5.1.3 PDRB
PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu wilayah dalam satu tahun. Selama kurun waktu
2005-2010, PDRB yang dihasilkan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tren meningkat karena adanya peningkatan produksi maupun harga. Pada tahun 2010
PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Sumatera Barat mencapai 87,22 triliun rupiah, meningkat sebanyak 10,47 triliun rupiah dibandingkan tahun 2009. Bila
digolongkan menurut sektor lapangan usaha, maka sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Barat. Dan
pada tahun 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 20,79 triliun rupiah.
Tabel 5.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Sumatera Barat Tahun 2005-2010 milyar rupiah
SEKTOR 2005
2006 2007
2008 2009
2010
1 2
3 4
5 6
7
Pertanian 11.433,00 13.396,52 14.754,87 17.379,93
18.381,92 20.792,32
Pertambangan Penggalian
1.514,21 1.829,48
2.059,94 2.356,17
2.556,10 2.763,86
Industri Pengolahan 5.084,34
6.055,97 7.179,24
8.597,36 9.279,51
10.197,21 Listrik, Gas Air Bersih
666,71 754,79
822,19 863,21
898,66 924,62
Bangunan 2.472,64
2.972,40 3.290,15
3.941,92 4.317,98
5.498,73 Perdagangan, Hotel,
Restoran 7.799,76
8.992,23 10.368,00 12.532,37 13.694,25
15.474,82 Pengangkutan
Komunikasi 6.167,34
8.022,49 9.009,32 10.685,33
11.670,81 13.439,31
Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
2.249,28 2.632,09
2.963,37 3.463,31
3.784,47 4.145,20
Jasa-jasa 7.287,29
8.373,62 9.351,98 11.134,91
12.169,26 13.985,18
PDRB ADHB 44.674,57 53.029,59 59.799,05 70.954,52 76.752,94 87.221,25
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan Tabel 5.4 sektor pertanian sebagai basis utama perekonomian Sumatera Barat menyumbangkan kontribusi terbesar dengan rata-rata 24,64
persen selama periode 2005-2010. Bila dilihat secara rentang waktu dari Tahun 2005 ke Tahun 2010 terlihat bahwa struktur perekonomian di Sumatera Barat
belum terjadi pergeseran struktur ekonomi yang signifikan. Sampai dengan Tahun 2010 struktur perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh tiga sektor
utama yakni sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Peranan sektor-sektor tersebut secara total melebihi 50 persen dari total
PRDB Sumatera Barat.
Tabel 5.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Sumatera Barat Tahun 2005-2010
SEKTOR 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Rata-
rata
1 2
3 4
5 6
7 8
Pertanian 25,59
25,26 24,67
24,49 23,95
23,84 24,64
Pertambangan Penggalian
3,39 3,45
3,44 3,32
3,33 3,17
3,35 Industri Pengolahan
11,38 11,42
12,01 12,12
12,09 11,69
11,78 Listrik, Gas Air
Bersih 1,49
1,42 1,37
1,22 1,17
1,06 1,29
Bangunan 5,53
5,61 5,50
5,56 5,63
6,30 5,69
Perdagangan, Hotel, Restoran
17,46 16,96
17,34 17,66
17,84 17,74
17,50 Pengangkutan
Komunikasi 13,81
15,13 15,07
15,06 15,21
15,41 14,95
Keuangan, Persewaan Jasa
Perusahaan 5,03
4,96 4,96
4,88 4,93
4,75 4,92
Jasa-jasa 16,31
15,79 15,64
15,69 15,86
16,03 15,89
PDRB ADHB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat.
Gambar 5.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat Tahun 2005-2010
Sumber: BPS, diolah.
Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja pada periode tahun 2005 sampai dengan 2010 memperlihatkan trend yang sama. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berkorelasi atau berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat. Pada Tahun 2007 dan 2010 terlihat
perbedaan arah antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja Gambar 5.5. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hal ini lebih dikarenakan
adanya musibah gempa bumi yang memporak-porandakan Sumatera Barat. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi
terus meningkat
karena adanya
pembangunanrekonstruksi pasca gempa yang memberikan nilai tambah pada sektor bangunan.
0,000 1,000
2,000 3,000
4,000 5,000
6,000 7,000
8,000
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00 3,50
4,00 4,50
5,00
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja Pertumbuhan Ekonomi
5.1.4 Upah Riil