14 Dalam kasus perikanan, Ruddle 1999 diacu dalam Satria 2009
mengidentifikasi unsur-unsur tata pengelolaan sebagai berikut: a Batas wilayah: ada kejelasan batas wilayah yang kriterianya adalah
mengandung sumberdaya yang bernilai bagi masyarakat. b Aturan: berisi hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang. Dalam dunia
perikanan, aturan tersebut biasanya mencakup kapan, dimana, bagaimana, dan siapa yang boleh menangkap.
c Hak: pengertian hak bisa mengacu kepada seperangkat hak kepemilikan. d Pemegang Otoritas: merupakan organisasi atau lembaga yang dibentuk
masyarakat yang bersifat formal maupun informal untuk kepentingan mekanisme pengambilan keputusan. Ada pengurus dan susunan
disesuaikan dengan kondisi. e Sanksi: untuk menegakkan aturan diperlukan sanksi sehingga berlakunya
sanksi merupakan indikator berjalan tidaknya suatu aturan. Ada beberapa tipe sanksi: sanksi sosial seperti dipermalukan atau dikucilkan
masyarakat, sanksi ekonomi denda, penyitaan barang, sanksi moral melalui mekanisme pengadilan formal dan sanksi fisik pemukulan
f Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat secara sukarela dan bergilir yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
2.3 Ko-manajemen Perikanan
Salah satu permasalahan yang cukup penting dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya laut termasuk sumberdaya perikanan
adalah keterbatasan hak atas sumberdaya property right. Hal ini tidak terlepas dari karakter sumberdaya ikan yang bersifat common properties dan open access.
15 Karakter sumberdaya yang seperti ini juga diperburuk oleh adanya ketidakpastian
uncertenties yang tinggi baik sumberdaya ikan, lingkungan, pasar, maupun kebijakan pemerintah, yang kemudian mendorong sumberdaya laut ke dalam
berbagai bentuk kompetisi yang tidak sehat dan konflik. Sehingga untuk konflik dalam pemanfaatan sumberdaya diperlukan kerjasama semua pihak, baik
pemerintah maupun kelompok pengguna sumberdaya. Dimana setiap pengguna diberi tugas dan tanggung jawab yang sama. Salah satu pendekatan pengelolaan
yang memberikan ruang bagi adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya disebut ko-manajemen.
Pengelolaan ini juga dapat didefinisikan sebagai pendesentralisasian pembuat keputusan yang melibatkan kelompok pengguna pemangku kepentingan dan
pemerintah. Kelompok pengguna dalam hal ini meliputi nelayan, pengolah, pedagang ikan, perantara middleman, industri alat tangkap, pemasok alat
tangkap, konsumen, peneliti, pegawai pemerintah, penegak hukum, pemerhati lingkungan dan konservasi, LSM, dll Widodo, 2006. Pola Pengelolaan
sumberdaya perikanan dengan pendekatan ko-manajemen dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dengan Pendekatan Ko- manajemen Widodo, 2006
Pengelolaan secara
sentralistik oleh pemerintah
Dikelola sendiri oleh
masyarakat
Pengelolaan oleh Masyarakat
Pengelolaan oleh Pemerintah
Informatif Advisori
Kooperatif Konsultatif
Instruktif
Ko-manajemen
16 Pembagian distribusi tanggung jawab antara pemerintah dan pelaku
perikanan sangat bervariasi mulai dari tipe informatif hingga tipe instruktif. Tipe- tipe dalam ko-manajemen yaitu: informatif, pemerintah mendelegasikan
pengambilan keputusan kepada pelaku perikanan kemudian diinformasikan kepda pemerintah, 2 advisori, dalam kerangka ini pelaku perikanan memberikan input
bagi pengambilan keputusan tentang perikanan kemudian pemerintah menetapkan keputusan tersebut, 3 kooperatif, dalam level ini pemerintah dan pelaku
perikanan bekerja sama dalam pengambilan keputusan sebagai partner yang memiliki posisi tawar yang sama equal partner, 4 konsultatif, terdapat
mekanisme dialog antar pemerintah dan pelaku perikanan tetapi pengambilan keputusan masih dilakukan pemerintah, dan 5 instruktif, tipe ini terjadi ketika
terdapat komunikasi dan tukar informasi yang minimal antara pemerintah dan pelaku perikanan.
Menurut Pomeroy dan Berkes 1997 terdapat sepuluh tingkatan bentuk co-management yang dapat disusun dari bentuk yang paling sedikit partisipasi
masayarakat hingga yang paling tinggi partisipasi masyarakat. Bila suatu tanggung jawab dan wewenang masyarakat rendah pada suatu bentuk co-
management maka tanggung jawab pemerintah akan tinggi. Sebaliknya bila tanggung jawab dan wewenang masyarakat tinggi, maka tanggung jawab dan
wewenang pemerintah rendah. Kesepuluh bentuk co-management tersebut adalah: 1 Masyarakat hanya memberikan informasi kepada pemerintah dan informasi
tersebut digunakan sebagai bahan rumusan kebijakan; 2 Masyarakat dikonsultasikan oleh pemerintah; 3 Masyarakat dan pemerintah saling
bekerjasama; 4 Masyarakat dan pemerintah saling berkomunikasi; 5
17 Masyarakat dan pemerintah saling bertukar informasi; 6 Masyarakat dan
pemerintah saling memberi nasehat dan saran; 7 Masyarakat dan pemerintah melakukan kegiatan atau aksi bersama; 8 Masyarakat dan pemerintah bermitra;
9 Masyarakat melakukan pengawasan terhadap peraturan yang dibuat oleh pemerintah; 10 Masyarakat berperan dalam melakukan koordinasi antar lokasi
atau antar daerah dan hal tersebut didukung oleh pemerintah.
2.4 Kelembagaan