Kebenaran ilmiah dalam Pancasila

P e n d i d i k a n P a n c a s i l a 17 Sisi verbalis dan sisi konotatif mempunyai hubungan langsung, artinya apa yang diucapkan dapat diinterpretasikan, dan dicari makna- nya oleh setiap orang. Sisi verbalis dan sisi denotatif tidak terhubung secara langsung, karena apa yang dikatakan tidak mesti langsung terwujud dalam kenyataan. Dalam rangka interpretasi terhadap Pancasila sering terjadi distorsi makna oleh sebagian orang, misalnya: kata “kekeluargaan” dalam bahasa politik dan sosio-budaya sering disalahartikan menjadi kroni, atau persekongkolan yang akhirnya memunculkan fenomena korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam kehidupan sehari-hari juga sering terjadi ketidaksesuaian antara pengetahuan yang dimiliki dengan perbuatan atau tingkah laku seseorang. Misal: Seseorang mengetahui bahwa merokok itu memba- hayakan kesehatan, tetapi apa yang diketahuinya tidak langsung menunjukkan pada perbuatannya toh ia tetap saja merokok. Demikian pula para aparatur negara mengetahui bahwa Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber hukum dalam menjalankan tugasnya, tetapi banyak juga aparatur negara yang melanggar hukum yang telah diketahuinya tersebut, bahkan yang dibuatnya sendiri.

B. Kebenaran ilmiah dalam Pancasila

Pengetahuan manusia tidak akan mencapai pengetahuan yang mutlak, termasuk pengetahuan tentang Pancasila, karena keterbatasan daya pikir dan kemampuan manusia. Pengetahuan manusia bersifat evolutif, terus-menerus berkembang dan bertambah juga dapat berkurang. Pengetahuan yang dikejar manusia identik dengan pengejaran kebenaran. Oleh karena itu kalau seseorang memperoleh pengetahuan, maka diandaikan pengetahuan yang diperolehnya adalah benar. Ada beberapa kriteria tentang kebenaran yang sejak dulu dijadikan acuan para ilmuwan dalam mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan manusia merupakan proses panjang yang dimulai dari 18 P e n d i d i k a n P a n c a s i l a purwa-madya-wasana awal-proses-akhir. Akhir proses pengetahuan manusia diungkapkan melalui pernyataan-pernyataan yang benar. Dari kriteria ini diperoleh empat macam teori kebenaran: 1. Teori kebenaran koherensi 2. Teori kebenaran korespondensi 3. Teori kebenaran pragmatisme 4. Teori kebenaran konsensus Kebenaran koherensi ditandai dengan pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain saling berkaitan, konsisten, dan runtut logis. Pernyataan yang satu dengan yang lain tidak boleh bertentangan. Contoh penerapan kebenaran koherensi dalam ilmu sejarah adalah: Tahun 1908 merupakan tonggak sejarah kebangkitan nasional, karena pada masa- itu lahirnya sebuah organisasi modern yang kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi yang lain yang bersifat melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan cara yang berbeda non-fisik dari masa sebelumnya. Kesadaran berbangsa mulai tumbuh sejak masa itu dan mengkristal dalam diri para pemuda dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa pernyataan yang terkandung di dalamnya bersifat koheren dan logis, karena tidak ada pernyataan yang saling bertentangan satu sama lain. Contoh kebenaran koherensi Pancasila: Pancasila merupakan dasar negara RI. Oleh karena itu segala peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia bersumber dari Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Ibaratnya seperti air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan. Kebenaran korespondensi ditandai dengan adanya kesesuaian antara pernyataan dan kenyataannya. Contoh pernyataan benar secara korespondensi: Indonesia terletak pada posisi silang dunia. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang berada diantara dua P e n d i d i k a n P a n c a s i l a 19 benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera, yaitu samudera Indonesia dan Pasifik. Contoh kebenaran korespondensi untuk Pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai cocok dengan kenyataan bahwa terdapat berbagai penyembahan terhadap Sang Pencipta, menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan agama yang diyakininya. Apabila seseorang warga negara Indonesia menyatakan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidupnya, tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila berarti orang tersebut melakukan kebohongan. Akhir-akhir ini justru fenomena demikian banyak terjadi di masyarakat sehingga antara kata dan perbuatan tidak seiring sejalan, tidak ada kesatuan antara pernyataan dan kenyataan. Jika ini terus terjadi maka Pancasila hanya menjadi rangkaian kata-kata yang indah yang berifat verbalis belaka yang tidak berarti. Kebenaran pragmatis berdasarkan kriteria bahwa pernyataan- pernyataan yang dibuat harus membawa kemanfaatan bagi sebagian besar umat manusia.Pernyataan harus dapat ditindaklanjuti dalam perbuatan dapat dilaksanakan dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Contoh: dalam ilmu kedokteran ditemukannya DNA Deoxyribonucleic Acid, yaitu material genetik dari jaringan organisme. Dengan diketemukannya DNA akan memudahkan berbagai pihak, misalnya kepolisian untuk melacak asal-usul genetik seseorang. Contoh kebenaran pragmatis dalam Pancasila dapat dilihat dari fungsi nyata Pancasila sebagai pemersatu bangsa dari keanekaragaman etnis, agama, budaya, bahasa daerah yang ada di Indonesia. Tanpa adanya Pancasila sebagai pemersatu bangsa, maka yang akan terjadi adalah disintegrasi bangsa. Kebenaran konsensus didasarkan pada kesepakatan bersama. Suatu pernyataan dikatakan benar apabila disepakati oleh masyarakat atau komunitas tertentu yang menjadi bagian dari proses konsensus. Akan tetapi tidak semua kesepakatan umum itu menjadi konsensus 20 P e n d i d i k a n P a n c a s i l a yang benar, karena ada syarat-syarat tertentu untuk terwujudnya kebenaran konsensus. Menurut Jurgen Habermas, ada empat syarat untuk mencapai konsensus, yaitu keterpahaman, diskursuswacana, ketulusankejujuran dan otoritas. Keterpahaman intelligibility artinya bahwa pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dalam proses komunikasi dapat dipahami oleh semua partisipan dalam forum yang dilaksanakan. Keterpahaman ini dapat diperoleh apabila masing-masing partisipan menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Diskursus atau wacana artinya ada dialog antar- ide dalam proses komunikasi dengan azas kesetaraan, masing-masing partisipan berkedudukan sama, tidak boleh ada pihak yang merasa paling berkuasa dan paling benar. Kejujuran ketulusan artinya bahwa semua kepentingan masing-masing partisipan harus dikemukakan, tidak ada yang disembunyikan agar semua pihak dapat mengetahui secara gamblang maksud dan kepentingan masing-masing. Dalam hal ini akan muncul empati dan saling pengertian antara masing-masing partisipan. Otoritas artinya bahwa dalam proses mencapai konsensus dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan atau kompetensi dalam bidangnya sehingga ada pertang-gungjawaban atas pernyataan- pernyataan yang dikemukakan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan yang diperoleh berdasarkan konsensus ilmiah antar-ilmuwan komunitas ilmiah di bidang masing- masing, misalnya: teori demokrasi disepakati sebagai bentuk pemerintah yang paling baik diantara sistem pemerintahan yang ada sekarang ini. Contoh: kebenaran konsensus dalam Pancasila ya Pancasila itu sendiri sebagai konsensus nasional yang disepakati oleh para pendiri bangsa pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebagaimana diketahui bahwa rumusan Pancasila sebelum disyahkan telah mengalami berbagai perubahan rumusan yang dilakukan berbagai sidang dialogwacana. P e n d i d i k a n P a n c a s i l a 21

C. Ciri-ciri Berpikir Ilmiah-Filsafati dalam Pembahasan Pancasila