kalsium, magnesium, natrium, besi, tembaga, mangan dan seng Tabel 1 Ercisli dan Orhan 2007.
Persentase lemak pada buah murbei sampel sebesar 2,62 dan persentase ini merupakan nilai gizi terendah dibanding zat gizi yang lainnya. Menurut Salukhe
et al. 2000 buah-buahan merupakan sumber zat gizi seperti vitamin, mineral dan
serat tetapi hanya sedikit mengandung lemak. Jenis asam lemak utama yang ada pada buah murbei adalah asam linoleat, asam palmitat dan asam oleat Ercisli dan
Orhan 2007. Sedangkan menurut Yang et al. 2010 30,7 asam lemak pada buah murbei berasal dari bijinya dan 87,5 asam lemak yang ada pada buah murbei
adalah asam lemak tak jenuh dengan komponen terbesarnya adalah asam linoleat sebesar 79,37, lalu asam palmitat 8,57 serta asam oleat 7,45 Yang et al.
2010.
4.2. Kondisi Tikus Percobaan
Tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih Rattus norvegicus
galur Sprague Dawley jantan dan betina dengan jumlah 40 ekor 20 jantan dan 20 betina yang berumur 6-7 minggu. Berdasarkan panduan pelaksanaan
penelitian toksisitas akut OECD 420 2001 dan sub kronis OECD 408 1998, hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah jenis hewan
pengerat dan yang lebih disarankan adalah tikus berkaitan dengan kemudahan dalam pengamatan dan sensitivitas terhadap perlakuan. Disamping itu disarankan
menggunakan jenis kelamin jantan dan betina karena keduanya memiliki kondisi fisiologis yang sedikit berbeda khususnya berkaitan dengan karakteristik hormonal
pada tikus betina. Digunakannya galur Sprague Dawley tidak ada alasan khusus, tetapi pada penelitian toksikologi dengan menggunakan tikus sebagai hewan
percobaan galur yang banyak digunakan adalah Sprague Dawley Suckow et al. 2006.
Setiap tikus percobaan dikandangkan pada jenis kandang biasa dari bahan plastik secara individual 1 tikus per kandang. Pengaturan gelap dan terang
kandang secara alami dan suhu kandang diatur konstan sebesar 28 C. Menurut
Wishman dan Kolb 2005 normalnya tikus berada dalam kondisi terang selama 12 jam dan gelap 12 jam dengan suhu ruang 20-28
C. Sebelum perlakuan dimulai
tikus mengalami masa adaptasi selama 2 minggu dan selama masa tersebut diberi pakan standar. Adaptasi dilakukan agar tikus terbiasa dengan pakan yang diberikan
dan untuk menyeragamkan kondisi tikus sebelum perlakuan dimulai.
4.3. Pengujian Toksisitas Akut
Pengujian toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui dampak pemberian dosis tunggal sampel yang diujikan dalam waktu yang terbatas pada rentang paling
cepat 24 jam satu hari ataupun paling lama sampai 14 hari. Metode pengujian dilakukan berdasarkan OECD 402 2001 dengan penentuan dosis didasarkan pada
dosis terbatas 5 gkg bb. Pengamatan dilakukan selama 72 jam dengan parameter yang diamati adalah ada atau tidaknya kematian, perubahan fisik dan tingkah laku.
Selain itu diamati juga konsumsi pakan per hari dan berat badan yang ditimbang pada hari pertama dan ketiga perlakuan.
Pengamatan selama 3 hari menunjukkan tidak ditemukan adanya tikus yang mati, sedangkan pada pengamatan fisik tidak ditemukan adanya perubahan. Secara
fisik semua tikus tetap memiliki mata merah dan jernih, bulu mata tidak rontok, bulu putih dan tidak rontok, feses padat dan berwarna hitam serta mulut dan hidung
yang tidak menunjukkan terjadinya pendarahan. Demikian juga dari tingkah laku tikus tidak ditemukan adanya kelainan, selama pengamatan tidak ditemukan
adanya tikus yang gelisah dan hiperaktif, gerakan dan kedutan perut juga terlihat normal dan tidak terjadi konvulsi.
173 174
175 176
177 178
179 180
181 182
183
Jantan Betina
Gram
Hari ke 1 Hari ke 3
Gambar 5. Rata-rata berat badan tikus jantan dan betina yang diberi ekstrak air buah murbei dosis 5 gkg bb.
Data berat badan menunjukkan terjadi kenaikan berat badan setelah 3 hari perlakuan baik pada tikus jantan maupun betina Gambar 5 dengan kenaikan tikus
jantan lebih tinggi dibanding tikus betina, pola ini sesuai dengan hasil penelitian sub kronis. Berat rata-rata tikus jantan naik dari 178,6 gram menjadi 182,4 gram,
sedangkan berat rata-rata tikus betina naik dari 176,2 gram menjadi 178,4 gram. Semua tikus perlakuan jantan menunjukkan kenaikan berat badan sedangkan pada
tikus betina 4 tikus mengalami kenaikan sedangkan 1 tikus berat badannya tetap Lampiran 1. Data konsumsi pakan setiap tikus selama 3 hari menunjukkan
kecenderungan kenaikan konsumsi pakan baik pada tikus jantan maupun betina Lampiran 2. Pada tikus jantan konsumsi rata-rata selama 3 hari berturut-turut
adalah 17,49 gram, 18,32 gram dan 19,26 gram, sedangkan rata-rata konsumsi pakan tikus betina per hari selama 3 hari adalah 15,52 gram, 16,85 gram dan 17,69
gram Gambar 6.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
jantan Betina
gr a
m
Hari ke 1 Hari ke 2
Hari ke 3
Gambar 6. Rata-rata konsumsi pakan tikus jantan dan betina yang diberi ekstrak air buah murbei dosis 5 gkg bb.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air buah murbei dosis tunggal 5 gkg bb tidak mempengaruhi tingkah laku, fisik, rata-rata
berat badan dan konsumsi pakan selama 3 hari pengamatan. Artinya pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis tersebut tidak berdampak pada nafsu makan dan
berat badan. Menurut Kuroiwa et al. 2006 penurunan berat badan dan konsumsi pakan merupakan salah satu gejala toksisitas suatu sampel, sehingga berdasarkan
hal tersebut penambahan ekstrak air buah murbei tidak menunjukan terjadinya gejala toksik bagi tikus perlakuan baik pada tikus jantan maupun betina.
Berdasarkan data tidak adanya tikus yang mati dan tidak munculnya gejala toksik dari perlakuan yang diberikan maka menurut OECD 420 2001 dan Ball et al.
1991 kondisi tersebut menunjukkan nilai LD 50 dari ekstrak air buah murbei lebih besar dari 5 gkg bb.
4.5. Toksisitas Sub Kronis