P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
143
yang benar-benar demokratisMochtar Buchori 2001. Demokratisasi merupakan upaya penting dalam mewujudkan civil society. Tanpa
proses demokratisasi tidak akan tercipta civil society. Suatu masyarakat menjadi demokratik bukan karena memiliki institusi-
institusi tertentu seperti lembaga perwakiulan dan adanya pemilihan umum. Masyarakat menjadi demokratik kalau mewujudkan nilai-nilai
inti demokratik core democratic values. Ada sedikitnya empat nilai inti demokratik. Pertama, kedaulatan rakyat yang berarti masyarakat
diatur oleh keputusan atau hukumyang ditentukan oleh masyarakat sendiri baik langsung atau melalui perwakilan. Nilai demokratik kedua
adalah partisipasi. Partisipasi politik berarti masyarakat sendiri yang mentukan dan mengendalikan keputusan politik yang mempengaruhi
dirinya. Partisipasi politik perlu bagi perwujudan kebebasan warganegara. Nilai ketiga dari demokrasi adalah akuntabilitas. Dalam
masyarakat demokrati harus ada mekanisme bagaimana pemerintah atau pemegang kekuasaan dapat diawasi dan dikendalikan oleh rakyat.
Nilai keempat dari demokrasi adal;ah komitmen pada persamaan equality. Warga masyarakat memiliki hak yang dama dalam
memberikan kontribusi bagi pengambilan keputuisan M. Sastra- pratedja, 2001
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Ekonomi merupakan kesatuan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan produk. Ekonomi memuat
dimensi etis, karena pada akhirnya memuat bentuk hubungan antar manusia atau antar kelompok yang diperantarakan oleh hubungan
antara manusia dengan alam atau dengan produk yang didistribusikan, dipertukarkan dan dikonsumsikan dengan berbagai cara M. Sastra-
pratedja, 2001.
Secara historis,
menurut Bung Hatta, hanya dengan perubahan
sistem dan struktur ekonomi kapitalistik-liberal atau dualistik yang
144 P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
kita warisi dari masa kolonial menjadi sistem ekonomi kekeluargaan atau kerakyatan, kita bisa berharap akan terjadinya perbaikan dan
peningkatan kemakmuran rakyat menuju perwujudan keadilan sosial yang dicita-citakan Mubyarto, 1995. Bung Hatta juga pernah
menegaskan bahwa
“Kalau kita sungguh-sungguh mencintai Indonesia yang merdeka, yang bersatu, tidak terpecah belah, berdaulat, adil
dan makmur, marilah bercermin sebentar, kembali kepada cita-cita dahulu yang begitu suci, danh mengembalikan pemimpin yang jujur
berpadu dengan semangat yang siap melakukan pengorbanan” Mubyarto, 1995.
Strategi pembangunan partisipatif participatory development strategy yang merupakan syarat bagi terselenggaranya proses
demokrasi ekonomi masih terhambat oleh kultur politik dan sikap birokratis yang paternalistik. Berbagai pembinaan atau reformasi
kultural diperlukan untuk memasyarakatkan nilai kedaulatan rakyat Sri-Edi Swasono, 1995. Bagi kita, usaha untuk menjamin suatu
kehidupan yang layak, yang makmur, adil dan sentosa perlu kita bangun bukan saja suatu sitem ekonomi baru untuk mengatasi
kemelaratan, melainkan lebih luas lagi. Kita perlu membangun suatu kebudayaan baru yang kembali menempatkan manusia sebagai
pelindung dan pemelihara alam serta segala kekayaannya, dan yang mampu untuk memayu hayuning bawono yaitu dapat menyelamatkan
umat dan memupuk kesejahteraan dunia, menuju ke raharjaan, keselamatan dan kerahayuan Soedjatmoko, 1986.
Bagi Bung Hatta, tidak ada pengamalan lain yang utama kecuali bagi rakyat yang ia cintai, berdasarkan akhlak kemanusiaa dan
keadilan. Cinta Bung Hatta kepada rakyat dalam-dalam terbawa mati, seperti tertulis dalam wasiat ditulis 10 Februari 1975 yang muncul
dari kedalaman kalbunya, yaitu “Apabila saya meninggal dunia, saya ingin dikuburkan di Jakarta, tempat diproklamasikan Indonesia
Merdeka. Saya tidak ingin dikubur di makam Pahlawan Kalibata. Saya
P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
145
ingindi kubur di tempat kuburan rakyat biasa, yang nasibnya saya perjoangkan seumur hidup saya” Sri-Edi Swasono, 1995.
Pembangunan ekonomi
nasional harus
juga berarti
pembangunan sistem ekonomi yang kita anggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan sistem ekonomi nasional yang
tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya. Itulah yang disebut
Sistem Ekonomi Pancasila. Sistem Ekonomi Pancasila bukanlah sistem ekonomi yang liberal-kapitalistik, dan juga bukan sistem ekonomi yang
etatitik atau serba negara. Meskipun demikian sistem pasar tetap mewarnai kehidupan perekonomian Mubyarto, 1997.
Perekonomian nasional dan Kesejahteraan Sosial, sebagaimana yang ditegaskan dan tercantum dalam dalam UUD 1945 BAB XIV, pasal
33, harus dilaksanakan dan dipegang teguh secara konsisten, yaitu : 1 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan, 2 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, 3
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat, 4 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial-Budaya