28 P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
hampir sama dengan religiusitas, kata kemanusiaan analog dengan kata humanisme, persatuan analog dengan nasionalisme, kerakyatan analog
dengan demokrasi, sedangkan keadilan analog dengan kesejahteraan. Arti universal tidak sama dengan absolut, karena pengetahuan manusia
tidak akan pernah mencapai kebenaran mutlak. Pemilik kebenaran mutlak hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.
Disamping Pancasila memiliki nilai-nilai dasar yang berlaku universal, Pancasila juga memiliki nilai-nilai yang berlaku hanya untuk rakyat
Indonesia yang berwujud Undang-undang Dasar 1945.
D. Bentuk dan Susunan Pancasila
1. Bentuk Pancasila
Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan Pancasila sebagaimana tercantum di dalam alinea IV
Pembukaan UUD‟45. Pancasila sebagai seuatu sistem nilai mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Merupakan kesatuan yang utuh
Semua unsur dalam Pancasila menyusun suatu keberadaan yang utuh. Masing-masing sila membentuk pengertian yang baru.
Kelima sila tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi hubungan antar sila
merupakan hubungan yang organis.
b. Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak
yang membentuk kesatuan, bukan unsur yang komplementer. Artinya, salah satu unsur sila kedudukannya tidak lebih rendah
dari yang lain. Walaupun sila Ketuhanan merupakan sila yang berkaitan dengan Tuhan sebagai causa prima, tetapi tidak
berarti sila lainnya hanya sebagai pelengkap.
c. Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau
dikurangi. Oleh karena itu Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila yang meliputi sosio-nasionalisme, sosio-
P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
29
demokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaimana dikemukakan oleh Ir. Soekarno.
2. Susunan Pancasila Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan
urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Oleh karena itu sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa ditempatkan pada urutan yang paling atas,
karena bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut
dengan Causa Prima, yaitu
Sebab Pertama, artinya sebab yang tidak
disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut oleh berbagai agama dengan “Nama” masing-masing agama. Sila kedua, kemanusiaan yang
adil dan beradab ditempatkan setelah ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau nilai yang didambakan adalah manusia sebagai
pendukung dan pengemban nilai-nilai tersebut. Manusia yang bersifat monodualis, yaitu yang mempunyai susunan kodrat yang terdiri dari
jasmani dan rohani. Makhluk jasmani yang unsur-unsur: benda mati, tumbuhan, hewan. Rohani yang terdiri dari unsur-unsur: akal, rasa,
karsa. Sifat kodrat manusia, yaitu sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial. Kedudukan kodrat, yaitu sebagai makhluk otonom, dan
makhluk Tuhan. Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan manusia-manusia itu perlu
untuk bersatu membentuk masyarakat negara, sehingga perlu adanya persatuan sila ketiga. Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan
nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke dan akhiran an, tetapi awalan per dan akhiran an. Hal ini dimaksudkan
ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku
bangsa, agama, bahasa, tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan
akibat penjajahan. Etis, artinya berdasarkan kehendak luhur untuk
30 P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu persatuan Indonesia,
bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk selama- lamanya. Persatuan Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus
diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus-menerus. Semangat persatuan atau nasionalisme Indonesia harus
selalu dipompa, sehingga semakin hari semakin kuat. Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu negara ingin
mengambil kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh bukan karena warisan, tetapi berasal dari rakyat. Jadi rakyatlah yang berdaulat. Sila
kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia ditempatkan pada sila terakhi, karena sila ini merupakan tujuan dari negara Indonesia
yang merdeka. Oleh karena itu masing-masing sila-sila mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam
keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama. Akan tetapi karena masing-masing unsur mempunyai hubungan yang organis, maka
sila yang di atas menjiwai sila yang berada di bawahnya. Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila ke dua, ke tiga,
ke empat, ke lima. Sila ke dua dijiwai sila pertama, menjiwai sila ke tiga, ke empat, dan ke lima. Demikian seterusnya untuk sila ke tiga, ke
empat, dan ke lima.
Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah
majemuk tunggal Notonagoro. Majemuk tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri
secara utuh. Selanjutnya, Notonagoro berpendapat bahwa bentuk dan susunan Pancasila seperti tersebut di atas adalah
hierarkis-piramidal.
Hierarkhis berarti tingkat, sedangkan piramidal dipergunakan untuk menggambar-kan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam
urutan luas cakupan teba berlakunya pengertian dan juga isi pengertian. Hukum logika yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa
P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
31
antara luas cakupan pengertian teba berlakunya pengertian dan isi pengertian berbanding terbalik. Hal ini berarti, bahwa jika isi
pengertiannya sedikit, maka teba berlakunya pengertian itu sangat luas. Misalnya, kata meja mempunyai isi pengertian yang sedikit,
sehingga teba berlakunya pengertian meja sangat luas, yaitu meliputi berbagai macam meja, kualitas meja, bentuk meja, dll. Akan tetapi
jika kata meja ditambah dengan isi pengertian, yaitu dengan kata tamu, maka teba berlakunya pengertian itu semakin sempit, karena di
luar meja tamu tidak tercakup dalam pengertian itu.
Jika dilihat dari esensi urutan ke lima sila Pancasila, maka sesungguhnya menunjukkan rangkaian tingkat dalam luas cakupan
pengertian teba berlakunya pengertian dan isi pengertiannya. Artinya, sila yang mendahului lebih luas cakupan pengertiannya teba
berlakunya pengertian dengan isi pengertian yang sedikit, dari sila sesudahnya atau sila yang berada di belakang merupakan pengkhususan
atau bentuk penjelmaan dari sila-sila yang mendahuluinya.
Pancasila sebagai satu kesatuan sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila yang satu dengan sila yang lain
saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila yang satu dengan
yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi. Misalnya Ketuhanan Maha Esa adalah Ketuhanan yang Maha Esa yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratanperwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian juga untuk sila kedua, kemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berketuhanan yang maha esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratanperwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ini berlaku seterusnya untuk sila-sila
yang lain.
32 P
e n d i d i k a n
P
a n c a s i l a
E. Refleksi terhadap Kajian Ilmiah tentang Pancasila di Era Global