3.  PDRB PDRB  atas  dasar  harga  konstan  PDRB  riil  menggambarkan  nilai  tambah
barang  dan  jasa  yang  dihitung  menggunakan  harga  yang  berlaku  pada  satu waktu tertentu sebagai tahun dasar.
4.  Upah riil Upah riil adalah upah yang diterima pekerja yang telah diperhitungkan dengan
daya  beli  dari  upah  nominal  yang  diterima.  Upah  Riil  dihitung  dengan membagi  nilai  dari  upah  nominal  dengan  Indeks  Harga  Konsumen  IHK
dikali 100. Upah nominal adalah upah  yang diterima pekerja secara nominal. Sedangkan  Indeks  Harga  Konsumen  IHK  merupakan  salah  satu  indikator
ekonomi untuk megukur tingkat perubahan harga barang-barang secara umum.
2.5 Hipotesis Statistik
Sesuai  dengan  tujuan  penelitian  yang  telah  dikemukakan,  maka  hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.  Terdapat  pengaruh  yang  positif    antara  pengeluaran  pemerintah  terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat.
2.  Terdapat  pengaruh  yang  positif  antara  PDRB  terhadap  penyerapan  tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat.
3.  Terdapat  pengaruh  yang  negatif  antara  upah  riil  terhadap  penyerapan  tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  bersumber  dari  data  sekunder mulai  dari  tahun  2005  sampai  dengan  tahun  2010.  Data  tersebut  didapat  dari
beberapa sumber sebagai berikut: 1.  Data Penyerapan Tenaga Kerja yang didekati dengan Penduduk usia 15 tahun
ke  atas  yang  bekerja  diperoleh  dari  publikasi  Sumatera  Barat  Dalam  Angka Tahun 2005 sd 2010 dan Keadaan Angkatan Kerja di Sumatera Barat Tahun
2008-2010  yang  diterbitkan  oleh  Badan  Pusat  Statistik  Provinsi  Sumatera Barat.
2.  Data  Pengeluaran  Pemerintah  diperoleh  dari  publikasi  Statistik  Keuangan Daerah KabupatenKota yang diterbitkan oleh BPS RI.
3.  Data  PDRB  diperoleh  dari  publikasi  Produk  Domestik  Regional  Bruto Sumatera  Barat  menurut  KabupatenKota  yang  diterbitkan  oleh  Badan  Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Barat. 4.  Data  Upah  Riil  diperoleh  dari  hasil  pembagian  antara  rata-rata
pendapatangajiupah  nominal  dengan  indeks  harga  konsumen  dikalikan  100, dimana:
  rata-rata  pendapatangajiupah  nominal  diperoleh  dari  publikasi  Statistik Upah Buruh dan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional,
  data Indeks Harga Konsumen IHK diperoleh dari publikasi Indeks Harga Konsumen  Kota  Padang  Tahun  2005-2010  yang  diterbitkan  oleh  Badan
Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
3.2 Metode Analisis
Pengolahan  atas  data  sekunder  yang  telah  dikumpulkan  dari  berbagai sumber  dilakukan  menggunakan  beberapa  paket  program  statistik,  seperti:
Microsoft  Excel  2010,  dan  EViews  6.0.  Kegiatan  pengolahan  data  menggunakan Microsoft  Excel  2010  menyangkut  pembuatan  tabel  dan  analisis.    Sementara  itu
pada pengolahan regresi data panel, penulis menggunakan paket program EViews 6.0.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis  deskriptif  merupakan  bentuk  analisis  sederhana  yang  bertujuan mendeskripsikan  dan  mempermudah  penafsiran  yang  dilakukan  dengan
memberikan  pemaparan  dalam  bentuk  tabel,  grafik,  dan  diagram.  Analisis deskriptif  ini  digunakan  untuk  menggambarkan  situasi  ketenagakerjaan  secara
umum  meliputi  jumlah  angkatan  kerja,  penyerapan  tenaga  kerja  dan pengangguran. Selain itu, juga untuk menggambarkan deskripsi variabel-variabel
yang  mempengaruhi  penyerapan  tenaga  kerja  yaitu  pengeluaran  pemerintah, PDRB, dah upah riil.
3.2.2 Analisis Regresi Data Panel
Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB dan Upah Riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi
Sumatera Barat melalui persamaan strukturalnya. Data panel diperoleh dengan menggabungkan data  cross section dan time
series. Penggunaan model regresi data panel memungkinkan peneliti untuk dapat menangkap  karakteristik  antar  individu  dan  antar  waktu  yang  bisa  saja  berbeda-
beda. Regresi  dengan  menggunakan  panel  data    data  panel    pooled  data,
memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan standar cross section dan time series Gujarati, 2004:637, diantaranya sebagai berikut:
1.  Data  panel  mampu  menyediakan  data  yang  lebih  banyak,  sehingga  dapat memberikan  informasi  yang  lebih  lengkap.  Sehingga  diperoleh  degree  of
freedom df yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik. 2.  Dengan  menggabungkan  informasi  dari  data  time  series  dan  cross  section
dapat  mengatasi  masalah  yang  timbul  karena  ada  masalah  penghilangan variabel omitted variable.
3.  Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel. 4.  Data  panel  lebih  baik  dalam  mendeteksi  dan  mengukur  efek  yang  secara
sederhana  tidak  mampu  dilakukan  oleh  data  time  series  murni  dan  cross section murni.
5.  Dapat  menguji  dan  membangun  model  perilaku  yang  lebih  kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi.
6.  Data  panel  dapat  meminimalkan  bias  yang  dihasilkan  oleh  agregat  individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.
Model regresi linear pada data panel dapat dituliskan sebagai berikut: 3.1
Dimana: i = 1,……, N;
N adalah jumlah individucross-sectional units kabupatenkota t = 1,…….,T;
T adalah jumlah periode waktu 6 yaitu dari tahun 2005-2010 Pada
ada  sebanyak  k  slope  tidak  termasuk  intersep  yang  menunjukkan jumlah  variabel  bebas  yang  digunakan  dalam  model.  Sedangkan
merupakan efek  individu  yang  dapat  bernilai  konstan  sepanjang  periode  t  atau  bahkan
berbeda-beda  untuk  setiap  individu  ke-i.  Apabila diasumsikan  sama  untuk
setiap  unit,  maka  model  itu  dapat  disebut  juga  sebagai  model  regresi  klasik classical regression model, dimana metode Ordinary Least Square OLS akan
menghasilkan  penduga  yang  konsisten  dan  efisien  untuk
dan   .  Apabila
diasumsikan  berbeda-beda  antar  cross-section  unit,  dan  slope  konstan,  maka terdapat dua model regresi data panel yang mungkin yaitu model fixed effects atau
model  random  effects.  Apabila  perbedaan  intersep  antar  cross-sectional  units tersebut merupakan variabel random
atau stochastic maka model random effects-lah yang sesuai. Sementara  itu  error  dalam  model  regresi  data  panel  dapat  dituliskan
sebagai berikut:
3.2 dimana
=  time  specific  effects  residual  yang  terjadi  karena  pengaruh  perbedaan waktu
=  individual  specific  effects  residual  yang  terjadi  karena  perbedaan karakteristik setiap individu
=  efek hanya pada observasi it.
Untuk  menyederhanakan  analisis  biasanya  sering  diasumsikan =  0
tidak  ada  pengaruh  spesifik  waktuno  time  specific  effectstime  invariant. Terdapat tiga jenis estimasi standar untuk regresi data panel yaitu common effects
Model  pooled  regression,  fixed  effects  model  Least  Square  Dummy  Variables estimation, LSDV estimation dan random effects model.
3.2.2.1  Model Common Effects Pooled Regression
Model  common  effects  merupakan  pendekatan  data  panel  yang  paling sederhana,  yakni  dengan  hanya  mengkombinasikan  data  cross-section  dalam
bentuk pool. untuk
i = 1,2,…..,19          t = 1,2,…,6 3.3
Dari  persamaan  3.2,  apabila =  0  dan
=  0, maka  model
tersebut adalah model pooled regression common effects, yang dapat diestimasi dengan metode Least Square, namun asumsi
jarang sekali terpenuhi pada model  regresi  data  panel.  Model  ini  tidak  memperhatikan  dimensi  individu
maupun  waktu,  sehingga  diasumsikan  bahwa  perilaku  individu  sama  dalam
berbagai kurun waktu. Kelemahan model ini adalah ketidakseuaian model dengan keadaan  sebenarnya.  Kondisi  tiap  obyek  dapat  berbeda  dan  kondisi  suatu  obyek
satu waktu dengan waktu yang lain dapat berbeda. Pada model ini asumsi regresi linear klasik dengan metode OLS berlaku sepenuhnya.
3.2.2.2 Model Fixed Effects
Model  ini  mengasumsikan  bahwa  perbedaan  antar  individu  dapat diakomodasi  dari  perbedaan  intersepnya.  Namun  intersep  masing-masing  cross-
section  bersifat  fixed,  tidak  random.  Untuk  mengestimasi  model  fixed  effects dengan intersep berbeda antar individu,  maka digunakan teknik variabel  dummy.
Model  estimasi  ini  sering  disebut  dengan  teknik  Least  Square  Dummy  Variable LSDV. Model persamaan panel fixed effects dengan asumsi tidak ada pengaruh
periode waktu no time specific effects dapat dituliskan sebagai berikut: untuk i = 1,2,…..,19          t = 1,2,…,6
3.4 Model  pada  persamaan  3.3  juga  dapat  dituliskan  dalam  bentuk  stack
model berdasarkan individu cross-section yaitu:
[ ]   [
]     [ ]
[ ]
[ ]
[ ]
3.5
Dimana: = vektor berukuran T x 1
= matriks berukuran T x k , dengan k adalah jumlah variabel bebas = vektor berukuran k x 1 yang berisi parameter tidak diketahui slope
= vektor berukuran T x 1 = vektor berukuran T x 1
Metode fixed effects, digunakan apabila error term terdiri dari:
3.6
3.2.2.3 Model Random Effects
Estimasi  data  panel  dengan  fixed  effects  melalui  teknik  variabel  dummy sering  menunjukkan  ketidakpastian  model  yang  digunakan.  Untuk  mengatasi
masalah ini kita bisa menggunakan metode  random effects  yang mengasumsikan bahwa  individual  effects
bersifat  random  dan  tidak  berkorelasi  dengan variabel  bebasnya.  Dengan  asumsi  tidak  ada  pengaruh  waktu  no  time  specific
effects maka dalam model random effects terdapat dua komponen residual, yaitu residual  yang  tidak  terukur  oleh  pengaruh  individu  dan  waktu
dan  residual secara individu
. Persamaan  regresi  untuk  model  random  effects  dengan  asumsi  no  time
effects dapat ditulis sebagai berikut: untuk i = 1,2,…..,19          t = 1,2,…,6
3.7 dimana
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model random effects, yaitu:
E = E
= 0 ; E ,
= 0 ; E ,
= E ,
= 0 E
= 0 dimana t ≠ s dan i ≠ j
E ,
= 0 dimana i ≠ j
3.2.2.4 Pemilihan Model Estimasi Data Panel 1. Signifikansi
Fixed Effects Model
Signifikansi  model  fixed  effects  dapat  dilakukan  dengan  statistik  uji  F. Statistik  uji  F  digunakan  untuk  mengetahui  apakah  teknik  regresi  data  panel
dengan  fixed  effects  lebih  baik  dari  model  regresi  data  panel  tanpa  variabel dummycommon effects dengan melihat residual sum of squares RSS.
Hipotesis yang digunakan adalah: H
: nilai intersep sama untuk setiap individu crosssection
H
1
:  sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda Adapun statistik uji F-nya dapat dituliskan sebagai berikut:
3.8 dimana:
N = jumlah individu
k = jumlah variabel bebas regressor
= residual sum of squares teknik tanpa variabel dummy = residual sum of squares teknik fixed effects dengan variabel dummy.
Nilai statistik akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat
bebas  df  sebanyak  N-1  dan  NT-N-k.  Jika  nilai  statistik lebih  besar
daripada pada  tingkat  signifikansi  tertentu,  maka  hipotesis  null  akan
ditolak,  yang  berarti  asumsi  koefisien  intersept  dan  slope  adalah  sama  tidak
berlaku,  sehingga  teknik  regresi  data  panel  dengan  fixed  effects  lebih  baik  dari model regresi data panel tanpa variable dummy common effects.
2. Signifikansi Random Efects Model
Untuk  mengetahui  apakah  model  random  effects  lebih  baik  dari  model common  effects,  dapat  digunakan  uji  Lagrange  Multiplier  LM  yang
dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode ini didasarkan pada nilai residual dari metode  common  effects.  Hipotesis  null  H
yang  digunakan  adalah  bahwa intersep  bukan  merupakan  variabel  random  atau  stochastic.  Dengan  kata  lain
varians dari residual bernilai nol.
Adapun  nilai  Breusch-Pagan  LM  statistik  dapat  dihitung  berdasarkan formula sebagai berikut:
[
∑ |∑
| ∑
∑
]
3.9
[
∑ ∑
∑
]
3.10 Dimana  N  =  jumlah  individu;  T  =  jumlah  periode  waktu  dan
adalah  residual metode common effects OLS. Uji  LM ini didasarkan pada distribusi  chi-square
dengan  derajat  bebas  df  sebesar  1.  Jika  hasil  LM  statistik  lebih  besar  dari  nilai kritis statistik  chi-square, maka hipotesis null akan ditolak,  yang berarti estimasi
yang tepat untuk regresi data panel adalah metode random effects daripada metode common effects.
3. Signifikansi Hausman
Untuk mengetahui model yang terbaik antara fixed effects dengan random effects digunakan signifikansi Hausman. Uji signifikansi Hausman menggunakan
hipotesis  null  residual  persamaan  panel  tidak  berkorelasi  dengan  variabel bebasnya yang berarti model random effects lebih baik dibandingkan model fixed
effects.
Adapun  nilai  statistik  Hausman  dapat  dihitung  berdasarkan  formula sebagai berikut:
̂ ̂
̂ 3.11
dimana ̂   ⌊ ̂    ̂
⌋ dan      ̂      ⌊ ̂⌋      ⌊ ̂ ⌋
Statistik  uji  Hausman  mengikuti  distribusi  statistik  chi-square  dengan  derajat bebas sebanyak jumlah variabel independen k. Jika nilai statistik Hausman lebih
besar  daripada  nilai  kritis  statistik  chi-square,  maka  hipotesis  null  akan  ditolak, yang  berarti  estimasi  yang  tepat  untuk  regresi  data  panel  adalah  model  fixed
effects dibandingkan dengan model random effects.
3.2.2.5 Pengujian Asumsi 1. Asumsi Normalitas
Pengujian  asumsi  normalitas  dilakukan  untuk  melihat  apakah  error  term mengikuti distribusi normal. Jika asumsi tidak terpenuhi maka prosedur pengujian
menggunakan  uji-t  menjadi  tidak  sah.    Pengujian  dilakukan  dengan  uji  Jarque Bera atau dengan melihat plot dari sisaan.
Hipotesis dalam pengujian normalitas adalah: H
: error term mengikuti distribusi normal H
1
: error term tidak mengikuti distribusi normal. Keputusan diambil dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera
dengan taraf nyata α = 0,05. Jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi dengan normal.
2. Asumsi Autokorelasi
Autokorelasi  adalah  korelasi  yang  terjadi  antar  observasi  dalam  satu peubah  atau  korelasi  antar  error  masa  yang  lalu  dengan  error  masa  sekarang.
Metode  untuk  mendeteksi  adanya  korelasi  serial  dilakukan  dengan  dengan membandingkan  nilai  Durbin  Watson  DW  dari  penghitungan  dengan  nilai  DW
tabel. Hipotesis dalam pengujian autokorekasi adalah:
H : tidak ada Otokorelasi positif atau negatif
H
1
: terdapat masalah Otokorelasi positif atau negatif. Kriteria pengujian:
d dL
dU 4 - dU
4 - dL 4
2
Tolak H Ada masalah
Otokorelasi positif Tolak H
Ada masalah Otokorelasi negatif
Tidak Tolak H tidak ada masalah
Otokorelasi Tidak ada
kesimpulan Tidak ada
kesimpulan
Tolak H bila
  Nilai  d  hitung  atau  nilai  Durbin  Watson  Model  lebih  besar  daripada  nilai Durbin  Watson  table  batas  bawah  dL  yang  berarti  terdapat  masalah
otokorelasi positif dw  dL   Atau, nilai  d  hitung  atau nilai  Durbin  Watson Model terletak antara nilai
4 –dL  dw  4 yang berarti terdapat masalah otokorelasi negatif
Tidak tolak H bila
  Nilai d hitung atau nilai Durbin Watson Model terletak antara nilai dU  dw 4-dU
3. Asumsi Homoskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan.  Heteroskedastisitas  bertentangan  dengan  salah  satu  asumsi  dasar
regresi homoskedastisitas yaitu variasi residual sama untuk semua pengamatan. Untuk  mendeteksi  adanya  heteroskedastisitas  dalam  model  dilakukan
menggunakan metode General Least Square Cross section Weights yaitu dengan membandingkan  sum  square  Resid  pada  Weighted  Statistics  dengan  sum  square
Resid unweighted Statistics.  Jika sum square Resid pada Weighted Statistics lebih kecil
dari sum
square Resid
unweighted Statistics,
maka terjadi
heteroskedastisitas.    Untuk  mengatasi  masalah  heteroskedastisitas,  model diestimasi dengan menggunakan white-heteroscedasticity
3.2.2.6 Pengujian Parameter Model
Pengujian parameter model bertujuan untuk mengetahui kelayakan model dan  apakah  koefisien  yang  diestimasi  telah  sesuai  dengan  teori  atau  hipotesis.
Pengujian ini meliputi koefisien determinasi R
2
, uji koefisien regresi parsial uji t dan uji koefisien regresi secara menyeluruh F-testuji F.
1. Uji-F
Uji-F  digunakan  untuk  melakukan  uji  hipotesis  koefisien  slope  regresi secara  menyeluruhbersamaan.  Uji-F  memperlihatkan  ada  tidaknya  pengaruh
variabel  independen  terhadap  variabel  dependen  secara  bersama-sama.  Hipotesis dalam uji-F adalah :
H
o
: β
1
= β
2
=….. = 0 H
1
: β
1
≠ β
2
≠ …  ≠ 0 Kriteria  pengujiannya  adalah  jika  nilai  nilai
atau probabilitas F-statistic  taraf nyata, maka keputusannya adalah tolak H
.  Dengan menolak  H
berarti  minimal  ada  satu  peubah  bebas  yang  berpengaruh  nyata terhadap tak bebas.
2. Uji-t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya  adalah  menguji  koefisien  regresi  secara  parsial  menggunakan  uji-t.
Hipotesis pada uji-t adalah : H
: β
i
= 0 , H
1
: β
i
≠ 0.
Keputusan  dalam  pengujian  ini  dilakukan  dengan  membandingkan  nilai dengan
atau dengan melihat nilai probabilitas dari .  Jika nilai
atau jika nilai probabilitas t  α = 0,05 maka tolak H , sehingga
kesimpulannya  adalah  peubah  bebas  secara  parsial  signifikan  memengaruhi peubah tak bebas.
3. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  Goodness  of  Fit  merupakan  suatu  ukuran  yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik  atau tidaknya model
regresi  yang  terestimasi.    Nilai  R
2
mencerminkan  seberapa  besar  variasi  dari  tak bebas  dapat  diterangkan  oleh  peubah  bebas  X  atau  seberapa  besar  keragaman
peubah tak bebas yang mampu dijelaskan oleh model.  Jika R
2
= 0, maka variasi dari Y tidak dapat  diterangkan oleh  X sama sekali dan jika R
2
= 1 berarti variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
3.2.2.7 Model Penelitian
Secara  matematis  pengaruh  pengeluaran  pemerintah,  PDRB,  upah  riil dapat digambarkan dalam fungsi sebagai berikut :
3.12 Keterangan:
Emp  : Employment penyerapan tenaga kerja jiwa G
: Goverment Expenditure Pengeluaran Pemerintah juta Rp. PDRB  : Produk Domestik Regional Bruto milyar Rp.
WP : Wage per Price Upah Riil Rp.
i : urutan kabupatenkota
t : series tahun 2005-2010
α : intersep
β
1
- β
3
: parameter pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil : error term
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Keadaan Geografi
Provinsi  Sumatera  Barat  terletak  di  sebelah  barat  pulau  Sumatera  dan sekaligus  berbatasan  langsung  dengan  Samudera  Indonesia,  Provinsi  Riau,
Provinsi  Jambi  dan  Provinsi  Sumatera  Utara.  Secara  geografis,  Sumatera  Barat terletak antara 0° 54’ LU dan 3° 30’ LS serta 98° 36’ dan 101° 53’ BT, tercatat
memiliki  luas  daerah  sekitar  42,297  ribu  Km
2
.  Luas  tersebut  setara  dengan  2,20 persen dari luas Republik Indonesia.
Tabel 4.1 Luas Daerah dan Persentase KabupatenKota di Sumatera Barat
Kabupaten  Kota Luas km
2
Persentase
1 2
3
Kabupaten  Regency
01. Kep. Mentawai 6.011,35
14,21 02. Pesisir Selatan
5.794,95 13,70
03. S o l o k 3.738,00
8,84 04. Sijunjung
3.130,80 7,40
05.Tanah Datar 1.336,00
3,16 06. Padang Pariaman
1.328,79 3,14
07. A g a m 2.232,30
5,28 08. 50 K o t a
3.354,30 7,93
09. P a s a m a n 3.947,63
9,33 10. Solok Selatan
3.346,20 7,91
11. Dharmasraya 2.961,13
7,00 12. Pasaman Barat
3.887,77 9,19
KotaMunicipality
71. P a d a n g 694,96
1,64 72. S o l o k
57,64 0,14
73. Sawahlunto 273,45
0,65 74. Padang Panjang
23,00 0,05
75. Bukittinggi 25,24
0,06 76. Payakumbuh
80,43 0,19
77. Pariaman 73,36
0,17 SUMATERA BARAT
42.297,30 100,00
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka 2010.
Sumatera  Barat  mempunyai  19  KabupatenKota  dengan  Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu  6,01 ribu Km
2
atau sekitar 14,21 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang,
memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,0 Km
2
0,05. 4.2 Penduduk
Penduduk  mempunyai  peran  besar  dalam  menjalankan  roda  kehidupan masyarakat  jika  dimbangi  dengan  sumber  daya  alam  yang  memadai.  Jumlah
penduduk  suatu  daerah  sangat  dipengaruhi  oleh  faktor  kelahiran,  kematian  dan
migrasi atau perpindahan penduduk. Tabel  4.2  Jumlah  dan  Persentase  Penduduk  Sumatera  Barat  Dirinci
Menurut KabupatenKota Tahun 2010 jiwa
KabupatenKota Laki-laki
Perempuan Jumlah
Persentase
1 2
3 4
5
01  Kepulauan Mentawai 39.504
36.669 76.173
1,57 02  Pesisir Selatan
212.228 217.018
429.246 8,86
03  Solok 171.845
176.721 348.566
7,19 04  Sijunjung
100.764 101.059
201.823 4,16
05  Tanah Datar 164.852
173.642 338.494
6,98 06  Padang Pariaman
191.940 199.116
391.056 8,07
07  Agam 223.077
231.776 454.853
9,38 08  Lima Puluh Kota
172.571 175.984
348.555 7,19
09  Pasaman 125.249
128.050 253.299
5,23 10  Solok Selatan
72.568 71.713
144.281 2,98
11  Dharmas Raya 98.892
92.530 191.422
3,95 12  Pasaman Barat
184.022 181.107
365.129 7,53
71  Kota Padang 415.315
418.247 833.562
17,20 72  Kota Solok
29.359 30.037
59.396 1,23
73  Kota Sawah Lunto 28.161
28.705 56.866
1,17 74  Kota Padang Panjang
23.369 23.639
47.008 0,97
75  Kota Bukittinggi 53.845
57.467 111.312
2,30 76  Kota Payakumbuh
57.894 58.931
116.825 2,41
77  Kota Pariaman 38.922
40.121 79.043
1,63
Provinsi Sumatera Barat 2.404.377
2.442.532 4.846.909
100,00
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - BPS Republik Indonesia.
Berdasarkan  hasil  Sensus  Penduduk  Tahun  2010,  jumlah  penduduk Provinsi  Sumatera  Barat  sebanyak  4.846.909  jiwa  yang  mencakup  mereka  yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 1.877.822 jiwa 38,74 persen dan di daerah perdesaan sebanyak 2.969.087 jiwa 61,26 persen. Persentase distribusi
penduduk  menurut  kabupatenkota  bervariasi  dari  yang  terendah  sebesar  0,97 persen  di  Kota  Padang  Panjang  hingga  yang  tertinggi  sebesar  17,20  persen  di
Kota Padang.
Gambar  4.1  Piramida  Penduduk  Provinsi  Sumatera  Barat  Dirinci  Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 jiwa
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010
– BPS  Republik Indonesia.
Penduduk laki-laki Provinsi Sumatera Barat sebanyak 2.404.377 jiwa dan perempuan  sebanyak  2.442.532  jiwa.  Seks  Rasio  adalah  98,  berarti  terdapat  98
laki-laki  untuk  setiap  100  perempuan.  Seks  Rasio  menurut  kabupatenkota  yang terendah  adalah  Kota  Bukittinggi  sebesar  94  dan  tertinggi  adalah  Kabupaten
Kepulauan  Mentawai  sebesar  108.  Seks  Rasio  pada  kelompok  umur  0-4  sebesar 106,  kelompok  umur  5-9  sebesar  107,  kelompok  umur  lima  tahunan  dari  10
sampai  64  berkisar  antara  92  sampai  dengan  106,  dan  kelompok  umur  65-69 sebesar 78.
Median umur penduduk Provinsi Sumatera Barat tahun 2010 adalah 25,74 tahun.  Angka  ini  menunjukkan  bahwa  penduduk  Provinsi  Sumatera  Barat
termasuk  kategori  menengah.  Penduduk  suatu  wilayah  dikategorikan  penduduk muda bila median umur  20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan
penduduk tua jika median umur  30 tahun BPS, 2010. Rasio  ketergantungan  penduduk  Provinsi  Sumatera  Barat  adalah  60,22.
Angka  ini  menunjukkan  bahwa  setiap  100  orang  usia  produktif  15-64  tahun terdapat  sekitar 60 orang usia tidak produkif 0-14 dan 65+,  yang menunjukkan
banyaknya  beban  tanggungan  penduduk  suatu  wilayah.  Rasio  ketergantungan  di daerah perkotaan adalah 53,07 sementara di daerah perdesaan sebesar 65,10.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analis Deskriptif 5.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja