Dari penelitian UNICEF 2009 didapat data bahwa 90 sumber air yang terletak kurang dari 10 meter dari hewan akan tercemar sementara
hampir 80 yang terletak kurang dari 30 meter dari sumber pencemaran akan terkontaminasi. Dan ini berdampak besar dengan resiko penyakit diare.
Pencemaran ini dapat terjadi secara langsung melalui perembesan air kotor ke tanah lalu terus meresap dan mencemari sumber air warga atau
melalui vektor yang memindahkan agen pencemar dan penyebab penyakit ke pangan manusia.
Menurut UNICEF bekerjasama dengan WHO 2012 diperkirakan pada tahun 2010 terdapat 2,5 milyar orang tanpa fasilitas sanitasi yang
memadai, hanya 67 penduduk dunia yang akan mengenyam fasilitas sanitasi yang layak pada tahun 2015 dimana masih jauh dari target 75
yang ditetapkan UN dalam MDGs Millenium Development Goals yakni 75 Denno, 2011. Disampaikan juga bahwa jika ini tercapai maka
program ini akan mampu menyelamatkan 3000 anak setiap harinya yang mati akibat diare.
Menurut Yeager 1999 dalam Ejemot et al 2008 banyak rumah di negara miskin yang kekurangan fasilitas pembuangan kotoran yang sesuai
dan walaupun ada fasilitas ini mungkin tidak cocok untuk anak. Dalam data yang dikeluarkan UNICEF 2009 tercantum bahwa
kejadian diare anak sekolah terjadi paling tinggi pada kelompok dengan jamban yang dipakai secara bersama, diikuti tempat terbuka, tidak layak dan
akhirnya pada jamban yang layak.
2.2.3 Higien diri
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola
perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika
orang tersebut menerapkan perilaku sehat untuk mencegah datangnya
Universitas Sumatera Utara
berbagai penyakit, berlaku pula hal sebaliknya Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan perilaku hidup sehat
Depkes, 2002. Faktor perilaku dan lingkungan memegang peranan penting dalam
terjadinya diare Siswanto, 2010. Dengan memperbaiki higene diri bersama air dan sanitasi kita dapat menurunkan angka diare sampai dengan 88
Denno, 2011. Kita harus membiasakan cara hidup sehat sehari-hari, yaitu, mencuci tangan, memotong kuku, dan memakai alas kaki terutama bagi
anak-anak Siswanto, 2010. Tangan adalah kunci untuk penularan partikel penyebab penyakit dari
satu orang ke orang lain Curtis Cuirncross, 2003. Keseriusan pemerintah terlihat dalam program PHBS dimana mencuci
tangan bersama dengan penggunaan air besih dan jamban merupakan tiga dari tujuh indikator rumah tangga sehat Siswanto, 2010.
Dalam suatu RCT Randomized Clinical Trial menunjukkan mencuci tangan dapat menurunkan diare sampai 31 Ejemot et al, 2008. Dalam
artikel yang sama dan didukung oleh Siswanto 2010 dinyatakan bahwa hal yang paling penting adalah mencuci tangan disaat-saat penting seperti
setelah berurusan dengan kotoran dan hendak berurusan dengan makanan Mencuci tangan dengan sabun secara umum dapat diterima untuk
mengurangi jumlah infeksi. Menurut Niffenegger 1997 dalam Sandora et al
, 2005, kebiasaan cuci tangan dapat menurunkan angka kesakitan pada anak di pusat perawatan anak dan ketidakhadiran di sekolah. Begitupun
dengan pemakaian hand-sanitizer berbasis alkohol. White et al 2003 dan Lee et al 2005 juga mengemukakan hal yang serupa tentang kebiasaan
mencuci tangan ini. Tetapi dalam kenyataannya seperti dilansir dari Studi Pelayanan Dasar Manusia 2006 yang dikemukakan dalam Sonnemann
2009 hanya 6-14 yang mencuci tangan sebelum makan, setelah menangani kotoran, dan sebelum menyiapkan makan.
Mencuci tangan dengan hand-sanitizer dapat membunuh rota virus yang merupakan penyebab infeksi paling sering di pusat perawatan anak
Universitas Sumatera Utara
Sandora et al, 2005 Pemakaian hand-sanitizer juga mampu menghemat waktu dalam mencuci tangan, hal ini merupakan hal yang penting dalam
praktek keseharian dimana anak-anak buru-buru mencuci tangan dan tidak mau membuang waktu. Hal ini adalah beberapa keunggulan dari hand-
sanitizer berbasis alkohol yang tidak dimiliki oleh sabun biasa. Selain itu
hand-sanitizer juga terjual bebas dipasaran dan memiliki harga yang relatif
terjangkau Ejemot et al, 2008. Dan dalam penelitian RCT oleh Nanan et al 2001 di Pakistan,
mencuci tangan menurunkan angka kejadian diare di rumah tangga, walaupun lingkungannya terhitung kurang mendukung.
Selain membersihkan tangan kebersihan kuku harus diperhatikan, kuku yang panjang dan tidak bersih dapat mengandung telur cacing yang
seterusnya menimbulkan gejala diare pada anak Sutano et al, 2008. Pada kuku yang panjang dan tak terjaga kebersihannya dapat
terkandung berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Semua penyakit yang disebabkan parasit cacing seluruhnya disebabkan oleh
kurangnya pelaksanaan pengadaan air, sanitasi, dan higien yang tidak aman dan sudah dinyatakan secara global Sutanto et al, 2008.
Dikatakan dalam karya tulis ilmiah Dewi 2011 bahwa pemotongan dan pembersihan kuku secara teratur dapat menurunkan angka kejadian
diare pada anak usia sekolah 5-14 tahun. Menurut Sutano et al 2008 dalam buku ajar parasitologi UI,
berberapa jenis larva parasit terutama cacing dapat menembus kulit, oleh sebab itulah perlindungan terhadap kulit yang bersentuhan langsung dengan
tanah, dalam hal ini kaki, mutlak diperlukan. Dan berjalan tanpa alas kaki dapat meningkatkan resiko diare Denno, 2011.
2.2.4 Kebiasaan jajan