Kelembagaan Informal Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 12 Tahun 2001 tentang

80

6.2.2 Kelembagaan Informal

Kearifan lokal berupa norma atau aturan tidak tertulis yang dikatakan dapat mendukung usaha-usaha pengelolaan sumberdaya perikanan di Kecamatan Labuan, antara lain adalah : pertama, adanya larangan untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan pada setiap hari Jumat. Mayoritas penduduk yang beragama Islam menjadikan aturan ini melekat pada kegiatan perikanan yang masyarakat jalankan. Menurut masyarakat setempat, hari Jumat adalah hari yang dikhususkan untuk beribadah. Sehingga pada hari tersebut, nelayan yang biasanya pergi melaut akan menggunakan waktunya untuk memperbaiki alat-alat yang digunakan pada kegiatan perikanan yang mereka lakukan. Kebiasan untuk tidak melaut pada hari Jumat ini juga berdampak baik bagi lingkungan, karena memberikan sedikit waktu bagi pemulihan kondisi alam. Hari jumat juga digunakan untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan anggota masyarakat yang lain. Bagi para nelayan, hari Jumat merupakan satu-satunya waktu yang dapat mereka gunakan untuk duduk- duduk bersama sambil minum kopi. Kedua, perasaan sebagai bagian dari suatu komunitas untuk tujuan pemerataan sumberdaya. Nelayan yang memiliki tingkat teknologi yang lebih tinggi biasanya akan menghindari daerah penangkapan yang sama dengan nelayan tradisional. Ketiga, masyarakat nelayan mengizinkan bagi nelayan dari daerah luar untuk menangkap ikan di daerah mereka dengan syarat mereka menghormati seluruh masyarakat yang tinggal di Labuan dan menggunakan alat tangkap yang sama dengan nelayan-nelayan dari daerah setempat. Keempat, adanya kesepakatan bagi para pelaku tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nelayan lain, seperti aktivitas pencurian ikan dan alat tangkap serta perusakan alat tangkap. Kelima, dilarang melakukan 81 pencemaran atau penangkapan ikan tidak ramah lingkungan, misalnya dengan bom, potasium, dan lain-lain. Larangan ini dicetuskan atas dasar kesadaran masyarakat setempat akan bahaya penggunaan bom dan potasium bagi keberlangsungan sumberdaya perikanan. Keenam, adanya aturan berbagi yaitu dalam penangkapan ikan-ikan pelagis yang tampak dari permukaan, seperti jenis tongkol, apabila ikan tersebut tertangkap sebagai hasil kerja dari beberapa kapal penangkap, maka ikan yang diperoleh harus dibagi dua antara kapal yang menangkap ikan dengan kapal yang pertama kali melihat disana memburu gerombolan ikan tersebut. Ketujuh, tidak boleh berbicara kotor dan kasar ketika berada ditengah laut. Kearifan tradisional dalam pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan kebiasaan yang berlaku secara turun temurun oleh masyarakat dan belum menjadi hukum tertulis. Legalitasnya berasal dari kepercayaan, jika tidak ditaati akan ada peringatan dari yang maha kuasa. Kearifan lokal lambat laun mengalami kepunahan, semakin memudarnya aturan-aturan tak tertuliskesepakatan yang pernah ada. Tabel 18. Aturan-aturan informal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kecamatan Labuan No Aturan Informal Tujuan Sosial Ekonomi Konservasi 1 Larangan melakukan aktivitas penangkapan ikan pada setiap hari Jumat. X 2 Nelayan yang memiliki tingkat teknologi yang lebih tinggi biasanya menghindari daerah penangkapan yang sama dengan nelayan tradisional. X X 3 Masyarakat nelayan mengizinkan bagi nelayan dari daerah luar untuk menangkap ikan di daerah mereka. X X X 82 Lanjutan Tabel 18. No Aturan Informal Tujuan Sosial Ekonomi Konservasi 4 Kesepakatan bagi para pelaku tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nelayan lain. X 5 Dilarang melakukan pencemaran atau penangkapan ikan tidak ramah lingkungan. X 6 Adanya aturan berbagi X X X 7 Tidak boleh berbicara kotor di tengah laut X Sumber: Data diolah 2010 Sebagian aturan-aturan informal tersebut sudah mulai memudar. Aturan- aturan formal ini dulunya cukup efektif dalam mereduksi dan mencegah konflik- konflik dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Aturan-aturan informal tersebut memiliki tujuan implisit yang mungkin tidak disadari oleh masyarakat nelayan dan sangat mendukung dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu untuk tujuan sosial, ekonomi dan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya suatu mekanisme kontrol sosial yang ada di masyarakat berupa kearifan lokal. Akan tetapi, aturan-aturan informal ini sudah mulai memudar dan mungkin tidak akan bertahan lama apabila tidak segera dikukuhkan menjadi aturan formal dan diakui oleh pemerintah. Pada umumnya, nelayan di Kecamatan Labuan belum memiliki sistem pengaturan atau pranata sosial aturan masyarakat adat yang ketat mengenai daerah perairan yang mana yang diperbolehkan dan daerah perairan laut yang dilarang dimasuki nelayan, dan pengaturan kawasan seperti zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan. Dengan kata lain, di Kecamatan Labuan berlaku status rezim open access no property rights dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, yang khusus berlaku dikalangan internal masyarakat Kecamatan Labuan, 83 karena memang tidak ditemukan kelembagaan adat yang mengatur fishing ground yang buka dan tutup close and open season untuk kegiatan perikanan berdasarkan daerah penangkapan ikan pada lokasi tertentu. Masyarakat di Kecamatan Labuan tidak mengenal klaim atas kepemilikan laut sehingga merupakan sumberdaya yang bersifat common propertymilik bersama. Masyarakat menganut paham ‘laut merupakan milik bersama dan boleh dimanfaatkan oleh siapa saja’.

6.3 Biaya Transaksi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kecamatan