38
5.2.2 Unit Penangkapan Ikan di Kecamatan Labuan
Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan yang terdiri dari armada penangkapan, alat tangkap dan
nelayan.
5.2.2.1 Armada Penangkapan
Armada penangkapan merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah dan hasil tangkapan nelayan. Armada penangkapan di Labuan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor PTM, perahu motor PM dan kapal motor KM. Perahu tanpa motor adalah perahu yang
pengoperasiannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan layar. Perahu motor adalah kapalperahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor
tempel outboard motor, sedangkan kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal
inboard motor. Perkembangan jumlah armada penangkapan di Kecamatan Labuan dapat dilihat pada Tabel 12 sedangkan perkembangannya dapat dilihat
pada Gambar 6. Jumlah armada penangkapan tahun 2005-2007 tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perkembangan skala usaha
yang dilakukan oleh dinas setempat.
Tabel 12. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan di Kecamatan Labuan
Tahun Jumlah armada unit
Total Pertumbuhan
PTM PM
KM 2005
22 5
248 275
- 2006
22 5
248 275
2007 22
5 248
275 2008
22 5
256 283
2,91 2009
22 4
254 280
-1,06 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009
39
Gambar 6. Perkembangan Armada Penangkapan di Kecamatan Labuan 5.2.2.2
Alat Tangkap
Alat tangkap yang beroperasi di Kecamatan Labuan terdiri dari jenis Payang, Dogol, Arad, Purse seine, Gillnet, Jaring Rampus, Jaring klitik, Bagan
tancap, Bagan rakit dan Pancing. Alat tangkap dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu alat tangkap yang menggunakan kasko kesil seperti jenis Arad dan alat
tangkap yang menggunakan kasko besar jenis purse seine dan payang. Perkembangan jumlah alat tangkap yang beroperasi dari tahun 2005-2009 dapat
dilihat pada Tabel 13 sedangkan perkembangannya dapat dilihat pada Gambar 7. Perkembangan jumlah alat tangkap yang beroperasi di Kecamatan Labuan
selama periode 2005-2009 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan adalah jaring arad. Berdasarkan
wawancara dengan nelayan, alat tangkap arad memiliki jumlah yang dominan karena dianggap efektif untuk menghasilkan ikan dalam jumlah besar, harganya
lebih murah, dapat menghasilkan hasil tangkapan ikan yang lebih banyak dibandingkan dengan alat tangkap lain, serta komoditas yang ditangkap bernilai
ekonomis seperti udang.
40
Tabel 13. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Labuan No
Alat tangkap Tahun
2005 2006 2007
2008 2009
1 Payang
44 43
43 45
42 2
Dogol 49
49 49
48 48
3 Arad
130 121
121 119
124 4
Purse seine 20
20 20
18 19
5 Gillnet
40 65
65 65
62 6
Jaring Rampus 32
32 32
35 32
7 Jaring Klitik
4 8
Bagan Tancap 8
8 8
9 Bagan Rakit
17 17
17 10
Pancing 65
68 68
68 63
Jumlah 409
423 423
398 390
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009
Gambar 7. Perkembangan Alat Tangkap di Kecamatan Labuan 5.2.2.3
Nelayan
Mayoritas nelayan yang menetap di Kecamatan Labuan merupakan penduduk lokal asli. Selain penduduk lokal, juga terdapat nelayan pendatang
yang umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah, Surabaya, Dadap dan Tegal. Perkembangan jumlah nelayan di Kecamatan Labuan cenderung mengalami
penurunan dengan kisaran pertumbuhan -7,56 sampai 2,82 . Perkembangan jumlah nelayan di Kecamatan Labuan pada periode 2005-2009 dapat dilihat pada
Tabel 14 dan Gambar 8.
41
Tabel 14. Perkembangan Jumlah Nelayan di Kecamatan Labuan Tahun
Nelayan Jiwa Jumlah
jiwa Pertumbuhan
Lokal Pendatang
2005 4.289
221 4.510
- 2006
4.382 255
4.637 2,82
2007 4.300
240 4.540
-2,09 2008
3.905 292
4.197 -7,56
2009 3.690
294 3.984
-5,08 Rata-rata
4.113 260
4.373 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang, 2009
Gambar 8. Perkembangan Jumlah Nelayan di Kecamatan Labuan 5.2.3 Daerah Penangkapan
Bentuk kegiatan usaha penangkapan ikan di Kecamatan Labuan dikategorikan sebagai usaha perikanan yang berskala kecil. Kegiatan penangkapan
dapat dilakukan sepanjang tahun dan sangat bergantung dari musim. Hal ini akan berdampak pada penentuan daerah penangkapan fishing ground yang menjadi
sasaran penangkapan. Daerah penangkapan ikan di Kecamatan Labuan adalah Selat Sunda,
Selatan JawaSamudera hindia dan Laut Jawa. Berdasarkan wawancara dengan nelayan daerah penangkapan yaitu sekitar Selat Sunda, Tanjung Panaitan,
Kepulauan seribu, Kerakatau, Rompang, Sumur, Kelapa Koneng, Pulau Pucang,
42 Kalianda, Cemara, Karang bawah dan Batu Item. Daerah penangkapan ini
ditempuh para nelayan sekitar 3 – 4 jam perjalanan. Penentuan daerah penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan-nelayan
di Kecamatan Labuan umumnya masih berpedoman pada faktor-faktor alam. Nelayan masih menggunakan pengetahuan sederhana seperti adanya burung yang
terbang di atas perairan atau riak di air yang menandakan adanya ikan. Dengan hanya mengandalkan sebatas pengetahuan tradisional ini maka nelayan yang
beroperasi menangkap ikan berada pada keadaan berburu atau pergi dengan tujuan mencari yang tidak pasti letaknya. Akan tetapi karena tingkah laku ikan yang
sudah diketahui nelayan yaitu dimana ikan memijah dan dimana ikan biasa berkelompok mencari makan maka hal ini dapat digunakan nelayan dalam
menentukan posisi ikan. Keberadaan kelompok ikan juga juga dapat diketahui dengan melihat permukaan laut yang berbuih, adanya ikan-ikan yang melompat-
melompat di permukaan atau burung yang menukik dan menyambar ke permukaan laut. Selain itu, penentuan daerah penangkapan juga ditentukan
berdasarkan pengalaman dan informasi dari kapal yang baru mendarat. 5.2.4
Musim Penangkapan
Intensitas penangkapan ikan oleh nelayan sengat dipengaruhi oleh keadaan musim angin. Terdapat tiga musim penangkapan yaitu 1 puncak musim atau
musim timur, pada musim ini aktivitas penangkapan mencapai frekuensi tertinggi sehingga menyebabkan terjadinya musim puncak pendaratan ikan yang biasanya
terjadi sekitar bulan Mei sampai Agustus. Nelayan Labuan menyebutnya dengan rejeh musim ketika perolehan ikan banyak, 2 musim normal atau musim
peralihan, pada musim ini aktivitas penangkapan yang dilakukan nelayan berada
43 pada frekuensi normal dan menghasilkan volume produksi ikan normal terjadi dua
kali dalam setahun, yaitu musim peralihan awal yang terjadi sekitar bulan Maret sampai April dan musim peralihan akhir yang terjadi sekitar bulan September
sampai Oktober, 3 musim paceklik atau musim barat, pada musim ini cuaca dalam kondisi yang buruk sehingga nelayan jarang atau bahkan sama sekali tidak
pergi melaut dengan alasan keamanan dan keselamatan sehingga hal ini mengakibatkan frekuensi pendaratan ikan rendah. Umumnya terjadi sekitar bulan
November sampai Februari. Nelayan Labuan menyebutnya musim paila musim ketika perolehan ikan sedikit .
5.2.5 Potensi Sumberdaya Perikanan