Pengujian UU tentang MD3 dan UU tentang P3
II. Pengujian UU tentang MD3 dan UU tentang P3
Terhadap pandangan-pandangan Pemohon dalam Permohonan a quo, DPR memberi keterangan sebagai berikut:
1. Berbicara mengenai keberadaan DPD, DPR berpandangan perlunya terlebih dahulu melihat dari sisi filosofis dan historis pembentukan DPD itu sendiri. Sejarah awal keberadaan DPD tidak bis dilepaskan dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD Tahun 1945 sebelu perubahan yang menyebutkan "MPR terdiri atas anggota DPR, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan UU". Pada awal pembahasan perubahan UUD Tahun 1945 pada rapat-rapat Panitia Ad Hoc Ill Sidang Umum MPR Tahun 1999, Utusan Golongan menyatakan tidak 1. Berbicara mengenai keberadaan DPD, DPR berpandangan perlunya terlebih dahulu melihat dari sisi filosofis dan historis pembentukan DPD itu sendiri. Sejarah awal keberadaan DPD tidak bis dilepaskan dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD Tahun 1945 sebelu perubahan yang menyebutkan "MPR terdiri atas anggota DPR, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan UU". Pada awal pembahasan perubahan UUD Tahun 1945 pada rapat-rapat Panitia Ad Hoc Ill Sidang Umum MPR Tahun 1999, Utusan Golongan menyatakan tidak
2. Berdasarkan kondisi tersebut, MPR berkesimpulan bahwa berbagai aspirasi dan tuntutan daerah tersebut harus diakomodir dan diwadahi dalam suatu program yang akan diartikulasi dan diagregasi menjadi kebijakan nasional dalam kelembagaan. Untuk itu, keberadaan dan peran utusan daerah yang sebelumnya hanya bersama fraksi di MPR perlu ditingkatkan menjadi suatu lembaga negara yang permanen. Dalam pembahasan muncul saran-saran mengenai bentuk pelembagaan Utusan Daerah sebagai lembaga
perwakilan, dengan pilihan bentuk lembaga bernama Dewan Utusan
Daerah atau Dewan Perwakilan Daerah. Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2001 memutuskan dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD 1945.
3. Bahwa merujuk Buku "Panduan Pemasyarakatan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan urutan Bab, Pasal, dan Ayat", yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal MPR RI tahun 2008 pada halaman 93 dan 94, menyebutkan: "Perubahan Undang Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melahirkan sebuah lembaga baru dalam strukt Jr ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dengan kehadiran DPD tersebut, dalam sistem perwakilan Indonesia, CPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi dan paham
politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan, sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman aspirasi daerah.
Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung prinsip perwakilan daerah.
Sistem perwakilan yang dianut Indonesia merupakan sistem yang khas Indonesia karena dibentuk perwujudan kebutuhan, kepentingan, serta tantangan bangsa dan negara Indonesia.
Ketentuan UUD Tahun 1945 yang mengatur keberE daan DPD dalam struktur ketatanegaraan Indonesia itu antara lain dimaksudkan untuk:
1. Memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan RI dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh deerah;
2. Meningkatkan agregasi . dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah- daerah dalam perumusan kebijakan nasional berkaitan dengan negara dan daerah;
3. Mendorong percepatan demokrasi, pembangunen dan kemajuan daerah secara serasi dan seimbang. Dengan demikian, keberadaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasa! 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berjalan sesuai dengan keberagaman daerah dalam rangka kemajuan bangsa Jan negara. DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan erat dengan sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu:
1. Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta pengggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan dengan pertimbangan keuangan pusat dan daerah."
2. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Perwakilan Rakyat 2. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Perwakilan Rakyat
3. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaaan undang-undang mengenai otonomi daerah; hubungan pusat dan darah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama serta
menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
4. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana para anggota DPD tidak seperti senator yang mewakili negara bagian dalam sistem negara federal akan tetapi mewakili provinsi-provinsi di Indonesia. DPR juga mewakili daerah- daerah pemilihan dari seluruh Indonesia. Pada sisi lain dari kajian studi banding sistem perwakilan di berbagai negara ternyata sistem perwakilan yang dianut tidaklah sama, baik itu yang menggunakan unikameral maupun bikameral. Bahkan sebagian besar sistem perwakilan dua kamar ternyata memiliki kewenangan yang tidak sama yang pada dasarnya disesuaikan dengan kondisi negara yang bersangkutan, sehingga dengan demikian sistem perwakilan yang dianut Indonesia merupakan sistem yang khas Indonesia karena dibentuk sebagai perwujudan kebutuhan, kepentingan, serta tantangan bangsa dan negara Indonesia.
5. Mengingat keberadaan dan peran utusan daerah yang sebelumnya hanya berupa fraksi di MPR sekarang telah ditingkatkan menjadi lembaga yang permanen yaitu Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD 1945 yang menempatkan wakil-wakil daerah dalam suatu lembaga perwakilan yang secara formal sederajat dengan lembaga perwakilan dan lembaga negara yang lain pada tingkat nasional dianggap cukup untuk kepentingan daerah dan kepenti igan memperkuat kesatuan nasional kita. Apalagi sistem perwakilan yang kita anut bukanlah 5. Mengingat keberadaan dan peran utusan daerah yang sebelumnya hanya berupa fraksi di MPR sekarang telah ditingkatkan menjadi lembaga yang permanen yaitu Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 22C dan 22D UUD 1945 yang menempatkan wakil-wakil daerah dalam suatu lembaga perwakilan yang secara formal sederajat dengan lembaga perwakilan dan lembaga negara yang lain pada tingkat nasional dianggap cukup untuk kepentingan daerah dan kepenti igan memperkuat kesatuan nasional kita. Apalagi sistem perwakilan yang kita anut bukanlah