Histologi hati Gejala klinis

meregulasi dan mensistesis kolesterol, trigliserida dan total lipid dalam serum. Selain itu persentase sel nekrosis yang lebih tinggi pada tikus kontrol menyebabkan kolesterol, total lipid dan trigliserida yang ada dalam sel nekrosis akan keluar menuju serum darah sehingga akan meningkatkan konsentrasinya dalam serum. Sedangkan semakin rendahnya konsentrasi kolesterol pada serum tikus perlakuan dapat diindikasikan tidak terjadinya penyumbatan pada saluran empedu tidak terjadi kolestasis, ini menguatkan hasil pengukuran enzim alkalin fosfatase, bilirubin total dan conjugated bilirubin. Selain itu menurut Chen et al. 2005 kemampuan buah murbei dalam menurunkan kolesterol, total lipid dan trigliserida serum berkaitan dengan keberadaan komponen antioksidan dalam buah murbei dan yang lebih berperan adalah antosianin. Antosianin bekerja memperbaiki profil lipid serum dengan cara mencegah teroksidasinya LDL. Oksidasi LDL dapat menyebabkan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah yang dapat mengganggu aliran darah sehingga dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol, trigliserida dan total lipid dalam darah. Antioksidan melindungi LDL dari proses oksidasi yang bisa disebabkan keberadaan radikal bebas di dalam arteri. Sehingga tercegahnya LDL teroksidasi maka aliran darah tidak terganggu dan profil lipid darah pun tidak terganggu. Oleh karena itu selain memperbaiki profil sel hepatosit, antioksidan yang ada pada buah murbei juga dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL dalam darah sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol, total lipid dan trigliserida dalam serum. Data yang dihasilkan tersebut menunjukkan pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis 0,1 dan 1 gkg bb tidak memberikan dampak terhadap konsentrasi total lipid, kolesterol dan trigliserida serum tikus Sprague Dawley, bahkan menurunkan konsentrasinya dalam serum. Artinya perlakuan tersebut tidak mempengaruhi fungsi hati dalam meregulasidan mensintesis konsentrasi lipid total, kolesterol dan trigliserida dalam serum tikus tersebut.

4.5.2.2. Histologi hati

Hati merupakan organ yang paling sering terkena dampak dari masuknya zat toksik ke dalam tubuh. Selain analisa profil biokimia serum darah, kerusakan hati juga bisa dideteksi dengan mengamati organnya melalui histoteknik. Secara umum konsep pelaksanaan teknik ini adalah 1 Mencegah rusaknya jaringan dengan cara merendam dalam larutan fiksatif umumnya digunakan formalin, 2 Dehidrasi untuk menghilangkan air yang ada pada jaringan hati dengan cara merendam jaringan dalam larutan alkohol bertingkat dari presentase 70 sampai alkohol absolut 100, 3 Penghilangan alkohol dengan cara merendam jaringan dalam xilol, 4 Infiltrasi parafin cair agar masuk ke dalam jaringan yang selanjutnya parafin tersebut akan memadat, 5 Pemotongan jaringan dengan mikrotom dengan ketebalan 4-5 µm dan dilekatkan pada gelas objek. Tabel 13. Persentase sel normal, degenerasi hidropik, degenerasi lemak dan nekrosis sel hepatosit pada tikus kontrol dan perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 dan 1 gkg bb. Perlakuan Jantan Betina Nekrosis Deg, hidropik Deg, lemak Normal Nekrosis Deg, hidropik Deg, lemak Normal Kontrol 1,55 a 22,98 a 74,65 a 0,82 a 2,14 a 43,68 a 50,91 a 3,27 a dosis 0,1 gkg bb 0,64 a 39,92 b 43,23 b 16,20 a 0,55 a 46,46 a 37,49 a 15,50 a dosis 1 gkg bb 0,78 a 47,42 b 27,24 b 24,56 a 0,46 a 38,19 a 45,75 a 15,60 a Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata P0,05. Pewarnaan yang digunakan pada penelitian ini adalah pewarnaan hematoksilin-eosin HE yang digunakan untuk melihat struktur umum sel khususnya sitoplasma dan inti sel. Pewarna eosin akan mewarnai sitoplasma dengan warna merah muda, sedangkan hematoksilin akan mewarnai nukleus dengan warna biru. Dengan menggunakan pewarnaan HE pada preparat hati maka dapat diamati sel yang nekrosis, degenerasi lemak, degenerasi hidropis dan juga sel normal. Analisis histopatologi hati pada setiap individu dengan pewarnaan HE menunjukkan bahwa baik pada organ hati perlakuan, maupun kontrol telah terjadi lesio baik degenerasi hidropis, degenerasi lemak maupun nekrosis Lampiran 34a dan 35a. Tetapi persentase sel normal pada kelompok hati perlakuan lebih banyak di banding dengan tikus kontrol dan kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah sel yang mengalami degenerasi hidropis, degenerasi lemak dan nekrosis baik pada tikus jantan dan betina Tabel 13. Pada tikus jantan analisis sidik ragam menunjukkan terjadi perbedaan nyata p0,05 persentase sel yang mengalami degenerasi hidropik dan degenerasi lemak Lampiran 34c, d, e dan f, sedangkan persentase sel yang mengalami nekrosis dan sel normal tidak berbeda nyata Lampiran 34b dan g. Pada tikus betina persentase sel yang mengalami nekrosis, degenerasi hidropik, degenerasi lemak dan normal tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 35b, c, d dan e. Gambar 10. Kerusakan sel yang meliputi degenerasi hidropis , degenerasi lemak dan nekrosis pada tikus kontrol. Sel yang normal diidentifikasi dari sitoplasmanya yang berwarna merah muda atau merah dan nukleusnya yang berwarna biru dan masih terlihat membran nukleusnya. Sedangkan sel yang mengalami degenerasi hidropis diamati dari sitoplasma yang tampak buram seperti berawan Cheville 2006 dan ukuran yang agak mengembang Gambar 11, 12 dan 13. Menurut McGavin dan Zachary 2007 dan Cheville 2006 degenerasi hidropik merupakan salah satu jenis kerusakan sel yang reversibel yang diakibatkan terganggunya permeabilitas membran sel hepatosit. Kondisi tersebut menyebabkan mudahnya K + keluar dari sel dan sebaliknya Ca 2+ , Na + serta air mudah masuk ke dalam sel yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan sel. Degenerasi lemak diamati berdasarkan adanya ruang kosong berbentuk bulat jernih pada sitoplasma sel hepatosit Cheville 2006. Degenerasi lemak terjadi karena akumulasi trigliserida pada sitoplasma sel hepatosit, semakin banyak trigliserida yang terakumulasi akan ditunjukkan dengan semakin besarnya ruang bulat jernih yang terbentuk McGavin dan Zachary 2007. Akumulasi lemak intraseluler dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu 1 Penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein, 2 Penekanan konjugasi trigliserida, 3 Gangguan transfer VLDL melalui membran sel, 4 Rusaknya oksidasi lipid di mitokondria dan, 5 Sintesis fosfolipid dihambat Lu 1995. Gambar 11. Kerusakan sel yang meliputi degenerasi hidropis , degenerasi lemak dan nekrosis pada tikus perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 gkg bb. Sel yang mengalami nekrosis diamati dari inti selnya yang mengecil, tidak terlihat lagi membran intinya dan terlihat berwarna gelap atau hitam. Penyebab kematian sel antara lain produksi ATP yang menurun, penurunan pH, peningkatan jumlah Ca 2+ dalam sel serta aktivitas enzim pelisis seperti protease, fosfolipase dan endonuklease Cheville 2006. ATP merupakan bahan bakar sel untuk melakukan metabolisme, jika ATP yang terbentuk sedikit sebagai akibat mitokondria yang rusak, maka sel akan merespon dengan memproduksi ATP melalui glikolisis. Proses ini glikolisis dilakukan secara anaerob sehingga menyebabkan akumulasi asam laktat yang dapat menurunkan pH sitoplasma sel. Gambar 12. Kerusakan sel yang meliputi degenerasi hidropis , degenerasi lemak dan nekrosis pada tikus perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 gkg bb. Penurunan pH akan mengganggu permeabilitas membran sehingga Ca 2+ mudah masuk ke dalam sel. Konsentrasi Ca 2+ yang terlalu tinggi toksik bagi sel karena akan memicu depolimerisasi sitoskeleton, filamen dan mikrotubul akibatnya aktivitas sel dalam melakukan pergerakan dan sekresi akan terganggu. Selain itu Ca 2+ juga akan mengaktifkan enzim fosfolipase yang dapat memecah fosfolipid membran sehingga akan merusak membran sel dan akhirnya akan menyebabkan kematian sel Cheville 2006, McGavin dan Zachary 2007. Data yang dihasilkan tersebut menunjukkan pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis 0,1 dan 1 gkg bb menurunkan sel yang mengalami nekrosis dan degenerasi lemak dan meningkatkan sel normal pada hati tikus Sprague Dawley. Artinya perlakuan yang diberikan tidak menyebabkan toksisitas pada organ hati bahkan dapat memperbaikinya.

4.5.2.3. Pembahasan umum