Latar Belakang Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Pdrb, Dan Upah Rill Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam masalah ketenagakerjaan menunjukkan bahwa semakin tinggi angka pengangguran maka akan meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas, dan fenomena-fenomena sosial-ekonomi di masyarakat. Pembangunan merupakan upaya perubahan struktural yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk. Tujuan pembangunan Indonesia itu sendiri adalah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan adalah dengan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Namun demikian tidak semua penduduk memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses dan kegiatan pembangunan, sehingga masih ada yang tertinggal dan tidak terangkat dari kemiskinan. Ketenagakerjaan masih menjadi salah satu prioritas perhatian pemerintah, hal ini dapat tercermin pada: 1. Ketenagakerjaan merupakan salah satu sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009, sesuai triple track strategy pro poor, pro growth, pro job. 2. Begitu pula pada RPJMN 2010-2014, sasaran pemerintah pada bidang ketenagakerjaan yaitu: a. Menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka menjadi 5-6 persen. b. Menyelesaikan masalah ketenagakerjaan antara lain:  Terbatasnya kesempatan untuk memperoleh Pekerjaan yang layak  Kualitas angkatan kerja yang rendah  Tingkat Pengangguran Terbuka TPT usia muda yang tinggi.  TPT terdidik di atas SLTA masih tinggi. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan salah satu masalah makroekonomi. Dilihat dari dimensi regional beberapa permasalahan pengangguran adalah tidak adanya konvergensi dan tingkat pengangguran provinsi menunjukkan kecenderungan yang meningkat Sari, 2011. Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Pengangguran Terbuka Indonesia Dirinci Menurut Jenjang Pendidikan juta orang JENJANG PENDIDIKAN Februari 2010 Agustus 2010 Februari 2011 Penganggur Terbuka TPT Penganggur Terbuka TPT Penganggur Terbuka TPT 1 2 3 4 5 6 7 SD 2,13 24,80 2,16 25,96 1,92 23,65 SMP 1,65 19,21 1,66 19,95 1,80 22,17 SMA 2,11 24,56 2,15 25,84 2,27 27,96 SMK 1,34 15,60 1,20 14,42 1,08 13,30 DIPLOMA IIIIII 0,54 6,29 0,44 5,29 0,44 5,42 UNIVERSITAS 0,82 9,55 0,71 8,53 0,61 7,51 TOTAL 8,59 7,41 8,32 7,14 8,12 6,80 Sumber : BPS, diolah. Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa secara total persentase Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Indonesia sampai dengan bulan Februari 2011 sebesar 6,80 persen. Apabila kita bandingkan dengan target RPJMN 2010-2014 yang ingin dicapai maka dapat dikatakan bahwa TPT Indonesia masih jauh dari angka yang diharapkan dimana TPT terdidik di atas SMA masih tinggi. Pembangunan di Provinsi Sumatera Barat yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 19 KabupatenKota di Sumatera Barat yang tidak terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupatenkota. Salah satu masalah yang perlu disikapi secara tegas dan bijak adalah masalah ketenagakerjaan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun selalu menunjukkan adanya peningkatan. Terjadi sekali penurunan yaitu pada tahun 2009 dimana pertumbuhan ekonominya tidak sepesat tahun 2008, hal ini dikarenakan terjadi krisis global yang melanda negara-negara di dunia yang juga berimbas pada Indonesia. Kemudian di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan adanya peningkatan. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2010 sebesar 6,10 persen sedangkan Sumatera Barat sebesar 5,93 persen. Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Sumatera Barat Tahun 2005-2010 Sumber: BPS, diolah. Gambar 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Indonesia dan Sumatera Barat Periode Agustus 2008 sd Februari 2011 Sumber: BPS, diolah. 5,69 5,50 6,35 6,01 4,58 6,10 5,73 6,14 6,34 6,88 4,28 5,93 4,00 5,00 6,00 7,00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Indonesia Sumatera Barat 8,39 8,14 7,87 7,41 7,14 6,80 8,04 7,90 7,97 7,57 6,95 7,14 6,50 7,00 7,50 8,00 8,50 08 2008 02 2009 08 2009 02 2010 08 2010 02 2011 Indonesia Sumatera Barat Menurut Wallis 2002, pertumbuhan ekonomi secara otomatis akan meningkatkan upah pekerja dan penyerapan tenaga kerja, karena meningkatnya permintaan tenaga kerja. Besarnya penyerapan tenaga kerja di Indonesia dan Sumatera Barat dapat dilihat dari tingginya angka Tingkat Pengangguran Terbuka. Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Barat sangat berfluktuasi dibandingkan dengan TPT Indonesia. Pada periode Februari Tahun 2011 Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatera Barat sebesar 7,14 persen di atas angka Indonesia yang sebesar 6,80 persen. Baik TPT Indonesia maupun Sumatera Barat keduanya menunjukkan angka yang sangat tinggi jika dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam RPJM 2010- 2014 yang sebesar 5 sd 6 persen.

1.2 Perumusan Masalah