Protein dan albumin Analisis serum tikus

dengan semakin tingginya dosis ekstrak air buah murbei yang diberikan berarti juga menunjukkan penurunan unconjugated bilirubin. Analisis sidik ragam konsentrasi rata-rata bilirubin total dan conjugated bilirubin memberikan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05 baik pada jenis kelamin jantan maupun betina Lampiran 18b, 19b, 20b dan 21b. Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap conjugated bilirubin yang menunjukkan konsentrasi yang lebih rendah pada tikus perlakuan dan tikus kontrol relevan dengan hasil pengukuran enzim alkalin fosfatase yang juga lebih rendah dari kontrol. Dua parameter tersebut menunjukkan tidak terjadinya penyumbatan saluran empedu sehingga conjugated bilirubin dapat melewatinya dan menuju usus halus. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa pemberian ekstrak air buah murbei dengan dosis 0,1 dan 1 gkg bb selama 92 hari tidak menyebabkan peningkatan konsentrasi bilirubin total dan juga conjugated bilirubin pada tikus perlakuan. Artinya pemberian tersebut tidak merusak fungsi hati dalam memetabolisme bilirubin total dan juga conjugated bilirubin,

4.5.2.1.3. Protein dan albumin

Protein merupakan salah satu makronutrien penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Konsumsi protein dibutuhkan tubuh salah satunya sebagai sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk membentuk senyawa tertentu seperti basa nitrogen untuk DNA dan RNA. Asupan protein yang kurang dapat menyebabkan banyak masalah seperti kehilangan berat badan, kelemahan, penyusutan jaringan otot dan edema serta dapat memicu terjadinya sirosis pada hati Gonzales et al. 2003. Protein yang masuk melalui makanan akan dicerna tubuh dalam bentuk asam amino selanjutnya akan diarahkan ke dalam hati melalui pembuluh darah. Di dalam hati asam amino akan mengalami reaksi deaminasi dan transaminasi dengan katalis enzim seperti SGPT dan SGOT sehingga bagian nitrogennya NH 2 akan terpisah dari kerangka karbon bagian non-nitrogen. Bagian non nitrogen selanjutnya dapat diubah menjadi glukosa, lipid ataupun dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat asam amino non esensial yang dibutuhkan tubuh, sedangkan bagian nitrogennya yang toksik bagi tubuh akan masuk ke dalam siklus urea sehingga terbentuk urea dan dapat dikeluarkan melalui urin. Selain itu di hati juga dapat disintesis asam-asam amino non esensial seperti alanin dan glutamat Murray et al. 2003. Selain fungsi diatas sel hepatosit juga dapat mensintesis albumin, globulin alfa dan beta dan fibrinogen. Albumin merupakan protein plasma yang bermuatan negatif, berberat molekulnya paling besar dan jumlahnya paling banyak dalam plasma darah, sehingga keberadaan albumin sangat penting untuk menjaga kestabilan tekanan osmotik darah. Selain itu albumin juga berperan sebagai protein transport bagi asam lemak bebas, asam empedu, bilirubin, kation dan mineral penting seperti Zn Murray et al. 2003, Kaneko 1980. Menurut Davidson dan Henry 1974 pengukuran total protein, albumin dan globulin dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati meskipun kurang spesifik. Terjadinya sirosis pada sel hepatosit dapat diindikasikan dari terjadinya penurunan konsentrasi total protein dan albumin hipoalbuminemia. Penurunan tersebut terjadi karena sirosis merupakan kerusakan yang irreversible, sehingga akan mengurangi jumlah sel hepatosit dan akhirnya akan mengurangi jumlah sel yang dapat memproduksi albumin dan juga protein yang lain. Meskipun demikian tes ini kurang spesifik karena terjadinya hipoalbuminemia juga dapat mengindikasikan terjadinya malnutrisi, malabsorbsi dan juga sindrom nefrotik. Sedangkan naiknya konsentrasi albumin serum hiperalbuminemia mengindikasikan terjadinya dehidrasi yang disebabkan tubuh banyak kehilangan cairan sehingga meningkatkan konsentrasi albumin dalam serum. Hasil pengukuran konsentrasi protein total dan albumin pada setiap tikus perlakuan dan kontrol ditampilkan pada Lampiran 22a, 23a, 24a dan 25a, sedangkan konsentrasi rata-ratanya ditampilkan pada Tabel 10. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata protein pada tikus perlakuan jantan dan betina lebih tinggi dibanding tikus kontrol, sedangkan konsentrasi rata-rata protein antar perlakuan baik pada kelompok jantan dan betina meningkat dengan semakin tingginya dosis ekstrak air buah murbei yang diberikan Tabel 10. Konsentrasi rata-rata protein tertinggi dihasilkan pada tikus betina yang mendapat perlakuan ekstrak air buah murbei dosis 1 gkg bb yaitu sebesar 7,39 grdl. Analisis sidik ragam terhadap konsentrasi rata-rata protein pada tikus jantan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 22b, sedangkan pada tikus betina menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada perlakuan 1gkg bb Lampiran 23b dan 23c. Meskipun demikian nilai tersebut masih masuk dalam rentang konsentrasi protein normal pada tikus yaitu 6,0-7,8 Charles River lab. 1984. Tabel 10. Rata-rata dan standar deviasi total protein gdl dan albumin gdl pada tikus kontrol dan perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 dan 1 gkg bb. Jenis kelamin Perlakuan Total protein gdl Albumin gdl Jantan Kontrol 6,25±0,19 a 3,49±0,10 a 0,1 gkg bb 6,29±1,13 a 3,41±0,38 a 1 gkg bb 6,59±1,73 a 3,27±0,20 a Betina Kontrol 6,09±0,51 a 3,47±0,20 a 0,1 gkg bb 6,36±0,34 a 3,58±0,22 a 1 gkg bb 7,39±0,73 b 3,71±0,32 a Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama pada setiap jenis kelamin jantan dan betina menunjukkan perbedaan nyata P0,05. Hasil pengukuran rata-rata albumin pada tikus jantan menunjukkan nilai yang semakin rendah dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak air buah murbei yang diberikan, sedangkan pada tikus betina terjadi sebaliknya, konsentrasi rata-rata albumin semakin tinggi dengan semakin menurunnya dosis ekstrak air buah murbei yang diberikan. Meskipun demikian konsentrasi tersebut masih masuk dalam rentang konsentrasi albumin normal pada tikus yaitu 3,4-4,3 gdl Charles River Laboratory 1984. Analisis sidik ragam menunjukkan konsentrasi rata-rata albumin pada tikus jantan dan betina tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 24b dan 25b. Menurut Kaneko 1980 komponen dominan utama yang ada pada total protein serum adalah albumin dan globulin sedangkan komponen lainnya bisa berupa protein transpor lain seperti tranferrin dan ferritin. Konsentrasi rata-rata total protein serum yang tinggi pada tikus betina yang diberi ekstrak air buah murbei dosis 1 gkg bb yang dibarengi dengan naiknya albumin maka ada 2 kemungkinan yang terjadi pada kadar globulin serum yaitu bisa naik atau turun atau tidak terjadi perubahan, artinya kenaikan pada total protein serum bisa diakibatkan oleh naiknya albumin dan globulin atau hanya diakibatkan oleh naiknya albumin saja. Indikator terjadinya kerusakan pada hati yaitu fibrosis atau hepatitis sub akut diantaranya penurunan konsentrasi albumin dan atau penurunan konsentrasi albumin yang disertai dengan kenaikan jumlah globulin sehingga total protein serumnya bisa turun akibat turunnya albumin atau naik albumin turun dan globulin naik. Berdasarkan hal tersebut maka kenaikan konsentrasi rata-rata protein serum yang dikuti dengan kenaikan konsentrasi albumin pada tikus betina yang diberi ekstrak air buah murbei dosis 1 gkg bb tidak mengindikasikan terjadinya kerusakan hati. Tingginya protein pada serum darah tidak hanya dipengaruhi oleh hati sebagai tempat yang memproduksinya tetapi juga dipengaruhi oleh status protein dari pencernaan, katabolisme albumin dan juga profil glomerulus Kaneko 1980. Kenaikan input asam amino dari pencernaan akan menaikkan konsentrasi rata-rata protein serum tetapi hal itu hanya berlangsung sebentar karena hati langsung berperan untuk menyerapnya dan memetabolisme kelebihan tersebut. Sedangkan jika melihat hasil pengukuran mineral pada Tabel 15 dan 16 maka konsentrasi rata-rata tersebut tidak menunjukkan terjadinya dehidrasi pada tikus. Oleh karena itu hal yang mungkin berkaitan dengan naiknya protein pada serum adalah kenaikan sintesis albumin dan globulin dari hati sebagai akibat naiknya kebutuhan tubuh dan juga bisa disebabkan naiknya katabolisme protein otot. Selain itu konsentrasi protein total yang lebih rendah pada tikus kontrol juga bisa diakibatkan dari terjadinya degenerasi lemak dan juga nekrosis yang lebih tinggi pada sel hepatositnya dibanding tikus perlakuan Tabel 13, kondisi tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi sel dalam melakukan sintesis protein serum. Menurut Harlina 2007 terjadinya degenerasi dan nekrosis pada sel hepatosit dapat mengganggu sintesis protein plasma sehingga akan menurunkan konsentrasinya dalam plasma. Data yang dihasilkan tersebut menunjukkan pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis 0,1 dan 1 gkg bb tidak memberikan dampak terhadap konsentrasi total protein dan albumin serum tikus Sprague Dawley. Artinya perlakuan tersebut tidak mempengaruhi fungsi hati dalam meregulasi dan mensintesis konsentrasi total protein dan albumin dalam serum tikus tersebut. 4.5.2.1.4. Glukosa Glukosa merupakan salah satu monosakarida penting bagi tubuh yang berfungsi sebagai sumber energi. Glukosa juga merupakan satu-satunya sumber energi bagi otak. Salah satu sumber glukosa bagi tubuh adalah karbohidrat dalam makanan, karbohidrat tersebut akan diserap dalam bentuk monosakarida dan masuk ke dalam darah sehingga akan meningkatkan kadar glukosa darah. Secara alamiah dan dalam kondisi normal tubuh akan menjaga kadar glukosa darah tetap konstan, sehingga kelebihan glukosa dalam darah akan diarahkan ke hati dan diubah menjadi glikogen melalui jalur glikogenesis. Sebagian glukosa juga akan diarahkah ke otot melalui aliran darah sebagai sumber energi yang jika berlebih juga dapat disimpan dalam bentuk glikogen otot. Jika kadar glukosa darah masih tinggi maka hati akan mengubahnya menjadi asam lemak melalui reaksi lipogenesis yang selanjutnya akan disimpan dalam bentuk trigliserida di jaringan adiposa Murray et al. 2003. Tetapi jika kadar glukosa darah lebih rendah dari nilai normalnya maka hati akan memecah simpanan glikogennya dan mengubahnya menjadi glukosa yang selanjutnya akan dikeluarkan menuju darah. Jika kadar glukosa masih kurang maka akan terjadi pemecahan simpanan lemak di jaringan adiposa, simpanan lemak dalam bentuk trigliserida akan diubah menjadi asam lemak oleh enzim triasilgliserol lipase, asam lemak selanjutnya akan diarahkan ke hati dan diubah menjadi glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Glukosa yang terbentuk selanjutnya akan dikeluarkan ke dalam darah sehingga akan meningkatkan kadar glukosa darah pada level normal. Tingginya kadar glukosa darah dalam waktu yang lama sering dihubungkan dengan penyakit diabetes melitus yang selanjutnya jika kadarnya selalu tinggi akan menyebabkan kerusakan pada mata, ginjal dan juga hati. Sehingga berdasarkan fungsi hati dalam mengatur kadar glukosa darah maka pengukuran kadar glukosa darah dapat menjadi salah satu indikator kerusakan hati meskipun spesifitasnya rendah Kaneko 1980. Hasil pengukuran konsentrasi glukosa pada setiap tikus jantan dan betina ditampilkan pada Lampiran 26a dan 27a, sedangkan konsentrasi glukosa rata-rata tikus jantan dan betina dari setiap perlakuan dan kontrol ditampilkan pada Tabel 11. Hasil pengukuran konsentrasi rata-rata glukosa pada tikus jantan dan betina menunjukkan konsentrasi yang semakin tinggi dengan semakin meningkatnya dosis pemberian ekstrak air buah murbei Tabel 11. Meskipun demikian konsentrasi tersebut masih termasuk ke dalam rentang glukosa normal pada tikus yaitu 82-187 mgdl Suckow et al. 2006. Analisis sidik ragam menunjukkan konsentrasi rata-rata glukosa pada tikus jantan dan betina tidak berbeda nyata P0,05 Lampiran 26b dan 27b. Tabel 11. Rata-rata dan standar deviasi glukosa mgdl pada tikus kontrol dan perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 dan 1 gkg bb. Jenis kelamin Perlakuan glukosa mgdl Jantan Kontrol 175,84± 18,70 a 0,1 gkg bb 177,36± 27,79 a 1 gkg bb 182,45± 30,15 a Betina Kontrol 149,39± 33,22 a 0,1 gkg bb 157,32± 38,14 a 1 gkg bb 159,29± 36,39 a Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama pada setiap jenis kelamin jantan dan betina menunjukkan perbedaan nyata P0,05. Data yang dihasilkan tersebut menunjukkan pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis 0,1 dan 1 gkg bb tidak memberikan dampak terhadap konsentrasi glukosa serum tikus Sprague Dawley. Artinya perlakuan tersebut tidak mempengaruhi fungsi hati dalam meregulasi konsentrasi glukosa dalam serum tikus tersebut. 4.5.2.1.5. Total lipid, trigliserida dan kolesterol Lemak merupakan salah satu makronutrien penting bagi tubuh yang berfungsi sebagai sumber dan simpanan energi bagi tubuh. Lemak dapat diserap tubuh dalam bentuk asam lemak bebas. Proses pembentukan asam lemak pada saluran pencernaan tubuh terjadi di dalam usus halus dengan bantuan garam empedu dan enzim lipase pankreatik. Lemak yang sudah dipecah menjadi asam-asam lemaknya akan membentuk misel yang utamanya terdiri atas asam lemak rantai panjang, monogliserida dan garam-garam empedu. Asam lemak rantai panjang yang ada dalam misel tersebut dapat diserap oleh tubuh melalui jalur limfatik dengan cara membentuk kilomikron, proses tersebut selanjutnya akan mengantarkan lemak yang diserap ke dalam plasma darah. Dalam darah dan dengan bantuan enzim lipoprotein lipase, sebagian asam lemak yang ada pada kilomikron akan dilepaskan dan selanjutnya akan masuk ke dalam sel, sedangkan sisa asam lemak dan kolesterol akan masuk ke hati Murray et al. 2003. Hati selanjutnya akan melaksanakan fungsinya yang secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu metabolisme dan sintesis. Metabolisme lipid dilakukan dengan cara mengoksidasi trigliserida agar memproduksi energi yang dibutuhkan oleh sel hepatosit, selain itu hati juga merupakan organ utama yang mengubah kelebihan karbohidrat dan protein menjadi asam lemak yang selanjutnya akan dibentuk menjadi trigliserida dan selanjutnya akan disimpan dijaringan adiposa. Sedangkan fungsi sintesis dilakukan oleh hati dengan memproduksi lipoprotein seperti VLDL, IDL, LDL dan HDL dan juga sintesis kolesterol dan fosfolipid. Jika fungsi hati tersebut berjalan dengan baik, maka kadar total lipid, trigliserida dan kolesterol dalam serum akan normal, tetapi jika ada kerusakan hati maka akan mempengaruhi kadar ketiga senyawa tersebut dalam serum darah. Menurut Khurana 2008 total lipid, trigliserida dan kolesterol pada serum dapat menjadi indikator kerusakan hati dalam menjalankan fungsinya meskipun tidak spesifik. Sedangkan menurut Hayes 2008 naiknya konsentrasi kolesterol dan trigliserida mengindikasikan terjadinya kolestasis, tetapi keadaan ini juga terjadi pada penderita diabetes melitus dan hipertiroidisme. Hasil pengukuran konsentrasi total lipid, kolesterol dan trigliserida pada setiap tikus jantan dan betina ditampilkan pada Lampiran 28a dan 29a, 30a, 31a, 32a dan 33a, sedangkan konsentrasi rata-rata ketiga parameter tersebut pada tikus jantan dan betina dari setiap perlakuan dan kontrol ditampilkan pada Tabel 12. Hasil pengukuran konsentrasi rata-rata lipid total, kolesterol dan trigliserida pada tikus perlakuan jantan dan betina menunjukkan konsentrasi yang lebih rendah dari kelompok kontrolnya masing-masing. Konsentrasi rata-rata lipid total, kolesterol dan trigliserida terendah dihasilkan dari tikus yang diberi ekstrak air buah murbei dosis tertinggi yaitu 1 gkg bb, lalu selanjutnya yang diberi dosis 0,1 gkg bb dan tertinggi ada pada tikus kontrol Tabel 12. Konsentrasi rata-rata kolesterol dan trigliserida yang dihasilkan dari penelitian ini masih masuk rentang dalam tikus normal yaitu: kolesterol 47-88 mgdl Suckow et al. 2006 dan trigliserida 24-145 mgdl Suckow et al. 2006. Analisis sidik ragam menunjukkan konsentrasi rata-rata lipid total, kolesterol dan trigliserida pada tikus jantan dan betina tidak berbeda nyata P0,05 Lampiran 28b dan 29b, 30b, 31b, 32b dan 33b. Tabel 12. Rata-rata dan standar deviasi total lipid mgdl, kolesterol mgdl dan trigliserida mgdl pada tikus kontrol dan perlakuan pemberian ekstrak air buah murbei dosis 0,1 dan 1 gkg bb. Jenis kelamin Perlakuan Total lipid mgdl Kolesterol mgdl Trigliserida mgdl Jantan Kontrol 407,94± 189,74 a 61,47±5,67 a 66,06± 15,09 a 0,1 gkg bb 373,16± 129,19 a 55,92±6,06 a 65,69± 24,94 a 1 gkg bb 356,48± 69,92 a 54,98±6,77 a 62,26± 45,29 a Betina Kontrol 338,56± 146,12 a 75,17±9,98 a 65,93± 17,91 a 0,1 gkg bb 331,65± 177,18 a 73,84±12,38 a 61,08± 35,66 a 1 gkg bb 254,66± 37,70 a 74,40±13,52 a 62,87±31,23 a Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama pada setiap jenis kelamin jantan dan betina menunjukkan perbedaan nyata P0,05. Hasil pengukuran konsentrasi kolesterol dan trigliserida dari penelitian ini memiliki pola yang sama dengan hasil penelitian Chen et al. 2005 dan Yang et al. 2010. Hasil penelitian Chen et al. 2005 yang menambahkan 0,5 dan 1 ekstrak air buah murbei selama 10 minggu pada kelinci menunjukkan penurunan signifikan kadar trigliserida dan kolesterol pada kelinci percobaan yang mengalami ateroskeleriosis. Sedangkan hasil penelitian Yang et al. 2010 yang memberikan ekstrak kering ekstrak air buah murbei pada tikus galur wistar selama 4 minggu menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol dan trigliserida serum tikus perlakuan dibanding kontrol meskipun secara statistik tidak signifikan. Konsentrasi kolesterol, total lipid dan trigliserida dalam serum dipengaruhi oleh konsentrasi lipid dalam diet dan juga kemampuan hati dalam meregulasi ketiganya. Menurut Sherlock dan Dooley 2002 organ utama yang dapat meregulasi konsentrasi ketiga parameter tersebut dalam serum adalah hati. Tabel 13 menunjukkan profil hepatosit tikus perlakuan dan kontrol, profil hepatosit tikus perlakuan lebih baik dari kontrol berdasarkan jumlah sel normal, degenerasi lemak dan nekrosis. Sehingga sel hepatosit hati pada tikus perlakuan lebih baik dalam meregulasi dan mensistesis kolesterol, trigliserida dan total lipid dalam serum. Selain itu persentase sel nekrosis yang lebih tinggi pada tikus kontrol menyebabkan kolesterol, total lipid dan trigliserida yang ada dalam sel nekrosis akan keluar menuju serum darah sehingga akan meningkatkan konsentrasinya dalam serum. Sedangkan semakin rendahnya konsentrasi kolesterol pada serum tikus perlakuan dapat diindikasikan tidak terjadinya penyumbatan pada saluran empedu tidak terjadi kolestasis, ini menguatkan hasil pengukuran enzim alkalin fosfatase, bilirubin total dan conjugated bilirubin. Selain itu menurut Chen et al. 2005 kemampuan buah murbei dalam menurunkan kolesterol, total lipid dan trigliserida serum berkaitan dengan keberadaan komponen antioksidan dalam buah murbei dan yang lebih berperan adalah antosianin. Antosianin bekerja memperbaiki profil lipid serum dengan cara mencegah teroksidasinya LDL. Oksidasi LDL dapat menyebabkan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah yang dapat mengganggu aliran darah sehingga dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol, trigliserida dan total lipid dalam darah. Antioksidan melindungi LDL dari proses oksidasi yang bisa disebabkan keberadaan radikal bebas di dalam arteri. Sehingga tercegahnya LDL teroksidasi maka aliran darah tidak terganggu dan profil lipid darah pun tidak terganggu. Oleh karena itu selain memperbaiki profil sel hepatosit, antioksidan yang ada pada buah murbei juga dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL dalam darah sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol, total lipid dan trigliserida dalam serum. Data yang dihasilkan tersebut menunjukkan pemberian ekstrak air buah murbei pada dosis 0,1 dan 1 gkg bb tidak memberikan dampak terhadap konsentrasi total lipid, kolesterol dan trigliserida serum tikus Sprague Dawley, bahkan menurunkan konsentrasinya dalam serum. Artinya perlakuan tersebut tidak mempengaruhi fungsi hati dalam meregulasidan mensintesis konsentrasi lipid total, kolesterol dan trigliserida dalam serum tikus tersebut.

4.5.2.2. Histologi hati