KETERANGAN AHLI TENTANG PENTINGNYA KEHADIRAN DAN PERAN DPD
B. KETERANGAN AHLI TENTANG PENTINGNYA KEHADIRAN DAN PERAN DPD
1. Ahli SITI ZUHRO, pada intinya menyampaikan: Peran penting DPD-RI dalam konteks otonomi daerah sangat jelas,
yaitu merepresentasikan aspirasi daerah. Meskipun belum maksimal, DPD relatif mampu membantu komunikasi antara pusat-daerah berkenaan dengan masalah yang dihadapi daerah, baik melalui sinergi dan partnership yang dilakukan dengan asosiasi-asosiasi Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota.
Dengan keterbatasannya, sebagai lembaga legislatif, DPD tidak memiliki mekanisme yang memadai. Selama periode 2009 dan 2012, institusi ini tetap berkinerja menyelesaikan tupoksinya. Sebagai wakil daerah,
DPD tidak hanya ditantang untuk merespons dan memperbaiki karut-marut yang dihadapi daerah tersebut, tapi juga harus ikut bertanggung jawab mengatasinya. Sejarah pemberontakan daerah yang terjadi tahun 1950-an bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga oleh para elite Pemerintah pusat dan daerah agar hal ini tidak terulang. Pelanggaran hukum yang dilakukan sejumlah daerah untuk menambah pendapatan asli daerah dan merebaknya kasus korupsi, baik di lembaga eksekutif, daerah, maupun DPRD, merupakan refleksi konkret minimnya pengawasan terhadap daerah.
Apa yang kita harapkan dengan otonomi daerah dan hadirnya DPD adalah ini saatnya Indonesia membangun dari daerah, pentingnya membangun Indonesia dari daerah. Keberadaan DPD untuk mewakili kepentingan daerah dalam proses dan produk legislasi di tingkat pusat legitimate.
Keberadaan DPD sebagai vertical balance mestinya difungsikan supaya kewenangannya tidak bersifat konsultatif. Aspirasi dan kepentingan rakyat daerah tidak boleh mandek dan harus diperjuangkan oleh DPD.
Peran penting DPD adalah sebagai berikut: DPD sangat mengharapkan dukungan publik dan kekuatan-kekuatan
politik yang ada dalam mendorong penguatan lembaga DPD. DPD memerlukan payung hukum untuk memperjelas jenis kelaminnya dan untuk melaksanakan fungsi dan perannya secara maksimal. Apa artinya kata representasi kalau tidak bisa dikonkretkan, baik secara institusi maupun individu, DPD akan menanggung beban politik yang luar biasa bila terus-menerus tidak mampu membuktikan tupoksinya sebagai badan legislatif yang berkewajiban mengakomodasi aspirasi dan kepentingan daerah dalam bentuk legislasi.
Sebagai perwakilan wilayah atau penyambung lidah rakyat daerah, DPD hadir untuk menjaga keragaman daerah agar karakteristik dan kekhasan yang dimiliki masing-masing daerah tetap menjadi kekayaan bagi Indonesia. Karena itu, DPD juga dimaksudkan
untuk memperkuat kedudukan Pemerintahan daerah dan rakyat daerah dalam proses dan produk legislasi tingkat pusat. Menjaga keutuhan Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika tidak semudah membalikkan tangan, perlu membangun saling rasa percaya, juga membangun kelembagaan atau untuk memperkuat kedudukan Pemerintahan daerah dan rakyat daerah dalam proses dan produk legislasi tingkat pusat. Menjaga keutuhan Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika tidak semudah membalikkan tangan, perlu membangun saling rasa percaya, juga membangun kelembagaan atau
Oleh karena itu pula, sudah saatnya kita menyudahi realitas kecelakaan Perundang-Undangan yang ada saat ini dengan menfungsikan DPD sebagai lembaga legislatif yang efektif yang menjalankan mekanisme checks and balances antara DPD dan DPR sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Kesetaraan kewenangan merupakan hal penting untuk memberikan kesempatan yang sama kepada kedua kamar dalam memperjuangkan kepentingan yang diwakili.
Cukup sudah apa yang dijalani DPD sebagai lembaga legislatif yang tidak memiliki satu kewenangan untuk ikut sampai tuntas mengantarkan aspirasi daerah. Fungsi legislasi DPD perlu diperkuat dalam rangka sistem check and balances intraparlemen, dan untuk meningkatkan kualitas representasi DPD sebagai wakil daerah di tingkat nasional di tengah kompleksitas permasalahan yang dihadapi daerah. Kehadiran DPD untuk ikut mengurangi permasalahan dan memberikan jalan keluar serta mendorong kemajuan daerah sungguh sangat mendesak relevan
tuntutan peningkatan peran DPD patut ditindaklanjuti mengingat besarnya harapan daerah agar DPD dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam memperjuangkan berbagai permasalah otonomi daerah yang selama ini belum diakomodasi oleh DPR dan Pemerintah pusat.
dan signifikan
dilakukan
saat ini.
Kuatnya
2. Ahli ANAK AGUNG GEDE NGURAH ARI DWIPAYANA, pada intinya menyatakan: Problematika faktual yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan yang memiliki mandat perwakilan dan dipilih melalui proses electoral, namun dengan kewenangan yang sangat terbatas. Rekonstruksi kewenangan DPD sebagai upaya untuk membuat demokrasi perwakilan kita semakin berkualitas.
UU MD3 dan UU P3 merupakan upaya inkonstitusional untuk memangkas kewenangan DPD di bidang legislasi yang dijamin oleh konstitusi karena dalam Undang-Undang tersebut DPD hanya ditempatkan sebagai co-legislator di samping DPR. Sifat tugasnya hanya menunjang terhadap tugas-tugas konstitusional DPR, dalam proses pembentukan suatu Undang-Undang atau legislasi, DPD tidak mempunyai kekuatan untuk mengusulkan, membahas, dan berperan dalam proses pengambilan keputusan, padahal sebagai lembaga perwakilan politik, anggota DPD memiliki mandat electoral atau bahkan persyaratan dukungan untuk menjadi anggota DPD, jauh lebih berat daripada persyaratan dukungan untuk menjadi anggota DPR. Artinya, kualitas legitimasi anggota DPD itu sama sekali tidak diimbangi secara sepadan oleh kualitas kewenangan sebagai wakil rakyat daerah.
Implikasi yang tidak diberikannya kewenangan legislasi kepada DPD adalah sebagai berikut.
1. DPD akan menjadi lembaga perwakilan dengan mandat electoral, namun tanpa memiliki kewenangan untuk mengusulkan, membahas kebjiakan nasional yang berkaitan dengan kepentingan daerah yang diwakilinya. Itu artinya UU MD3 dan UU P3, telah menjadikan DPD sekedar sebagai lembaga perwakilan asesoris.
2. Mengingkari harapan dan mandat yang telah diberikan rakyat daerah, ketika mereka memilih wakilnya di DPD dalam Pemilu. Karena mereka berharap bisa mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan daerahnya dalam proses kebijakan nasional, yang berkaitan dengan negara dan daerah melalui wakilnya di DPD. Namun, anggota DPD dan yang mewakilinya tidak mempunyai kewenangan untuk mentransformasi aspirasi dan mandat tersebut menjadi produk kebijakan nasional.
3. Pemangkasan kewenangan DPD akan menyulitkan terbangunnya checks and balances karena DPR tidak mempunyai penyeimbang dalam menjalankan fungsinya, akibatnya produk kebijakan nasional yang dihasilkan oleh lembaga perwakilan politik menjadi kurang berkualitas.
Sebagai lembaga representasi daerah, DPD seharusnya bisa menjalankan sepenuhnya mandat perwakilan karena semua anggotanya dipilih melalui Pemilu seperti halnya dengan anggota DPR. Proses pemilihan secara Sebagai lembaga representasi daerah, DPD seharusnya bisa menjalankan sepenuhnya mandat perwakilan karena semua anggotanya dipilih melalui Pemilu seperti halnya dengan anggota DPR. Proses pemilihan secara
Keterlibatan DPD untuk dapat mengusulkan dan ikut membahas RUU itu menjadi penting karena:
1. Merupakan aktualisasi dari fungsi representasi, dimana anggota DPD menyalurkan aspirasi suara rakyat di daerahnya. Dalam siklus kebijakan proses ini disebut dengan agenda setting. Dalam agenda setting, ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan Undang-Undang apa yang perlu dibentuk, dirubah, mengapa Undang-Undang itu perlu dibentuk, untuk dirubah, apa urgensi dan relevansinya dalam pembentukan dan perubahan Undang-Undang itu?
2. Dengan ikut membahas RUU, maka anggota DPD ikut terlibat dalam menyalurkan aspirasi yang dimandatkan kepadanya dan juga bisa mempengaruhi substansi rancangan undang-undang yang dibahas.
3. Kehadiran DPD tidak hanya akan menjadi asesoris belaka, melainkan bisa secara sungguh-sungguh membuka saluran bagi munculnya berkembangnya gagasan baru dari aspirasi daerah dalam perumusan kebijakan nasional. Dengan demikian, kebijakan nasional akan semakin legitimate karena bisa mengakomodasi keragaman, kebhinekaan, dan sekaligus memperkuat ke- Tunggalikaan, keIndonesiaan. Sekiranya hal ini bisa diwujudkan, maka ketegangan hubungan pusat dan daerah bisa diminimalisir.
Dengan dipulihkannya kewenangan mengusulkan dan membahas, maka DPD bisa menjadi penyeimbang dari DPR. Hal ini yang selanjutnya bisa menjamin mutu sebuah produk legislatif karena setiap Undang-Undang akan diperiksa dua kali oleh dua lembaga representasi. Dengan cara seperti itulah, kita semua juga mengambil bagian dan tanggung jawab dari upaya membuat demokrasi perwakilan kita semakin berkualitas.
3. Ahli MASWADI RAUF pada sidang Panel MK tanggal 19 Desember 2012, pada intinya menyatakan bahwa: Ide perkembangan ide tentang pembentukan DPD ini pada saat Reformasi
politik yang terjadi setelah tumbangnya orde baru telah membuka peluang bagi rakyat Indonesia untuk melakukan demokratisasi, yakni usaha-usaha untuk menegakkan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Usaha- usaha itu berlangsung dengan cepat dan tanpa kendala yang berarti. Sehingga dalam waktu enam atau tujuh tahun dasar-dasar hukum untuk menegakkan demokrasi sudah terbentuk di Indonesia. Salah satu bentuk demokratisasi tersebut adalah pembentukan DPD sebagai lembaga legislatif yang berfungsi membentuk Undang- Undang.
Perlu dibentuk DPD dengan fungsi legislatif. Hal ini memperkuat keyakinan tim revisi UndangUndang Susduk untuk memasukkan ketentuan tentang DPD dengan fungsi seperti itu. Pemerintah ternyata secara utuh berpendapat bahwa DPD yang merupakan lembaga legislatif perlu dicantumkan ke dalam draft RUU Susduk yang akan disampaikan ke DPR untuk pembahasan lebih lanjut.
Gagasan DPD sebagai bagian dari badan legislatif yang menjalankan fungsi legislatif telah coba disampaikan oleh Staf Ahli PAH 1 MPR ke PAH 1 MPR sebagai bahan yang akan diputuskan oleh Sidang Pleno MPR dalam proses amandemen UUD Tahun 1945. Para Anggota dari Staf Ahli PAH 1 MPR yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang bergerak di dunia akademis telah sepakat untuk membentuk DPD sebagai lembaga legislatif penuh.
Alasan perlunya DPD dilihat dari perkembangan sosial politik di Indonesia. Pandangan yang berkembang di dalam masyarakat tentang perlunya DPD sebagai lembaga legislatif telah disampaikan setelah bergulirnya reformasi di Indonesia, Peraturan Tahun 1998. Ada beberapa alasan dari perlunya DPD yang berperan sebagai lembaga legislatif penuh:
1. Pengalaman selama Orde Baru menunjukkan bahwa Pemerintah pusat terlalu dominan, sehingga kepentingan daerah terabaikan. Memang negara kesatuan memberikan kewenangan yang besar kepada Pemerintah pusat. Namun, kewenangan tersebut sudah terlalu besar, 1. Pengalaman selama Orde Baru menunjukkan bahwa Pemerintah pusat terlalu dominan, sehingga kepentingan daerah terabaikan. Memang negara kesatuan memberikan kewenangan yang besar kepada Pemerintah pusat. Namun, kewenangan tersebut sudah terlalu besar,
2. Pengalaman menunjukkan bahwa sentralisme yang berlebihan itu telah menimbulkan dampak buruk bagi negara dan bangsa Indonesia. Terjadi eksploitasi kekayaan alam di daerah secara berlebihan yang digunakan untuk kepentingan pribadi elit politik. Suara- suara daerah tidak didengarkan sama sekali, sehingga daerah tidak bisa berbuat banyak. Akibatnya adalah munculnya kekecewaan di sejumlah daerah yang sebagian berkembang menjadi separatisme. Dalam rangka menciptakan penyeimbang itu pulalah, DPD dianggap perlu dibentuk. Masyarakat merasakan perlu adanya lembaga pembuat keputusan di tingkat nasional yang berperan dalam pembuatan keputusan secara nyata. Dengan demikian, kepentingan-kepentingan dari berbagai daerah dapat disampaikan dan disalurkan sampai ke tingkat nasional oleh sebuah lembaga yang khusus untuk itu. Dengan adanya DPD, Pemerintah pusat dapat diingatkan mengenai berbagai kepentingan daerah yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa DPD yang berperan besar adalah bagian dari upaya untuk mempertahankan NKRI.