5.4 Efektivitas Kelembagaan LMDH
Efektivitas kelembagaan merupakan keberhasilan suatu lembaga dalam mencapai tujuan. Faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu lembaga adalah
tujuan yang jelas, struktur organisasi, dukungan atau partisipasi masyarakat, dan sistem nilai yang dianut. LMDH Wana Sumber Mulyo dan LMDH Wana Tani
Makmur telah memiliki tujuan dan struktur organisasi yang jelas yang tertuang dalam akta notaris. Namun, kondisi kedua LMDH saat ini kurang berjalan
maksimal karena masih bersifat pasif. Kedua LMDH tersebut sangat bergantung pada bagi hasil dalam melaksanakan semua kegiatan. LMDH Wana Sumber
Mulyo tidak memiliki usaha produktif sehingga dana operasional hanya bergantung pada bagi hasil produksi kayu. LMDH Wana Tani Makmur telah
memiliki usaha produktif berupa koperasi saprotan. Namun, keuntungan dari koperasi tersebut sedikit sehingga dana operasional juga masih bergantung pada
bagi hasil produksi kayu. Kondisi internal kedua LMDH kurang begitu baik. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya koordinasi antara atasan dengan bawahan dan sesama pengurus. Pengurus juga masih belum memahami kewajiban masing-masing. Hal
tersebut menyebabkan banyak rencana kegiatan LMDH yang kurang terealisasi dengan baik. Selain itu, baik kegiatan di LMDH Wana Sumber Mulyo maupun
Wana Tani Makmur hanya aktif pada kegiatan patroli hutan. Kegiatan patroli hutan aktif diikuti pengurus LMDH apabila ada insentif dari Perhutani. Hal
tersebut menunjukkan bahwa efektivitas LMDH dalam pencapaian tujuan masih kurang.
Program PHBM yang merupakan kemitraan antara Perhutani dan LMDH mempunyai beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan yang berupa
pembuatan Rencana Operasional dan Rencana Strategis, tahap pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan tanaman, pemeliharaan, tumpangsari, dan keamanan; dan
tahap pemanfaatan bagi hasil berupa pengalokasian bagi hasil kayu dan non kayu. Setiap tahap kegiatan PHBM diharapkan semua pihak dapat terlibat. Namun pada
kenyataannya, pembuatan Rencana Operasional, Rencana Strategis, serta pengalokasian bagi hasil kayu hanya melibatkan pengurus LMDH.
Menurut Hutapea et al. 2008, efektivitas dapat dievaluasi dengan dua hal, yaitu pencapaian sasaran dan proses pelaksanaan organisasi yang tercermin
dalam perilaku organisasi ketika berinteraksi dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Baik pencapaian sasaran maupun proses pelaksanaan
organisasi memiliki peran yang sangat penting karena pencapaian sasaran yang tidak disertai dengan proses pelaksanaan organisasi yang baik akan
mengakibatkan usaha pencapaian sasaran tidak berlangsung lama. Sasaran utama dalam PHBM ini adalah pesanggem. Partisipasi pesanggem dalam LMDH sangat
penting sebagai sarana untuk mengetahui kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi pesanggem sebagai anggota
LMDH masih bersifat parsial. Dari keseluruhan tahapan dalam PHBM, masyarakat hanya terlibat dalam tahap pelaksanaan dan pemanfaatan bagi hasil
non kayu. Bagi hasil kayu dikelola oleh pengurus LMDH. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengawasan dan sosialisasi pihak KPH Cepu dalam
pengalokasian bagi hasil. Dalam penerapan program PHBM, pihak KPH Cepu belum mempunyai sistem nilai atau kebijakan yang mengatur tentang alokasi bagi
hasil. Menurut Muttaqin dan Dwiprabowo 2007 dalam Subarudi 2008, Good forest governance adalah suatu tindakan atau cara melakukan kebijakan kehutanan
dengan kualitas hasil yang tepat atau memadai. Menurut Solihin 2007, prinsip good forest governance terdiri atas prinsip akuntabilitas, transparansi, demokrasi,
dan partisipasi. Efektivitas kelembagaan LMDH ditinjau berdasarkan empat prinsip good forest governance disajikan dalam Tabel 20, sebagai berikut:
Tabel 20 Efektivitas kelembagaan LMDH ditinjau berdasarkan prinsip good forest governance
No. Prinsip good forest
governance Kriteria
Implementasi di LMDH Wana Sumber Mulyo dan LMDH Wana
Tani Makmur
1.
Akuntabilitas
Kesesuaian antara
pelaksanaan dengan
standar prosedur
pelaksanaan.
Belum terdapat kesesuaian antara
pelaksanaan dengan
standar prosedur pelaksanaan.
2. Transparansi
Tersedianya
informasi yang
memadai pada
setiap proses penyusunan dan
implementasi kebijakan publik.
Akses pada informasi
yang siap,
mudah dijangkau,
bebas diperoleh,
dan tepat
waktu.
Dalam pembuatan program kerja, tidak semua pihak terkait
dan berkontribusi.
Akses informasi sulit dijangkau dan belum bebas diperoleh.
3.
Demokrasi
Kebebasan dalam
menyampaikan aspirasi
dan berorganisasi.
Kesempatan yang sama bagi anggota masyarakat
untuk memilih
dan membangun
konsensus dalam
pengambilan keputusan
kebijakan publik.
Belum terdapat kebebasan
dalam menyampaikan aspirasi dan kesempatan yang sama
bagi anggota untuk memilih dan
membangun konsesus
dalam pengambilan keputusan.
4. Partisipasi
Pengambilan keputusan yang
didasarkan atas
konsensus bersama.
Pengambilan keputusan belum didasarkan
atas konsesus
bersama.
Berdasarkan hasil analisis di atas, kelembagaan LMDH dapat dikatakan belum berjalan efektif karena belum memenuhi keempat prinsip good forest
governance, yaitu: 1. Prinsip Akuntabilitas
LMDH Wana Sumber Mulyo dan LMDH Wana Tani Makmur memiliki Rencana Operasional dan Lembar Pertanggungjawaban. Namun, dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa rencana kegiatan yang tidak dilaksanakan sesuai dengan Rencana Operasional. Rencana alokasi bagi hasil untuk
kompensasi pesanggem juga belum dirasakan oleh pesanggem.
2. Prinsip Transparansi Di LMDH Wana Sumber Mulyo dan Wana Tani Makmur terdapat
beberapa hal yang belum transparan dalam pelaksanaan program PHBM. Sebagian besar pengurus kedua LMDH belum mengetahui tugas dan kewajiban
masing-masing. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi program kerja kepada pengurus LMDH. Dalam program kerja pengalokasian bagi hasil,
pihak-pihak yang terkait dan berkontribusi dalam memutuskan pengalokasian bagi hasil terdiri dari pengurus inti dan pihak Perhutani. Hasil keputusan
tersebut tidak disosialisasikan kepada pengurus yang lain. Pengurus LMDH hanya mengetahui total bagi hasil dan alokasi bagi hasil untuk honor pengurus.
Selain itu, sosialisasi mengenai bagi hasil juga belum sampai pada tingkat pesanggem.
3. Prinsip Demokrasi Suatu lembaga dapat berjalan secara demokratis apabila dalam pembuatan
kebijakan maupun rencana kerja dilakukan dengan musyawarah dan seluruh pihak dapat menyampaikan aspirasinya. Demokrasi dalam pembuatan Rencana
Operasional, Rencana Strategis, dan pengalokasian bagi hasil tidak tercapai karena hanya melibatkan seluruh pengurus LMDH.
4. Prinsip Partisipasi Partisipasi pesanggem dalam LMDH masih terbatas sebagai pelaksana
kegiatan. Pesanggem belum diikutsertakan dalam pembuatan keputusan. Berdasarkan hasil analisis di atas, kelembagaan LMDH dapat dikatakan belum
berjalan efektif karena belum memenuhi keempat prinsip good forest governance.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Implementasi program PHBM
di LMDH Wana Sumber Mulyo hanya terdiri dari kegiatan di dalam kawasan hutan yang terdiri dari kegiatan penanaman
dan pemeliharaan tanaman pokok kehutanan, tumpangsari, dan keamanan hutan. Implementasi program PHBM di LMDH Wana Tani Makmur terdiri
dari kegiatan di dalam kawasan hutan yang terdiri dari kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman pokok kehutanan, tumpangsari, dan keamanan
hutan; dan di luar kawasan hutan berupa pendirian toko saprotan. 2.
Partisipasi pesanggem dalam program PHBM masih bersifat parsial, yaitu terbatas pada tahap pelaksanaan dan pengalokasian bagi hasil non kayu. Pada
tahap pelaksanaan, pesanggem terlibat dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman pokok kehutanan, tumpangsari, dan keamanan hutan;
sedangkan pada pengalokasian bagi hasil non kayu, pesanggem terlibat dalam pembagian kayu bakar saat tebangan.
3. Efektivitas kelembagaan LMDH masih belum sesuai dengan empat prinsip
good forest governance, yaitu belum terdapat kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan, dalam pembuatan program kerja, tidak
semua pihak terkait dan berkontribusi, akses informasi sulit dijangkau dan belum bebas diperoleh, belum terdapat kebebasan dalam menyampaikan
aspirasi dan kesempatan yang sama bagi anggota untuk memilih dan membangun konsesus dalam pengambilan keputusan, dan pengambilan
keputusan yang belum didasarkan atas konsesus bersama.
6.2 Saran
1. Perlu adanya peningkatan penyuluhan mengenai PHBM oleh Perum Perhutani.
2. Perlu adanya pelatihan usaha produktif agar LMDH menjadi LMDH mandiri.
3. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat
desa hutan dan efektivitas program PHBM.