Sifat Fisik Tanah Gambut Setelah Pemanenan

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Enrico 1997 pada hutan rawa gambut yang menghasilkan keterbukaan akibat TPn 0,8 hablok tebang, jalan sarad 0,04-0,05 hablok tebang serta jalan angkut dan pemanenan itu sendiri 0,4-0,6 ha blok tebang. Keterbukaan total akibat pemanenan adalah 6.775,67 m 2 blok tebang. Akan tetapi tidak dijelaskan pengukuran tersebut dilakukan pada pemanenan manual atau mekanis. Penelitian Kurniawan 2002 menyebutkan rata-rata keterbukaan yang ditimbulkan oleh penebangan adalah 1.679 m 2 ha dengan intensitas tebang 29 pohonha atau 57,89 m 2 pohon dan rata-rata keterbukaan akibat penyaradan adalah 571,68 m 2 ha dengan rata-rata panjang jalan 329,05 m dan lebar 1,44 m. Pada hutan tropis Kalimantan hutan bukan gambut, penelitian yang dikemukakan oleh Nasution 2009 menghasilkan luas terbuka akibat pembuatan TPn, jalan sarad, penebangan dan jalan angkut berturut- turut adalah 0,12; 17,72; 196,85 m 2 pohon dan 4,7. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan nilai yang diperoleh dari hasil penelitian ini yang disebabkan oleh perbedaan kondisi hutan dan metode pengukuran yang berbeda pula. Semakin sedikit areal yang terbuka dengan produktivitas tertentu maka kegiatan pemanenan hutan kayu semakin baik untuk kelestarian hutan. Penggunaan logfisher pada petak semi mekanis menyebabkan keterbukaan areal lebih tinggi dari pada petak manual. Berdasarkan rasio keterbukaan areal pada petak manual dengan petak semi mekanis tanpa menggunakan logfisher, diperoleh luas keterbukaan pada petak manual 1,21 kali lebih luas daripada keterbukaan areal di petak semi mekanis, sedangkan jika menggunakan logfisher keterbukaan areal pada petak manual 0,71 kali dari luas keterbukaan petak semi mekanis. Penambahan luas keterbukaan areal oleh logfisher sebesar 1000 m 2 ha atau sebesar 70,6. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan logfisher dapat menyebabkan keterbukaan areal di petak semi mekanis meningkat.

5.3 Sifat Fisik Tanah Gambut Setelah Pemanenan

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 buah yang diambil dari areal yang terbuka dan hutan primer. Karakteristik tanah gambut dapat dilihat melalui analisis sifat fisika dan kimianya. Sifat fisik tanah yang diukur melalui contoh tanah pada 22 titik pengambilan meliputi kadar air, bulk density dan porositas tanah gambut. Tabel 2 Perubahan sifat fisik tanah akibat pemanenan Sifat Fisik Tanah Petak manual Petak semi mekanis Jalan angkut Hutan primer TPN Jalan sarad Bekas tebangan TPN Jalan sarad Bekas tebangan kadar air 755,30 784,79 635,73 858,58 746,41 947,24 741,13 684,3 Bulk density gcm 3 0,12 0,12 0,14 0,11 0,12 0,1 0,12 0,14 Porositas 88,77 88,53 85,76 89,42 88,02 90,45 88,24 86,43 Kadar air gambut sangat penting diketahui, salah satunya untuk merancang tata letak drainase yang efisien. Menurut Andriesse 1988 kadar air tanah gambut di pengaruhi oleh kematangan gambut, derajat dekomposisi, dan asal botanis bahan organik pembentuknya. Hasil analisis tanah gambut pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada hutan primer 684,3 dan pada areal terbuka berkisar 635,73 - 947,24 dengan kedalaman satu meter. Nilai tersebut berada dalam kisaran nilai kadar air pada penelitian Noor 2001 yaitu antara 500 - 1000. Penelitian Utama 2012 menyatakan bahwa kadar air pada ketebalan 5 m di hutan primer dan LOA Logged Over Area adalah 886,03 dan 884,18. Nilai tersebut lebih tinggi dari pada hasil penelitian ini yaitu 684,3 pada hutan primer dan pada areal terbuka berkisar 635,73 - 947,24 dengan ketebalan 1 m. Hal ini menunjukkan bahwa ketebalan juga dapat mempengaruhi jumlah kadar air tanahnya, selain itu metode pengambilan contoh tanah dan waktu pelaksanaan juga dapat menyebabkan perbedaan nilai tersebut. Porositas tanah merupakan persentase volume ruang tanah yang ditempati oleh udara dan air Hardjowigeno 2007. Menurut Andriesse 1988 porositas tanah gambut tergantung pada nilai bulk density-nya. Semakin rendah bulk density-nya maka semakin tinggi nilai porositas tanahnya. Rata-rata porositas tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 85,76 - 90,45 dimana nilai porositas pada hutan primer adalah 86,43. Data ini didukung oleh penelitian Mardiana 2006 yang menyatakan nilai porositas tanah pada hutan alam gambut adalah 88,40, nilai ini berada dalam kisaran hasil uji porositas tanah pada penelitian ini. Pada penelitian Boetler 1974 dalam Andriesse 1988 menunjukkan bahwa gambut-gambut fibrik pada keadaan normal biasanya mempunyai porositas total 90 menurut volume, sedangkan bahan-bahan saprik biasanya mempunyai pori kurang dari 85. Pada penelitian ini hanya areal yang terbuka di petak semi mekanis yang mencapai porositas 90,45. Perbedaan tersebut disebabkan oleh metode, waktu dan lokasi penelitian yang berbeda. Bulk density atau bobot isi tanah adalah berat kering per unit volume tanah yang mencerminkan kemampuan tanah untuk dukungan struktural, air dan gerakan partikel terlarut serta aerasi tanah Hardjowigeno 2007. Menurut Andriesse 1988 bulk density tergantung pada tingkat pemadatan gambut, komposisi botanis bahan organik, derajat dekomposisi, serta kandungan mineral dan kadar air sampel tanah. Bulk density pada areal terbuka berkisar 0,1 gcm 3 - 0,14 gcm 3 sedangkan pada hutan primer sebesar 0,14 gcm 3 . Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Andriesse 1988 yang menyebutkan bahwa kisaran bulk density hutan rawa gambut adalah 0,05 gcm 3 pada tanah yang belum matang fibrik hingga kurang dari 0,5 gcm 3 pada tanah gambut matang saprik. Pada hutan rawa gambut di Indonesia bulk density untuk tanah fibrik kurang dari 0,1 gcm 3 dan lebih dari 0,2 gcm 3 untuk tanah saprik. Pada penelitian ini tidak terdapat tanah saprik, sehingga tidak diperoleh bulk density lebih besar dari 0,2 gcm 3 . Berbeda dengan hutan rawa gambut di Serawak, Malaysia dengan bulk density berkisar 0,09 gcm 3 – 0,12 gcm 3 . Nilai tersebut jauh lebih rendah daripada penelitian ini yaitu dengan kisaran 0,1 – 0,15 gcm 3 . Secara keseluruhan nilai sifat fisik tanah gambut pada penelitian ini hampir sama di setiap lokasi pengambilan sampel tanah. Keterbukaan areal di lokasi penelitian tidak mempengaruhi nilai kadar air, bulk density, dan porositas tanah gambut.

5.4 Pertumbuhan Ramin