5.4.4 Lahan Andil
Lahan andil adalah lahan Perhutani yang digarap pesanggem untuk kegiatan tumpangsari. Umumnya lahan andil yang dikerjakan pesanggem seluas
0,25 Ha per orang. Pesanggem dapat menggarap lahan andil lebih dari 0,25 Ha apabila lahan tersebut tidak digarap oleh pesanggem lainnya. Data selengkapnya
mengenai luas lahan andil responden LMDH Wana Sumber Mulyo disajikan dalam Tabel 15.
Tabel 15 Klasifikasi responden LMDH Wana Sumber Mulyo berdasarkan luas lahan andil
No Luas Lahan Andil Ha
Jumlah Orang Persentase
1. 0.25
23 76,67
2. 0.50
5 16,67
3. 0.50
2 6,67
Jumlah 30
100,00
Jumlah responden LMDH Wana Tani Makmur yang menggarap lahan andil seluas 0,25 Ha sebanyak 17 orang. Data selengkapnya mengenai luas lahan
andil responden LMDH Wana Tani Makmur disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16 Klasifikasi responden LMDH Wana Tani Makmur berdasarkan luas
lahan andil
No Luas Lahan Andil Ha
Jumlah Orang Persentase
1. 0.25
17 56,67
2. 0.50
12 40,00
3. 0.50
1 3,33
Jumlah 30
100,00
5.3 Partisipasi Pesanggem dalam Program PHBM
5.3.1 Partisipasi Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan PHBM dibedakan berdasarkan jangka waktu dan tujuan, yaitu rencana jangka panjang Rencana Strategis dan jangka pendek
Rencana Operasional. Rencana Strategis disusun setiap lima tahun sekali yang berisi tentang kondisi sosial ekonomi desa, pangkuan hutan, identifikasi masalah,
strategi, dan rencana kegiatan PHBM. Rencana Operasional disusun setiap satu tahun sekali yang berisi tentang rencana kerja dan rencana alokasi bagi hasil kayu.
Rencana tersebut berisi tentang rencana kerja dan pengalokasian bagi hasil produksi kayu. Rencana jangka panjang disusun pada awal pelaksanaan program
PHBM disebabkan LMDH Wana Sumber Mulyo dan Wana Tani Makmur mengasumsikan rencana jangka panjang akan sama untuk tahun-tahun berikutnya.
Menurut Hertianto 2004, perencanaan jangka panjang mutlak diperlukan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Perencanaan jangka panjang menjadi
arahan bagi penyusunan rencana lain dengan jangka yang lebih pendek. Tanpa perencanaan jangka panjang akan sulit untuk membuat rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek yang berkelanjutan sehingga dapat diduga pelaksanaan PHBM di Desa Bleboh dan Nglebur sulit untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Keterlibatan pesanggem dalam tahap perencanaan sangat penting. Salah satu tujuan dilibatkannya pesanggem dalam tahap ini untuk meningkatkan rasa
tanggungjawab dalam pengelolaan hutan. Distribusi partisipasi pesanggem pada tahap perencanaan ini disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17 Partisipasi pesanggem dalam tahap perencanaan
Jenis Kegiatan Kriteria
Jumlah Orang Persentase
Pembuatan RO terlibat
Tidak terlibat 60
100 Pembuatan Renstra
terlibat Tidak terlibat
60 100
Jumlah 60
100
Realisasi program PHBM pada tahap perencanaan belum melibatkan pesanggem. Hal tersebut ditandai dengan persentase partisipassi responden
sebesar 0. Hal tersebut sangat kontras dibandingkan dengan penelitian Hertianto 2004 di LMDH Wana Lestari KPH Randublatung. Konsep Rencana Strategis
disusun oleh pihak Perhutani kemudian dibahas bersama dengan seluruh pengurus dan anggota LMDH serta pihak lain yang terkait, sedangkan Rencana Operasional
disusun oleh pengurus LMDH kemudian dibahas bersama dengan anggota LMDH yaitu pesanggem. Dengan tidak adanya partisipasi pesanggem di KPH Cepu
menyebabkan realisasi PHBM pada tahap perncanaan kurang berjalan efektif. Menurut
Campbers dalam
Hertianto 2004,
paradigm pembangunan
berkelanjutan manusia diletakkan sebagai inti dalam proses pembangunan yang tidak hanya sebagai obyek tetapi ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan menikmati pembangunan. Menurut Herdiansah 2005, perencanaan pengelolaan hutan di era Reformasi ini masih belum melibatkan
masyarakat dalam “proses merencanakan” kebijakan daerah tersebut. Masyarakat masih cenderung sebagai “pelaksana” dan penerima dampak kebijakan.
5.3.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan