Pengelolaan PLN dengan Status Persero yang Diwajibkan Melaksanakan Public Service Obligation

C. Pengelolaan PLN dengan Status Persero yang Diwajibkan Melaksanakan Public Service Obligation

Dalam UU No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, PT. PLN Persero bukan lagi sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PKUK, melainkan sebagai BUMN. 161 PLN termasuk salah satu jenis usaha negara yang berbentuk BUMN sehubungan dengan ruang lingkup UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara UU BUMN diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi. 162 Pemerintah memberikan prioritas kepada BUMN yang memiliki posisi sebagai PSO misalnya memberikan subsidi untuk meringankan beban BUMN dimaksud dalam melaksanakan PSO tetapi bagi BUMN yang non PSO berusaha untuk meningkatkan nilai dan prinsip ekonomis untuk mengejar keuntungan. 163 Tujuan BUMN di Pasal 2 ayat 1 huruf b UU BUMN untuk mengejar keuntungan, demikian PLN sebagai Persero pada hakikatnya untuk mengejar keuntungan profit oriented sebagaimana ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam UUPT. 164 161 Sugiharto, dkk., Op. cit., hal. 68. Kegiatan usaha BUMN hampir seluruh sektor ekonomi, seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, perdangangan, keuangan, bank dan non bank, telekomunikasi, transportasi, kelistrikan, konstruksi, dan lain-lain. Beberapa diantaranya bergerak di bidang industri yang vital seperti PLN. Sedangkan tujuan BUMN di Pasal 2 ayat 1 huruf c dan Pasal 66 162 Penjelasan Umum poin II UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara UU BUMN. 163 Sugiharto, dkk., Op. cit., hal. 22. 164 M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 22. Universitas Sumatera Utara ayat 1 UU BUMN ditugaskan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum. Ketentuan inilah yang menjadikan PT. PLN Persero ditugaskan untuk melaksanakan PSO. Dalam kerangka UU BUMN, salah satu Perusahaan Negara dalam hal ini PT. PLN Persero dihadapkan pada dualisme fungsi dan tugas yang menjadi dua persoalan penting, pertama dalam kerangka tujuannya untuk mencari untung, kedua diwajibkan untuk melaksanakan PSO. Demikian pula dualisme fungsi dan tugas PLN juga terdapat ketentuan Pasal 74 UUPT tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang mengandung konsekuensi kepada PT. PLN Persero untuk berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan untuk menjaga keberlanjutan usahanya pada tiga pilar utama yakni kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. 165 Jika dihadapkan dalam pandangan rakyat Indonesia status PLN yang demikian bagaikan ”pisau bermata dua” yang berarti jika PLN mendahulukan kepentingan pelayanan umum PSO di samping kepentingan para investor, maka PLN bisa kehilangan kepercayaan dari para investor tersebut. Demikian sebaliknya, jika PLN mementingkan kepentingan para investor, maka PLN akan berhadapan dengan persoalan yang lebih pelik yaitu kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Dengan ketentuan Pasal 2 ayat 1 huruf c jo Pasal 66 ayat 1 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, jo Pasal 74 UUPT berarti pada satu sisi PT. PLN 165 PT. PLN Persero, Laporan Bekerja Secara Berkelanjutan 2011 Sustainable Report PT. PLN Persero ,Op. cit., hal. 5, hal. 10-11. Universitas Sumatera Utara Persero ditugaskan untuk melaksanakan kewajiban pelayanan umum atau kewajiban melaksanakan fungsi sosial. Sedangkan di sisi lain PT. PLN Persero juga harus melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai profit oriented sebagaimana ketentuan Pasal 2 ayat 1 huruf b UU BUMN dan UUPT yang pada hakikatnya bertujuan mencari keuntungan semata-mata. Terkandung makna segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanakan kewajiban di satu sisi dan pelaksanaan hak di sisi lain. 166 PSO merupakan suatu kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah kepada satu atau lebih penyediaoperator jasa infrastruktur tertentu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas, dengan spesifikasi dan kondisi yang ditetapkan oleh pemerintah. 167 1. Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. Pada Bab V tentang Kewajiban Pelayanan Umum Pasal 66 UU BUMN menentukan berikut: 2. Setiap penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan RUPSMenteri. PT. PLN Persero dalam menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN merupakan kewajiban yang diberikan oleh Pemerintah berdasarkan Pasal 66 UU BUMN di atas. Meskipun BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengejar keuntungan, tidak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang mendesak, BUMN diberikan 166 Bappepanas, Op. cit., hal. 3. 167 Ibid., hal. 3. Universitas Sumatera Utara penugasan khusus oleh pemerintah. Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak fisibel, pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan. 168 Pelaksanaan PSO di bidang ketenagalistrikan didasarkan pada atas indetifikasi berbagai potensi daerah atau wilayah baik Kabupaten, Kota Madya, Kecamatan, maupun Pedesaan didasarkan pada beberapa hal berikut ini: 169 1. Potensi alternatif energi primer yang tersedia, baik energi terbarukan maupun energi alternatif lainnya selain BBM; 2. Potensi ekonomi produktif yang dapat dikembangkan dengan adanya ketersediaan listrik; 3. Potensi kemampuan masyarakat serta Pemerintah Daerahnya dalam mengelola pembangkitan listrik; 4. Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan listrik; dan 5. Jumlah penduduk yang membutuhkan listrik, termasuk aspek perkembangan sosial dan ekonomi yang ada. Beberapa hal di atas harus mampu diidentifikasi oleh Pemerintah baik pusat dan daerah untuk membuat skala prioritas pembangunan listrik dengan menyusun rencana induk pengembangan lsitrik di berbagai daerah khususnya di pedesaan termasuk menyusun anggaran yang dibutuhkan. PSO dilaksanakan melalui subsidi yang diberikan oleh Pemerintah. Pemberian subsidi kepada PT. PLN Persero tersebut selain karena perintah undang-undang, juga karena PLN tidak dapat menetapkan tarif dasar listrik diatas biaya pokok produksi tenaga listrik sehingga PT. 168 Penjelasan Pasal 66 ayat 1 UU BUMN. 169 Bappenas, Op. cit., hal. 179. Universitas Sumatera Utara PLN Persero wajib melaksanakan PSO, jika tidak diberikan susbsidi maka tidak diwajibkan untuk melaksanakan PSO kepada BUMN. 170 PT. PLN Persero dan Pemerintah belum mampu melakukan penghematan baik dari aspek pengurangan susut jaringan maupun hasil diversifikasi energi untuk pembangkit listrik secara optimal yang akan berdampak pada pengurangan biaya pokok produksi listrik yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesehatan PT. PLN Persero. 171 PT. PLN Persero juga belum memiliki cara yang dapat memberikan rasa takut atau penyesalan dalam hal memberikan sanksi atas tindakan kepada penikmat- penikmat illegal tenaga listrik misalnya oknum-oknum yang melakukan pencurian arus listrik. Situasi ini dapat diketahui dari tindakan Tim Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik P2TL yang berusaha menindak penikmat listrik dengan cara illegal, banyak meresahkan masyarakat akibat tindakan petugas P2TL tersebut, dapat diketahui, misalnya dengan meningkatnya sengketa konsumen listrik dengan pihak PLN yang masuk sampai Juli 2011 sekitar 8.987 kasus ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan. 172 Kondisi demikian berarti, Pemerintah dalam hal ini harus memiliki figur yang jelas tentang tingkat kewajaran Tarif Dasar Lsitrik TDL dibandingkan dengan tingkat kewajaran biaya-biaya produksi yang efisien. Atas dasar petimbangan 170 Agus Trimukti Humas PT. PLN Persero Pusat, “Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia MKI Dorong Elektrifikasi”, Artikel dalam Majalah Fokus, Jakarta, Edisi Oktober 2011, hal. 27. Diketahui bahwa, subsidi listrik di Sumatera Utara diberikan Pemerintah kepada PT. PLN Persero lebih dari Rp.8,1 trilyun. 171 Ibid., hal. 180. 172 Agus Trimukti, Op. cit., hal. 27. Universitas Sumatera Utara tersebut, Pemerintah baru dapat memberikan besarnya subsidi bagi rakyat yang berpenghasilan rendah yang umumnya merupakan pelanggan yang memiliki daya listrik maksimal 450 VA. Namun, tidak seluruhnya pelanggan yang mendapatkan 450 VA merupakan pelanggan yang berhak mendapatkan subsidi listrik. 173 Penyelenggaraan kemanfaatan umum memiliki kaitan erat dengan kepentingan umum dalam pemenuhan hajat hidup orang banyak. Sehingga pemerintah memberikan modal kepada BUMN yang kegiatan operasionalnya dianggap vital. 174 Dalam kenyataannya terdapat lima pelaku utama yang terikat dalam PSO saat ini yaitu: Kepentingan umum tersebut merupakan kepentingan negara yang meliputi kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat yang pada dasarnya penyelenggaraan kemanfaatan umum untuk memberikan perlindungan kepada rakyat. 175 1. Departemen teknis yang bertugas menginterpretasikan kebijakan umum pemerintah ke dalam penugasan PSO secara speksifik; 2. Departeman keuangan, yang mengevaluasi permintaan dana PSO dari departemen teknis dan mengajukan anggaran tahunan kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan; 3. Menteri Negara BUMN yang menyetujui kesepakatan kompensasi dan PSO atas nama BUMN; 4. DPR yang menyetujui RAPBN yang didalamnya terdapat alokasi PSO; 5. Badan Penyusunan Perencanaan Nasional BAPPENAS yang menyiapkan Rencana Kegiatan Pemerintah RKP dan terlibat dalam proses konsultasi penyusunan RAPBN sebelum disampaikan kepada DPR. 173 Bappenas, Op. cit., hal. 179. 174 Eddy Satriya, Dengan PSO Menjembatani Kesenjangan Infrasutruktur, Jakarta: Kementerian Perekonomian Gedung PAJK Lantai II, 2007, hal. 8. 175 Ibid., hal. 1. Universitas Sumatera Utara Kewajiban Pelayanan Umum melalui PSO merupakan bagian dari kebijakan pemerintah policybeleidsregel, 176 Selanjutnya Pasal 66 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, menentukan penugasan khusus kepada BUMN yang diberikan oleh Pemerintah kepada BUMN tersebut untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN yang mana setiap penugasan sebagaimana khusus kepada BUMN tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan RUPSMenteri. seperti ketentuan yang terdapat pada Pasal 2 ayat 1 huruf c dan Pasal 66 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. Ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 huruf c UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Meskipun BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengejar keuntungan, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 huruf c dan Pasal 66 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, tidak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang mendesak, BUMN diberikan penugasan khusus oleh pemerintah melalui pemberian kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan. 177 176 Wuri Adriani, “Persero Dalam Hukum Publik dan Hukum Privat IV” http:gagasanhukum.wordpress.com20090316persero-dalam-hukum-publik-dan-hukum-privat- bagian-iv, diakses tanggal 12 Oktober 2012. 177 Penjelasan Pasal 66 ayat 1 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 huruf c jo Pasal 66 ayat 1 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN tersebut di atas PT. PLN Persero ditugasi untuk melaksanakan kewajiban pelayanan umum atau kewajiban melaksanakan fungsi sosial, yang juga memiliki relevansi dengan ketentuan Pasal 74 UUPT. Dengan demikian PT. PLN Persero dalam mengejar keuntungan tidak bisa memaksa rakyat untuk membeli tenaga listrik dengan harga yang tinggi. Harga rata-rata listrik pada tahun 2009 seharga Rp.665kWH, dinaikkan 10 per juli tahun 2010 menjadi 703kWH pada tahun 2010. Dalam RUPTL PT. PLN Persero Tahun 2010-2019 disebutkan alasan kenaikan tarif tersebut bertujuan untuk mengurangi subsidi Pemerintah dan meningkatkan laba bersih perusahaan tahun 2010 menjadi 11 trilyun. Peningkatan laba tahun 2010 digunakan oleh PT. PLN Persero untuk membayar deviden kepada Pemerintah dan memperkuat pendanaan internal anggaran PLN atau APLN 178 untuk pembiayaan proyek-proyek kelistrikan seperti proyek pembangkit, proyek transmisipenyaluran, dan fasilitas trafo distribusi untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan peningkatan keandalan pasokan listrik. 179 Proyeksi kebutuhan subsidi dan laba-rugi PT. PLN Persero Periode Tahun 2010-2015 ditunjukkan pada tabel 8 berikut ini: 178 Kemampuan pendanaan sendiri. 179 PT. PLN Persero, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN Persero 2010- 2019 , Op. cit., hal. 96. Universitas Sumatera Utara Tabel 8 Proyeksi kebutuhan subsidi dan laba-rugi PT. PLN Persero Periode Tahun 2010-2015 Dalam Trilyun Rupiah 180 No. Item Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Subsidi Rp. T 68,0 52,1 43,3 40,3 40,2 44,7 2 Tarif rata-rata RpkWh 703 805 885 910 935 960 3 BPP RpkWh 1.187 1.145 1.111 1.088 1.078 1.103 4 LabaRugi Bersih Rp. T 11,2 4,2 10,2 15,5 15,2 17,7 Sumber: PT. PLN Persero Kantor Pusat Jakarta Tahun 2010 Langkah yang dilakukan oleh Pemerintah dan PT. PLN Persero sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 8 di atas tersebut khususnya kenaikan tarif rata- rata atau Tarif Dasar Listrik TDL akan sangat membebani rakyat karena keadaan perekonomian rakyat sampai saat ini dapat dikatakan belum memperoleh standart hidup yang wajar, ini dapat diketahui dari peta kemiskinan rakyat Indonesia masih terdapat sekitar 15 dari jumlah penduduk berada pada garis kemiskinan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengurangan subsidi kepada PLN mendapat penggantian dari rakyat yang belum mampu atau miskin. Atau dengan kata lain bahwa subsidi listrik yang akan diberikan kepada PLN diperoleh Pemerintah dengan menaikkan tarif dasar listrik. Langkah yang demikian akan sangat memberatkan dan menambah beban rakyat khususnya masyarakat miskin semakin terancam untuk mendapatkan tenaga listrik untuk kebutuhan rumah tangganya. Kenaikan TDL tersebut menurut Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan laba bersih di tahun 2013-2014 akan menjadi Rp.15 trilyun per tahun. Laba tersebut 180 Ibid. Tanda artinya kenaikan terjadi pada semester II. Tanda artinya tidak ada kenaikan tarif hanya adjustment sebesar setengah dari inflasi dalam negeri. Universitas Sumatera Utara akan menghasilkan pendanaan internal PT. PLN Persero yang dibutuhkan untuk pembiayaan investasi yaitu mencapai 19 dari total kebutuhan investasi Rp.80 trilyun pada tahun 2013. Diperkirakannya apabila APBN hanya dapat disediakan oleh Pemerintah sebanyak Rp.10 Trilyun atau sekitar 13, maka PT. PLN Persero harus mencari pinjaman lagi hingga 65-70 dari total kebutuhan investasi. 181 PT. PLN Persero sebagai milik publik dalam memberikan pelayanan umum menurut Moch. Harry Jaya Pahlawan, keekonomian harga listrik tidak semata dengan menaikkan TDL, tetapi yang lebih penting dari itu adalah mengusahakan agar biaya produksi listrik dapat ditekan. Hal ini dikemukakan Masyarakat Ketegalistrikan Indonesia MKI dalam rangka mendorong untuk mempercepat rasio elektrifikasi sekaligus mewujudkan keekonomian harga listrik. 182 Taksasi di atas didasarkan pada usaha untuk melakukan kemampuan pendanaan sendiri APLN sehubungan dengan APLN sebelum tahun 2009, PT. PLN Persero tidak memperoleh marjin operasi, sehingga tidak ada investasi PT. PLN Persero yang didanai dari pendanaan internal dengan kata lain seluruh investasi didanai oleh hutangpinjaman. Sehingga dalam RUPTL 2010-2019 ini, sumber pendanaan PT. PLN Persero berasal dari 3 tiga sumber: penyertaan modal pemerintah ekuitas dari APBN, dana internal dari laba operasi, dan pinjamanhutang. 181 Ibid., hal. 97. 182 Agus Trimukti, Op. cit., hal. 22. Universitas Sumatera Utara Ketiga sumber dana investasi PT. PLN Persero ditunjukkan dalam tabel 9 berikut ini: Tabel 9 Sumber Dana Investasi PT. PLN Persero Periode Tahun 2010-2015 Dalam Milyar Rupiah 183 No. Sumber Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 APBN 2.632 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 2 Dana Internal 10.198 6.301 33.254 17.967 13.726 11.015 3 PinjamanHutang 60.182 61.147 55.128 52.410 51.086 67.066 Total Kebutuhan Dana 70.012 77.447 98.382 80.377 74.812 88.081 Sumber: PT. PLN Persero Kantor Pusat Jakarta Tahun 2010 Berdasarkan tabel 9 di atas tampak bahwa sumber dana dari APBN setiap tahunnya dalam perode tahun 2010-2015 dianggarkan paling rendah. Sedangkan dana internal dari hasil keuntungan PT. PLN Persero menempati posisi kedua, ditambah dengan pinjaman atau hutang baik investor domestik maupun luar negeri relatif sangat tinggi. Dari tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa jumlah hutang tinggi untuk setiap tahunnya dibandingkan dengan pendapatan dari penjualan PT. PLN Persero. Hal ini lebih disebabkan oleh kondisi permintaan akan tenaga listrik yang secara terus- menerus di berbagai wilayah dan daerah baik kota maupun di desa-desa terpencil membutuhkan pengembangan pembangkit baru, penambahan transmisi, dan distribusi. Sehingga walaupun pada prinsipnya PT. PLN Persero untung dari hasil penjualan tetapi tetap saja mengalami kekurangan dana investasi dari tahun ke tahun. 183 PT. PLN Persero, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN Persero 2010- 2019 , Op. cit., hal. 98. Universitas Sumatera Utara Dana internal perusahaan APLN berasal dari laba operasi yang sangat terbatas karena Biaya Pokok Produksi lebih tinggi dari tarif rata-rata. APLN hanya diperoleh dari selisih antara marjin PSO + Depresiasi Aset dan Pembayaran Cicilan Pokok. PT. PLN Persero hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena dibatasi oleh covenant pinjaman yang disyaratkan oleh lender dan bond holder . Kapasitas PT. PLN Persero dalam membuat pinjaman, baru dapat ditingkatkan jika revenue PT. PLN Persero meningkat, baik dari tarif maupun marjin PSO. 184 Berdasarkan tabel 9 di atas, APBN ditingkatkan per tahun sedangkan pendanaan internal dari tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat tajam. Pada tahun ini masyarakat dipaksa untuk turut dibebankan memenuhi kebutuhan dana PT. PLN Persero dengan cara menaikkan harga TDL seperti yang diperlihatkan tabel 8. Sedangkan untuk posisi pinjaman atau hutang PT. PLN Persero dari tahun 2010- 2014 per tahunnya kadang turun kadang naik lalu di tahun 2015 di mana hutang meningkatkan sampai US 67.066 juta. Sebelumnya bahwa PT. PLN Persero membutuhkan dana investasi sebesar US 61,5 juta atau sekitar US 6,1 juta per tahun. 185 184 Ibid. Jika model ekonomi kelistrikan Indonesia tetap seperti yang terjadi pada saat ini, yaitu subsidi hanya diberikan untuk menutupi sebahagian kecil biaya operasi dan tanpa diberikan marjin yang cukup untuk membuat PT. PLN Persero mampu menghimpun dana investasi yang lebih 185 Lihat yang ditunjukkan pada tabel 3. Universitas Sumatera Utara besar, maka sebenarnya penyediaan dana investasi sebesar US 6,1 juta per tahun tersebut di luar kemampuan PT. PLN Persero. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN