sediment. Koloid gambut merupakan bagian yang melayang dan terintegrasi dengan larutan dan atau air gambut. Berbeda dengan koloid mineral yang integral dengan fisiko- kimia liat. Berdasarkan ekosistem lahan rawa dicirikan oleh dua ekosistem utama ekosistem hutan dan ekosistem yang berkaitan dengan air Barchia 2006. Karakteristik yang umum pada lahan gambut adalah kandungan bahan organiknya yang tinggi, pH yang rendah, Nilai KTK Kapasitas Tukar Kation yang tinggi dan nilai KB Kejenuhan Basa yang rendah, hal ini dapat memberikan kondisi unsur hara yang rendah Daryono 2009. Gambut mempunyai karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh jenis tanah yang lain. Kemampuan tanah gambut menyerap air sangat tinggi. Sebaliknya apabila dalam kondisi yang kering, gambut sangat ringan dengan berat volume yang sangat rendah dan mempunyai sifat hidrofobik sulit menyerap air dan akan mengambang apabila terkena air. Pada kondisi demikian gambut dapat mengalami amblesan land subsidence dan mudah terbakar Sumargo et al. 2011.

2.3.3 Penyebaran Hutan Rawa Gambut