Mekanisme Tata Kelola Perusahaan

14

2.1.1.2 Mekanisme Tata Kelola Perusahaan

Secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok, yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham RUPS, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan dewan direksi. Sedangkan mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan diluar cara internal, seperti pengendalian pasar dan perusahaan. Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada mekanisme internal tata kelola perusahaan. 1. Dewan Komisaris Menurut UU Perseroan Terbatas Pasal 97 menyatakan bahwa komisaris bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Komisi Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006 diartikan sebagai organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG Good Corporate Governance. Egon Zehnder International 2000 dalam Pedoman Good Corporate Governance Indonesia FGCI menyatakan dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola Universitas Sumatera Utara 15 perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan daya saing atau efisiensi sehingga sebagai pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. Jumlah dewan komisaris menjadi salah satu indikator keefektifan struktur dewan perusahaan. Namun, pada dasarnya yang menjadi poin penting dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu struktur dewan perusahaan bergantung pada besarnya komite audit Zahra and Pearce, 1989. Peranan dewan komisaris dalam prakteknya tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Namun, dewan komisaris sering dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini terlihat dari banyak anggota komisaris yang tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan independensinya. Agar dewan komisaris dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, maka diperlukan adanya komisaris independen. 2. Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berhubungan dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen juga harus memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Jensen 1983: 178 menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan Universitas Sumatera Utara 16 manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006 menyatakan komposisi atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu. Namun, jumlahnya harus dapat menjamin mekanisme pengawasan berjalan efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur oleh Bursa Efek Indonesia BEI tanggal 1 Juli 2000. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI harus mempunyai komisaris independen yang jumlahnya disyaratkan sebesar 30 dari seluruh anggota dewan komisaris. Ada beberapa kriteria yang menjelaskan komisaris independen: a. Dewan komisaris tidak memiliki kedudukan yang rangkap pada perusahaan dengan perusahaan yang bersangkutan. b. Dewan komisaris diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Tugas Komisaris Independen antara lain: 1. Menjamin tranparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan. 2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain. 3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil. Universitas Sumatera Utara 17 4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. 5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan. 3. Dewan Direksi Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi bertanggung jawab melakukan pengawasan internal secara efektif dan efisien, memantau resiko dan mengelolanya, menjaga agar iklim kerja tetap kondusif sehingga produktivitas dan profesionalisme menjadi lebih baik, mengelola karyawan dan melaporkan kinerja perseroan secara keseluruhan kepada pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi terdiri dari sekurang- kurangnya 2 anggota Direksi, dengan susunan: seorang Presiden Direktur dan seorang atau lebih Direktur, dengan memperhatikan peraturan yang berlaku di pasar modal. Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuan Perseroan. Setiap anggota direksi wajib beritikad dengan baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya, dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas Universitas Sumatera Utara 18 dan tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk komite dan berkewajiban melakukan evaluasi terhadap kinerja komite tersebut setiap akhir tahun buku Perseroan, serta untuk mendukung pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yg baik oleh Perseroan, Direksi berkewajiban membentuk, serta berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan sekretaris perusahaan atas susunan unit kerja sekretaris perusahaan berikut penanggungjawabnya. 4. Komite Audit Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Komisaris. Hiro Tugiman 1995:8 menyatakan bahwa: Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. FCGI Forum for Corporate Governance in Indonesia mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan pengawasan serta menyeluruh dalam hal memberikan pengawasan secara menyeluruh dalah hal: 1. Laporan keuangan. Komite audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan bahwa Laporan Keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya. Universitas Sumatera Utara 19 2. Pengawasan control. Komite audit memberikan pengawasan independen atas masalah atau hal-hal yang berpotensi mengandung resiko. 3. Tata kelola perusahaan. Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan Good Corporate Governance apalah telah dijalankan sesuai Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Tujuan dibentuknya komite audit adalah membantu Komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal. Komite Audit memiliki wewenang sebagai berikut: 1. Mencari informasi yang relevan dari tiap karyawan. 2. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya. 3. Mengusahakan saran hukum dan saran professional lainnya yang independen apabila dipandang perlu. 4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai, apabila dipandang perlu.

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Dokumen yang terkait

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAPMANAJEMEN LABA Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014).

0 6 17

PENGKEPE Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 10 15

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 3 8

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 11

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 9

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 23

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 10