Batasan Masalah Prosedur Penelitian

3. TMA, ketebalan, suhu dan kelembaban hutan rawa gambut di sekitar areal yang terbuka akibat kegiatan pemanenan dan pada hutan primer virgin forest. 4. Data pertumbuhan ramin berdasarkan tinggi dan jumlah daun pada lokasi penanaman. Data sekunder diperoleh dari kegiatan wawancara dengan warga setempat, dilengkapi dengan data yang dari dokumen perusahaan. Data yang dikumpulkan berupa: 1. Kondisi umum lokasi penelitian. 2. Data jumlah dan jenis pohon ditebang pada penelitian. 3. Peta areal kerja PT DRT, peta PWH dan sistem pemanenan PT DRT.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1. Batasan Masalah

Pengukuran pertumbuhan ramin dan pengambilan contoh tanah dilakukan pada TPn, jalan sarad, penebangan, kiri kanan jalan angkutan dan pada hutan primer. Dalam penelitian ini parameter pengukuran pertumbuhan ramin yang dimaksud adalah tinggi dan jumlah daun pada semai ramin. Sebagai parameter pembanding, pengukuran dilakukan juga pada hutan primer virgin forest dengan luas keterbukaan dinyatakan sama dengan nol. Hutan primer maksudnya adalah areal hutan yang tidak dilakukan kegiatan produksi atau pemanenan. Untuk pengukuran suhu dan kelembaban di petak tebang dilakukan pada TPn masing-masing sub petak, hal ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa suhu dan kelembaban pada satu sub petak adalah sama. Selain itu pengukuran suhu dan kelembaban juga dilakukan pada pinggir rel dan di hutan primer.

3.4.2. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran Luas Keterbukaan Areal Pengukuran luas keterbukaan areal bertujuan untuk mengetahui luas yang terbuka akibat kegiatan pemanenan, meliputi luas TPN, jalan sarad, jalan angkut, serta luas terbuka akibat penebangan di petak manual dan mekanis. Pengukuran luas dilakukan secara manual dengan menggunakan meteran ukur dengan panjang 50 meter. Pengukuran dilakukan pada bagian terluar dari areal yang terbuka, kemudian dari pengolahan data diperoleh luas terbuka dalam satuan m 2 . 2. Penanaman Bibit Ramin Gonystylus bancanus Miq. Kurz Sebelum melakukan penanaman bibit ramin perlu memperhatikan kriteria bibit ramin yang siap tanam di lapangan. Menurut Kartiko 2001 di persemaian, bibit harus ditempatkan di bawah naungan. Bibit siap di tanam setelah 8-11 bulan, tinggi bibit sekitar 20 cm . Berdasarkan literatur tersebut dilakukan seleksi terhadap bibit ramin pada bedeng sapih di areal persemaian PT DRT. Selain kritria tersebut perlu diperhatikan morfologi bibit ramin yang bebas dari penyakit. Sebelum ditanam perlu dilakukan proses aklimatisasi pemindahan mendekati kondisi iklim lokasi penanaman kurang lebih 2 – 4 minggu sebelum penanaman, akan tetapi dalam penelitian ini proses aklimatisasi hanya dilakukan selama empat hari sebelum penanaman. Hal ini dikarenakan kondisi iklim areal persemaian tidak jauh berbeda dengan lokasi penanaman. Penanaman dilakukan dengan sangat hati-hati untuk tetap menjamin pertumbuhan semai sesuai dengan yang diharapkan. Penanaman dimulai dengan membersihkan lahan tempat menanam dengan memastikan tidak ada lagi tanaman atau perakaran dan kayu-kayu di atas permukaan tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan ramin, kemudian dibuat lubang berukuran lebih kurang 20 cm x 20 cm dengan kedalaman disesuaikan dengan tinggi polybag. Semai dikeluarkan dari polybag berikut dengan tanah dengan tidak mengganggu bongkahannya lalu dimasukan ke dalam lubang penanaman. Setelah ditanam lokasi tersebut diberi ajir sebagai penanda adanya penanaman sehingga memudahkan dalam pengecekan selanjutnya. Gambar 2 Penanaman semai ramin dari kiri ke kanan: pembersihan tempat, pembuatan lubang tanam, penanaman, dan pemasangan ajir. 3. Pengukuran Pertumbuhan Ramin Gonystylus bancanus Miq. Kurz Parameter pengukuran pertumbuhan semai ramin adalah tinggi dan jumlah daun. Pemilihan parameter ini karena keterbatasan waktu penelitian yang relatif lebih singkat dibandingkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ramin termasuk jenis pohon komersial hutan gambut yang tumbuh lambat. Pengukuran dilakukan pada pagi hingga siang hari dengan menggunakan penggaris sepanjang satu meter. Pengukuran dilakukan pada 43 semai ramin yang ditanam. Metode pengukuran yaitu mengukur tinggi ramin mulai dari leher akar sampai dengan batas tumbuhnya daun pucuk. a b c Gambar 3 Pengukuran ramin a munggu ke-0, b pengukuran di lapangan, c pertumbuhan daun semai ramin. Pengukuran pertama pada anakan ramin saat masih berada di bedeng sapih. Pengukuran ini merupakan pengukuran minggu ke-nol dari delapan minggu pengamatan. Setelah ditanam di lapangan, secara rutin dilakukan pengukuran sekali seminggu untuk mengetahui pertumbuhan rata-rata ramin setiap minggunya. 4. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Suhu dan kelembaban merupakan hal yang penting diperhatikan untuk mengetahui faktor luas keterbukaaan areal yang mempengaruhinya dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ramin di setiap lokasi penanaman. Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan thermohygrometer, dengan meletakkannya pada setiap TPn pada sub petak yang diamati, untuk jalan angkutan diletakkan pada jari-jari rel selama 15 menit lalu dicatat angka yang terbaca pada alat tersebut. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan satu kali seminggu. 5. Pengukuran Tinggi Muka Air Gambut Pengukuran Tinggi Muka Air TMA dilakukan untuk mengetahui hubungan tinggi muka air dengan keterbukaan lahan akibat kegiatan produksi. Metode pengukurannya dengan mengukur jarak antara permukaan air sampai dengan permukaan serasah dengan menggunakan pengaris ukuran satu meter. Pengukuran dilakukan pada 22 titik yang masing-masing diukur sebanyak 8 kali ulangan selama delapan minggu. Tinggi muka air selalu berubah dalam kurun waktu yang relatif singkat hal ini dikarenakan terjadinya hari hujan selama pengamatan berlansung. Jika terjadi hujan, hampir seluruh permukaan gambut tergenang air, sebaliknya jika tidak ada hujan tinggi muka air cenderung berada di bawah permukaan serasah tanah gambut. Gambar 4 Pengukuran Tinggi Muka Air Gambut. 6. Pengukuran Ketebalan Gambut Berdasarkan pengukuran pada penelitian sebelumnya, ketebalan gambut dapat mencapai 4-5 meter. Semakin jauh dari pantai maka ketebalan gambut semakin tinggi. Pengukuran ketebalan gambut menggunakan batang pancang yang silindris sepanjang enam meter yang telah dimodifikasi dengan membentuk takikkan untuk mengetahui batas permukaan tanah di bawah lapisan gambut. Metode pengukurannya dengan memasukkan batang pancang silindris tersebut ke dalam tanah secara vertikal hingga terbenam sepanjang 5,5 m, kemudian mencabut dengan cara memutar batang pancang agar tanah di bawah gambut dapat tertinggal pada takikan batang tersebut. Tanah yang tertinggal pada takikan berwarna abu-abu tanah mineral yang lebih liat sehingga dapat terlihat berbeda dengan tanah gambut yang berwarna coklat kehitaman tanah gambut. Pengukuran dimulai dari takikan yang terdapat tanah mineral berwarna abu-abu sampai dengan batas batang yang dimasukkan ke dalam tanah. a b Gambar 5 Pengukuran ketebalan gambut a memasukkan kayu pengukur ke dalam tanah, b batas tanah mineral. 7. Pengambilan Contoh Tanah Gambut Pengambilan contoh tanah dilakukan pada hari terakhir pengukuran agar contoh tanah yang diambil dapat dipertahankan kondisinya sebelum tanah dimasukkan ke laboratorium tanah untuk menguji sifat fisiknya. Metode pengambilan contoh tanah adalah dengan menggali tanah gambut bagian atas sedalam 50 cm yang biasanya bagian atas ini masih merupakan serasah, kemudian diambil tanah utuh yang di bawahnya sedalam 50 cm dengan menggunakan plastik. Pengambilan tanah hanya pada kedalaman satu meter karena sifat fisik tanah yang diamati adalah bagian yang terkena dampak lansung keterbukaan lahan akibat pemanenan. Tanah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam pipa paralon berukuran 4 inci dengan tinggi 5 cm yang dilapisi dengan plastik lalu ditutup dengan kertas aluminium foil tujuannya untuk mempertahankan kondisi tanah agar tidak terjadi penguapan. Contoh tanah ditutup dengan plastik yang diberi label dan direkat dengan isolasi. Pengambilan contoh tanah berlokasi di TPn, jalan sarad atau jalan seling, bekas penebangan, di kiri atau kanan jalan angkut atau jalan rel, serta pada hutan primer. Contoh tanah yang diambil berjumlah 22 sampel. 8. Pengujian Contoh Tanah Pengujian contoh tanah dilakukan di laboratorium dengan parameter pengujian adalah sifat fisik tanah gambut yaitu kerapatan lindak bulk density, kadar air, dan porositas tanah. Pengujian dilakukan selama satu minggu dengan menggunakan alat uji laboratorium antara lain ring sample dan oven sebagai alat pengering tanah. Rumus- rumus yang digunakan dalam pengolahan data yang diperoleh adalah : 1. Kadar air � = � [ + �� ℎ � − + �� ℎ ��� �] + �� ℎ ��� � − � ∗ 100 2. Bulk density � ᵌ = �� ��� � ��� � 3. Porositas Tanah � = �1 − � 1 �� ∗ 100 Sitorus et al. 1980 9. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif dengan melakukan pembacaan tabel dan gambar sedangkan analisis statistik dengan menggunakan Microsoft office excel 2007, software Statistical Analysis Software SAS 9.1 melalui metode Multivariate Analysis of Variance MANOVA dan Minitab 15 dengan analisis Regresi Komponen Utama RKU.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN