PLN Sebagai Perusahaan Jawatan Perjan

BAB III KONDISI PERUBAHAN-PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN LISTRIK

NEGARA SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PERSERO

D. Kondisi Perusahaan Listrik Negara Sebelum Persero

Dalam sub bab ini dibahas perubahan-perubahan status PLN dari sejak Perjan, Perum, hingga pengelolaannya sebagai BUMN. Kajian ini berfokus pada kajian yirudis serta konsekuensinya terhadap pengelolaan PLN sebagai Perusahaan Negara yang berfungsi menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi rakyat.

1. PLN Sebagai Perusahaan Jawatan Perjan

Perusahaan-perusahaan listrik dan termasuk perusahaan-perusahaan gas pada awal abad ke 19 sekitar tahun 1942 sampai tahun 1945 status PLN masih dalam bentuk Perusahaan Jawatan Perjan. 111 111 Syukri, Op. cit, hal. 41. UU No.86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda, mengamanatkan bahwa kepada perusahaan- perusahaan milik Belanda yang berada di wilayah Republik Indonesia akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dikenakan nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik penuh dan bebas Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan atau Gas Milik Belanda yang Dikenakan Nasionalisasi, maka seluruh perusahaan listrik dan gas milik Belanda dinasionalisasikan. Universitas Sumatera Utara Nasionalisasi merupakan kebalikan dari privatisasi. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi tersebut bukan saja perusahaan-perusahaan listrik tetapi termasuk perusahaan-perusahaan gas. Diantaranya disebutkan dalam Pasal 2 PP tersebut menentukan, perusahaan-perusahaan Listrik danatau Gas yang dinasionalisasikan itu adalah: a. Perusahaan N.V. Maintz Co. di Jakarta yang menyelenggarakan Direksi dari pada perusahaan-perusahaan listrik: 1 “Aniem” N.V. c.a.; 2 N.V. “Gebeo”; 3 N.V. “W.E.M.L” Waterkracht Exploitaite Maatschappij in Indone;e; 4 N.V. Cultur Maatschappij “Cibening”; 5 N.V. “B.M.L” Bouw Maatschappij “Insulinde”; 6 F.N.V. “M.E.W.A. I.” Maatschappij tot Exploitatie van Waterleiding Bedrijven in Indonesie ; b. Perusahaan Listrik “Aniem” N.V. c.a Kantor Pusat di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Indonesia; c. Perusahaan Listrik “Gebeo” N.V. Kantor Pusat di Bandung, dengan perusahaan-perusahaannya di Jawa Barat; d. N.V. Waterkracht Exploitatie Maatschappij W.E.M.I. di Surabaya; e. N.V. Bouw Maatschappij “Insulinde” B.M.I. di Surabaya; f. N.V. Maatschappij tot Exploitatie van Waterleiding-bedrijven in Indonesie M.E.W.A.I. di Surabaya, dengan perusahaan air minum di Kediri; g. N.V. Overzeese Gas-en Electriciteit Maatschappij, Kantor Pusat di Jakarta dengan perusahaan-perusahaannya di Indonesia; h. N.V. Electriciteit Maatschappij “Balikpapan”. E.M.B.P., dengan perusahaannya di Bagan Siapiapi; i. N.V. Samarinda-Tenggarongsche Electricteit Maatschappij Stem dengan perusahaannya di Samarinda. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan atau Gas Milik Belanda Yang Dikenakan Nasionalisasi, dimaksudkan untuk melaksanakan nasionalisasi terhadap seluruh perusahaan-perusahaan milik Belanda yang ada di dalam wilayah Republik Indonesia dengan alasan bahwa perusahaan-perusahaan listrik danatau gas adalah merupakan cabang-cabang Universitas Sumatera Utara produksi yang penting bagi masyarakat dan yang menguasai hajat hidup orang banyak oleh karena mana dipandang perlu perusahaan-perusahaan listrik danatau gas itu merupakan perusahaan-perusahaan Negara. Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda yang ada di Indonesia untuk dapat dijadikan sebagai perusahaan- perusahaan Negara sehingga kegiatan perusahaan-perusahaan tersebut akan bersinggungan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak. 112 Nasionalisasi berarti menjadikan perusahaan-perusahaan swasta yang berdiri sejak jaman penjahahan Belanda menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia, sehingga statusnya berubah menjadi Perusahaan Jawatan Perjan. Perjan berada di bawah pengawasan Departemen atau Direktorat Jenderal atau Direktorat atau Pemerintah Daerah. 113 Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1983, pembinaan terhadap Perjan dilakukan oleh Menteri yang dalam pelaksanaannya dibantu secara teknis operasional oleh Direktur Jenderal dan secara administratif oleh Sekretaris Jenderal 112 Imam Kukuh Pribadi Tim Penyusun: Imam Kuku Pribadi, Bambang Heryawan, Budi Setianto, Dodo Dwi Sukmono, Kunto Herwin Bono, Rza Fauzi, dan Achmad Fauzi, Liberalisasi Kelistrikan...Op. cit ., hal. 7. Nasionalisasi kebalikan dari Privatisasi. Nasionalisasi dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan atau Gas Milik Belanda Yang Dikenakan Nasionalisasi, adalah menjadikan perusahaan-perusahaan swasta yang berdiri sejak jaman penjahahan Belanda menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia. Sedangkan Privatisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 12 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, “Penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”. 113 Lampiran A angka 2 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1967 tentang Penjelasan Mengenai Ciri-Ciri Pokok dari Ketiga Bentuk Usaha Negara. Universitas Sumatera Utara sesuai dengan bidang tanggung jawabnya masing-masing. Direktur Jenderal dan Sekretaris Jenderal menerima petunjuk dari dan melaporkan segala sesuatunya kepada Menteri. Pelaksanaan pembinaan sepanjang menyangkut hal-hal keuangan dilakukan oleh Menteri bersama-sama Menteri Keuangan. Dalam status PLN sebagai Perjan dikaitkan dengan konsep negara kesejahteraan welfare state sesungguhnya PLN merupakan bagian penting dalam Negara Republik Indonesia untuk mensejahterakan rakyatnya dengan cara menyediakan tenaga listrik bagi rakyat untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi rakyat pada khususnya dan oleh karenanya usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan, dan pengelolaannya sangat relevan dijadikan status PLN tersebut sebagai Perjan. Sebagaimana konsep dari teori welfare state memandang penguasa atau pemerintah diwajibkan bertanggung jawab penuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga negara agar mencapai suatu standar hidup yang sejahtera atau setidak-tidaknya mencapai standar hidup yang minimal. 114 Hal inilah yang dikatakan oleh Lemaire, fungsi negara sebagai penyelenggara kesejahateraan umum merupakan konsepsi negara hukum modern yang menempatkan peranan negara pada posisi yang lebih kuat dan besar. 115 Konsep dari teori welfare state itu juga terkandung di dalam pembukaan alinea keempat UUD 1945 yang menyatakan: “....., memajukan kesejahteraan umum, 114 Miriam Budiardjo, Op. cit., hal. 74. 115 S.F. Marbun, Op. cit., hal. 168. Universitas Sumatera Utara mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial…”. Kemudian tercermin dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945, ditentukan: ”......berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Kemudian dalam Pasal 33 ayat 3, ditentukan: “....dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Amanat menciptakan kesejahteraan rakyat tersebut juga ditentukan dalam Pasal 33 ayat 4, ditentukan: ”Perekonomian diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Sebenarnya jika dikaji norma pengaturan yang terkandung di dalam Pasal 33 UUD 1945 jelas sekali amanat itu ditujukan kepada negara untuk diserahi tugas menciptakan kesejahteraan rakyatnya dan bukan semata-mata untuk kepentingan negara melainkan kepentingan rakyat yang diutamakan, khususnya dalam hal menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan rakyat untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi rakyat. Kedudukan negara dalam hal ini hanya bertindak sebagai “negara pengurus”. 116 Sebagai negara kesejahteraan berarti dengan status PLN sebagai Perjan tersebut terdapat tanggung jawab negara murni melaksanakan pelayanan umum melalui pengembangan kebijakan negara di berbagai bidang dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat serta meningkatkan kualitas pelayanan umum public service yang berguna, bermanfaat, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, 116 Lintong O. Siahaan, Op. cit., hal. 18. Universitas Sumatera Utara berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dalam upaya mencapai tujuan kesejahteraan rakyat tersebut, negara tidak boleh menyediakan atau memberikan peluang bagi kelompok-kelompok tertentu untuk mengambil keuntungan meraup keuntungan dari PLN dengan cara mengelola PLN berdasarkan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Walaupun beban biaya produksi PLN cukup tinggi dibandingkan dengan hasil produksi bukan berarti negara harus melakukan privatisasi PLN sebagai jalan satu-satunya. Subsidi harus tetap diberikan negara kepada PLN sebagai upaya negara untuk mendorong kesejahteraan rakyatnya. Utrecht mengatakan kebijakan pengelolaan kekayaan negara tidak mesti diserahkan kepada kelompok sosial maupun kelompok ekonomi tertentu yang terdapat pada negara, akan tetapi juga diperlukan kebijakan untuk menciptakan kondisi kesejahteraan sosial yang dikehendaki masyarakat secara umum. 117 Oleh sebab itu, konsekuensi status PLN sebagai Perjan, negara berfungsi sebagai pelayan publik, dengan makna lain administrator negara semakin dipaksa untuk menerima tanggung jawab positif dalam hal menciptakan dan mendistribusikan tingkat pendapatan maupun kekayaan serta menyediakan program kesejahteraan rakyat. 118 117 E. Utrecht, Op. cit., hal. 22-23. Sesungguhnya akan tampak lebih bermanfaat untuk mendorong kesejahteraan umum 118 Miriam Budiardjo, Op. cit., hal. 76. Universitas Sumatera Utara jika peran negara dapat difungsikan hanya sebagai pelayan publik dalam hal pengelolaan PLN.

2. PLN Sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara Perum