Skrining Fitokimia Simplisia Daun Gulma Siam Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Gulma Siam terhadap bakteri

35 Penetapan kadar abu pada simplisia daun gulma siam menunjukkan kadar abu total sebesar 4,97 dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,52 . Monografi simplisia daun gulma siam tidak terdaftar di buku Materia Medika Indonesia MMI, sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional mengenai parameter karakterisasi simplisia daun gulma siam. Hasil perhitungan karakterisasi simplisia daun gulma siam meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.3 Skrining Fitokimia Simplisia Daun Gulma Siam

Skrining fitokimia serbuk simplisia daun gulma siam menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin, dan steroidterpenoid. Hasil skrining dapat dilihat di Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia daun gulma siam No. Skrining Hasil 1. Alkaloid + 2. Flavonoid + 3. Glikosida + 4. Saponin + 5. Tannin + 6. SteroidTriterpenoid + Keterangan: + = mengandung golongan senyawa Menurut Robinson 1995, senyawa flavonoida, saponin dan steroidatriterpenoid merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak Chromolaena odorata antara lain tanin, terpenoid, kardiak glikosida, saponin, dan pirolizidin alkaloid yang Universitas Sumatera Utara 36 berguna sebagai pertahanan tumbuhan dari gangguan serangga. C. odorata juga mengandung fenol yang dapat melindungi sel kulit. Senyawa flavonoid dan tanin termasuk dalam golongan senyawa fenol. Beberapa flavonoid terdata hanya ada pada tumbuhan C. odorata dan sangat sedikit pada tumbuhan lain, seperti quercetagetin- 6,4’-dimetil eter Omokhua, dkk., 2015.

4.4 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Gulma Siam terhadap bakteri

Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeroginosa. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gulma siam dapat menghambat pertumbuhan bekteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeroginosa. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol C. odorata dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Data hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun gulma siam terhadap bakteri Propionibacterium acne , Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeroginosa Konsentrasi ekstrak mgml Diameter daerah hambatan mm n=3 P. acne S. epidermidis S. aureus P. aeroginosa 500 17,1 17,26 17,1 16,6 400 16,56 16,76 16,5 16 300 16,06 16,13 15,9 15,3 200 15,53 15,53 15,2 14,7 100 14,46 14,53 14,3 14,1 90 13,73 13,8 13,67 13,33 80 13,1 13,36 13,13 12,73 70 12,33 12,56 12,7 12,03 60 11,46 11,5 11,56 11,2 50 10,7 10,86 10,63 10,5 40 10,7 10,86 10,13 9,93 Blanko DMSO - - - - Keterangan: - =tidak ada hambatan Universitas Sumatera Utara 37 Data yang diperoleh menunjukkan diameter zona hambat bakteri meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi ekstrak, sehingga antara peningkatan konsentrasi ekstrak dengan peningkatan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeroginosa berbanding lurus. Daun gulma siam memberikan batas daerah yang efektif pada konsentrasi 100 mgml terhadap bakteri Propionibacterium acne gram positif dengan diameter 14,46 mm, Staphylococcus epidermidis gram positif dengan diameter 14,53 mm, Staphylococcus aureus gram positif dengan diameter 14,36 dan Pseudomonas aeroginosa gram negatif dengan diameter 14,06 mm. Batas daerah hambat dinilai efektif apabila memiliki diameter hambat lebih kurang 14 mm sampai 16 mm Ditjen, POM., 1995. Ekstrak etanol C. odorata efektif dalam melawan bakeri gram positif dan bakteri gram negatif Omokhua, dkk., 2015. Menurut Robinson 1995, senyawa flavonoid, saponin dan steroidtriterpenoid merupakan senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri.

4.5 Evaluasi Formula