64 4.
Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost biaya keagenan secara parsial. Komite audit dianggap sebagai penghubung
antara pemegang saham dan dewan komisaris. 5.
Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost biaya keagenan secara parsial. Kepemilikan saham oleh manajemen
akan menimbulkan pengawasan terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, sehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai
berikut : 1.
Periode laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya berkisar pada 3 periode tahun 2012-2014.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian hanya 4 variabel
dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan manajerial, sedangkan masih banyak variabel lainnya yang
dapat memengaruhi terjadinya agency cost.
5.3 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk para peneliti selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan periode penelitian lebih
dari 3 tahun untuk memperoleh data pengamatan yang lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara
65 2.
Variabel independen yang akan digunakan sebaiknya diperbanyak dan lebih bervariasi, selain variabel-variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling besar memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tata Kelola Perusahaan
Perusahaan yang telah menjual sahamnya ke publik atau perusahaan go public memerlukan adanya tata kelola perusahaan yang berguna untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan meningkatkan akuntabilitas untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham.
Tata kelola perusahaan merupakan suatu mekanisme pengelolaan perusahaan yang didasarkan pada teori agensi atau agency theory.
Tata kelola perusahaan adalah suatu sistem yang bertujuan untuk melindungi para investor dari pelaku oportunistik pengelola perusahaan.
Tata kelola perusahaan dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk menjalankan usahanya secara baik, sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan semua pihak Khomsiyah, 2005.
Pengertian lain yang dikeluarkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia 2001 yaitu seperangkat peraturan yang menetapkan antara
pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Dalam Kementrian Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-117M-MBU2002 juga diperoleh definisi
Universitas Sumatera Utara
11 mengenai tata kelola perusahaan. Dalam surat keputusan tersebut, tata kelola
perusahaan didefenisikan sebagai: Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Penerapan tata kelola perusahaan sangatlah penting dilakukan karena prinsip tata kelola perusahaan dapat memebrikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Tata kelola perusahaan berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer
tidak akan mencurimenggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek- proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan
oleh investor. Tata kelola perusahaan terkait dengan usaha-usaha untuk mengendalikan perusahaan agar kegiatan operasionalnya berjalan dengan efisien
dan efektif, mampu memaksimalkan laba dan meminimalkan resiko usaha. Brown dan Caylor 2004 menambahkan bahwa perusahaan yang
menerapkan tata kelola perusahaan membuat para pemegang saham dan investor lebih yakin akan memperoleh return atas investasinya, karena tata kelola
perusahaan dapat memberikan perlindungan efektif bagi mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa tata kelola perusahaan merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.1.1 Prinsip Tata Kelola Perusahaan
Terdapat 5 prinsip tata kelola perusahaan yang dapat dijadikan pedoman bagi suatu perusahaan atau para pelaku bisnis yaitu Transparency, Accountability,
Responsibility, Independancy dan Fairness. Penjabarannya sebagai berikut: 1.
Transparency keterbukaan informasi Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam
mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup akurat dan tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.
Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelola perusahaan. Audit yang dilakukan
atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga
nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. 2.
Accountability akuntabilitas Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur,
sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak,
kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.
3. Responsibility pertanggung jawaban
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan
industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan
Universitas Sumatera Utara
13 hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat
dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya,
perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada pemegang saham juga kepada pemangku kepentingan lainnya.
4. Independency kemandirian
Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, prinsip ini menuntut bertindak secara mandiri
sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan. Berdasarkan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan
pengakuan terhadap hak-hak manajemen yang ditentukan dalam undang- undang maupun perusahaan.
5. Fairness kesetaraan dan kewajaran
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak manajemen sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara
beragam kepentingan dalam perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh
orang dalam yang merugikan pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.1.2 Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
Secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasi ke dalam
dua kelompok, yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan
struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham RUPS, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan
dewan direksi. Sedangkan mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan diluar cara internal, seperti pengendalian pasar dan perusahaan.
Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada mekanisme internal tata kelola perusahaan.
1. Dewan Komisaris
Menurut UU Perseroan Terbatas Pasal 97 menyatakan bahwa komisaris bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan
perusahaan serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Komisi Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006 diartikan sebagai organ
perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG Good Corporate Governance. Egon Zehnder International 2000 dalam Pedoman Good
Corporate Governance Indonesia FGCI menyatakan dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola
Universitas Sumatera Utara
15 perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan
komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan daya saing atau efisiensi sehingga sebagai pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
Jumlah dewan komisaris menjadi salah satu indikator keefektifan struktur dewan perusahaan. Namun, pada dasarnya yang menjadi poin penting
dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu struktur dewan perusahaan bergantung pada besarnya komite audit Zahra and Pearce, 1989. Peranan
dewan komisaris dalam prakteknya tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Namun, dewan komisaris
sering dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini terlihat dari banyak anggota komisaris yang tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan
independensinya. Agar dewan komisaris dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, maka diperlukan adanya komisaris independen.
2. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berhubungan dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen juga harus memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan. Jensen 1983: 178 menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang
terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
Universitas Sumatera Utara
16 manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komite
Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006 menyatakan komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu.
Namun, jumlahnya harus dapat menjamin mekanisme pengawasan berjalan efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur oleh Bursa Efek Indonesia BEI tanggal 1 Juli 2000. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI harus mempunyai komisaris independen yang jumlahnya disyaratkan sebesar 30 dari
seluruh anggota dewan komisaris. Ada beberapa kriteria yang menjelaskan komisaris independen:
a. Dewan komisaris tidak memiliki kedudukan yang rangkap pada
perusahaan dengan perusahaan yang bersangkutan. b.
Dewan komisaris diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
Tugas Komisaris Independen antara lain: 1.
Menjamin tranparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholder yang lain. 3.
Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil.
Universitas Sumatera Utara
17 4.
Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
3. Dewan Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar. Direksi bertanggung jawab melakukan pengawasan internal secara efektif dan efisien, memantau resiko dan mengelolanya, menjaga agar
iklim kerja tetap kondusif sehingga produktivitas dan profesionalisme menjadi lebih baik, mengelola karyawan dan melaporkan kinerja
perseroan secara keseluruhan kepada pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi terdiri dari sekurang- kurangnya 2 anggota Direksi, dengan susunan: seorang Presiden Direktur
dan seorang atau lebih Direktur, dengan memperhatikan peraturan yang berlaku di pasar modal. Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung
jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuan Perseroan. Setiap anggota direksi wajib
beritikad dengan baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya, dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
anggaran dasar. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas
Universitas Sumatera Utara
18 dan tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk komite dan
berkewajiban melakukan evaluasi terhadap kinerja komite tersebut setiap akhir tahun buku Perseroan, serta untuk mendukung pelaksanaan prinsip
tata kelola perusahaan yg baik oleh Perseroan, Direksi berkewajiban membentuk, serta berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan
sekretaris perusahaan atas susunan unit kerja sekretaris perusahaan berikut penanggungjawabnya.
4. Komite Audit
Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan
tugasnya. Komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada
Komisaris. Hiro Tugiman 1995:8 menyatakan bahwa: Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok
yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris
perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.
FCGI Forum for Corporate Governance in Indonesia mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan
pengawasan serta menyeluruh dalam hal memberikan pengawasan secara menyeluruh dalah hal:
1. Laporan keuangan. Komite audit melaksanakan pengawasan
independen dan memastikan bahwa Laporan Keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
19 2.
Pengawasan control. Komite audit memberikan pengawasan independen atas masalah atau hal-hal yang berpotensi mengandung
resiko. 3.
Tata kelola perusahaan. Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan Good Corporate Governance
apalah telah dijalankan sesuai Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Tujuan dibentuknya komite audit adalah membantu Komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal. Komite Audit memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Mencari informasi yang relevan dari tiap karyawan.
2. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya.
3. Mengusahakan saran hukum dan saran professional lainnya yang
independen apabila dipandang perlu. 4.
Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai, apabila dipandang perlu.
2.1.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh
Manajemen Sujono dan Soebiantoro, 2007. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham.
Manajer diperlakukan bukan sebagai pihak eksternal yang digaji untuk
Universitas Sumatera Utara
20 kepentingan perusahaan, melainkan diperlakukan sebagai pemegang saham
perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh manajer membuat keputusan-keputusan
yang diambil manajer tidak semata-mata untuk kepentingan manajemen tetapi juga untuk kepentingan pemegang saham karena manajer akan ikut merasakan
secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen
mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu, manajemen juga ikut
menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.
2.1.3 Agency Cost
Kepentingan antara pemegang saham dan manajer seringkali bertentangan, sehinnga sering terjadi konflik antar kedua belah pihak. Hal ini disebabkan karena
manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham bertentangan dengan kepentingan pribadi manajer tersebut. Konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan mekanisme pengawasan monitoring yang dapat mensejajarkan kepentingan tersebut. Dengan
munculnya mekanisme pengawasan ini mengakibatkan timbulnya suatu biaya yang disebut biaya keagenan atau agency cost.
Universitas Sumatera Utara
21 Agency cost adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham”
Horne dan Wachowicz, 2005. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa
agency cost adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk
memaksimumkan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling 1976 agency
cost terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. The monitoring expenditures by the principle. Yaitu biaya monitoring yang
dikeluarkan oleh pemegang saham untuk memantau perilaku manajer. 2.
The bonding expenditures by the agent. The bonding cost dikeluarkan oleh manajer untuk menjamin bahwa manajer tidak akan menggunakan tindakan
tertentu yang akan merugiakan pemegang saham atau untuk menjamin bahwa pemegang saham akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil
banyak tindakan. 3.
The residual loss. Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham maupun manajer setelah adanya agency relationship.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling 1976,
Crutchley dan Hansen 1989, Jensen et al 1992 yaitu: 1.
Memberikan hak kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk saham kepada manajer sebagai bentuk penghargaan atas kinerja manajer terhadap
perusahaan. Dengan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam
Universitas Sumatera Utara
22 kepemilikan saham bertujuan untuk menyetarakan kepentingan dengan
pemegang saham. Dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan bertindak secara hati-hati karena akna menanggung resiko atas keputusan
yang diambilnya. Selain itu, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja lebih baik.
2. Dengan meningkatkan dividen payout ratio. Peningkatan dividen diharapkan
dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dimana dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan akan lebih kecil dengan demikian
perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber ekstrernal, seperti emisi saham baru. Penambahan dana menyebabkan kinerja manajer
dimonitor oleh bursa dan penyedia dana baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru floating cost.
3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang perusahaan sehingga menurunkan
kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan dana dari
penerbitan saham baru. Dengan menggunakan hutang, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga
secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba dan dapat mengurangi agency cost.
4. Meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak institusional. Dengan adanya
kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
Universitas Sumatera Utara
23 investasi dan sebagainya akan meningkatkan fungsi pengawasan dan
monitor lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Irma
Yulistiana 2014
Pengaruh Corporate Governance Tata
Kelola Perusahaan Dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Agency
Cost Biaya Keagenan pada
industri semen yang telah go public
periode 2008-2012
Variabel Independen:
Tata Kelola Perusahaan,
Struktur Kepemilikan
Variabel Dependen:
Agency Cost Variabel corporate
governance memiliki pengaruh
yang negatif dan tidak signifikan
terhadap agency cost, sedangkan
variabel struktur kepemilikan
memiliki pengaruh negatif dan
signifikan.
2. Krisnauli
2014 Pengaruh Mekanisme
Tata Kelola Perusahaan Dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Agency
Cost Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010- 2012
Variabel Independen:
Tata Kelola Perusahaan,
Struktur Kepemilikan
Variabel Dependen:
Biaya Keagenan
ATO Ukuran dewan
direksi, ukuran komite audit,
kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan terhadap
agency cost. Sedangkan ukuran
dewan komisaris dan ukuran
komisaris independen
memiliki pengaruh signifikan terhadap
agency cost.
3 Sajid Gul,
Muhammad Sajid,
Agency Cost, Corporate
Governance and Variabel
Independen: Corporate
Semakin tinggi kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
24
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Nasir Razzaq,
Farman Afzal 2012
Ownership Structure The Case of
Pakistan Governance,
Ownershi Structurep
Direktur dan kepemilikan
institusional akan mengurangi tingkat
agency cost. Semakin kecil
kepemilikan direktur dan
kepemilikan institusional akan
meningkatkan agency cost.
4. Ni Luh Gede
Emy Lestari Dewi,
Putu Agus Ardiana
2014 Pengaruh
Kepemilikan Manajerial Pada
Agency Cost Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008-2012 Variabel
Independen: Kepemilikan
Manajerial Variabel
Dependen: Agency Cost
Peningkatan kepemilikan
manajerial, akan meningkatkan biaya
keagenan. Hasil yang lain
menunjukkan biaya keagenan yang
terjadi di perusahaan yang
dikelola oleh manajer yang juga
berstatus sebagai pemilik lebih tinggi
secara signifikan daripada
perusahaan yang dikelola manajer
yang tidak berstatus sebagai pemilik.
5. Paulus
Theodorus Basuki
Hadiprajitno 2013
Struktur Kepemilikan,
Mekanisme Tata Kelola Perusahaan,
Dan Biaya Keagenan Variabel
Independen: Struktur
Kepemilikan, Mekanisme
Secara keseluruhan struktur
kepemilikan dan mekanisme tata
kelola perusahaan
Universitas Sumatera Utara
25
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Di Indonesia Studi Empirik pada
Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
Tata Kelola Perusahaan
Variabel Dependen:
Agency Cost
tidak terlalu berpengaruh
terhadap agency cost.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulistiana 2014, penelitiannya menggunakan variabel independen yaitu tata kelola perusahaan dan struktur
kepemilikan, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate governance berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap agency cost, sedangkan variabel struktur kepemilikan secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
agency cost. Krisnauli 2014, variabel independennya adalah tata kelola perusahaan
dan struktur kepemilikan, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil yang diperoleh adalah bahwa ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost. Sedangkan ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap agency cost. Sajid Gul, et.al 2012, variabel independennya adalah corporate
governance dan ownership structure sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan direktur dan
kepemilikan institusional yang tinggi mengurangi tingkat biaya agensi.
Universitas Sumatera Utara
26 Lestari dan Ardiana 2014, variabel independennya adalah kepemilikan
manajerial, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan analisis regresi berganda dan uji independen t-test
diperoleh bahwa peningkatan kepemilikan manajerial akan meningkatkan biaya keagenan agency cost tetapi hubungan kedua variabel tidak linear melainkan
kuadratik atau prabolik. Hasil yang lain menunjukkan biaya keagenan yang terjadi di perusahaan yang dikelola manajer yang juga bestatus sebagai pemilik lebih
tinggi secara signifikan daripada perusahaan yang dikelola manajer yang tidak berstatus sebagai pemilik.
Hadiprajitno 2013, menggunakan variabel independen yaitu struktur kepemilikan dan mekanisme tata kelola perusahaan, sedangkan variabel
dependennya adalah agency cost. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga, institusi keuangan, pemerintah dan asing berpengaruh
menekan biaya keagenan yang digunakan sebagai biaya operasi manajerial atau tingkat perputaran aset, yang dibandingkan dengan kepemilikan publik. Hasil lain
menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh dalam menekan biaya keagenan yang digunakan sebagai
tingkat perputaran aset.
Universitas Sumatera Utara
27
2.3 Kerangka Konseptual