41 Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan suatu
zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan zat tersebut Martin, dkk., 1993. Nilai viskositas sediaan gel yang baik yaitu 2000-
4000 cps Garg, dkk., 2002. Viskositas yang terlalu tinggi pada gel akan menyebabkan struktur gel lebih kaku dan zat aktif akan lebih sulit berdifusi
melewati matriks gel, sehingga pelepasan zat aktif dari basis gel akan kecil Sanna, dkk., 2010; Fulviana, dkk., 2013; Goci, dkk., 2014. Dari uji viskositas
diperoleh bahwa sedian gel memenuhi rentang nilai viskositas sediaan gel yang baik.
Viskositas sediaan gel ekstrak daun gulma siam mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Hal ini dapat disebabkan karena
dengan peningkatan konsentrasi, maka terjadi peningkatan jumlah ekstrak yang diberikan, sehingga membuat gel semakin encer. Meningkatnya jumlah ekstrak,
maka sediaan akan bersifat lebih asam mengakibatkan jumlah gugus karboksilat yang terionkan berkurang sehingga tolak menolak antar gugus hidroksil yang
menyebabkan pengembangan struktur gelling agent menurun, hal ini yang menyebabkan penurunan viskositas gel dengan meningkatnya jumlah ekstrak
Sari dan Isadiartuti, 2006.
4.5.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan
bawah bagian dalam yang diberi perlakuan selama tiga hari berturut-turut. Hasil uji iritasi pada kulit lengan bawah bagian dalam sukarelawan terhadap sediaan gel
ekstrak daun gulma siam menunjukkan bahwa sukarelawan memberikan hasil
Universitas Sumatera Utara
42 negatif pada setiap parameter reaksi iritasi. Hasil uji iritasi dapat dilihat pada
Tabel 4.8
Tabel 4.8 Data uji iritasi sediaan gel daun gulma siam terhadap sukarelawan
Pengamatan Sediaan Sukarelawan
1 2 3
4 5
6 7
8 9
10 11 12
Kulit kemerahan
F0 -
- -
- -
- -
- -
- -
- FI
- -
- -
- -
- -
- -
- -
FII -
- -
- -
- -
- -
- -
- FIII
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Kulit gatal- gatal
F0 -
- -
- -
- -
- -
- -
- FI
- -
- -
- -
- -
- -
- -
FII -
- -
- -
- -
- -
- -
- FIII
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Kulit bengkak
F0 -
- -
- -
- -
- -
- -
- FI
- -
- -
- -
- -
- -
- -
FII -
- -
- -
- -
- -
- -
- FIII
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Keterangan: F0
= Basis gel FI
= Formula mengandung 10 ekstrak daun gulma siam FII
= Formula mengandung 15 ekstrak daun gulma siam FIII
= Formula mengandung 20 ekstrak daun gulma siam -
= Tidak terjadi iritasi Kandungan
fenol seperti
protokatekuik, p-kumarin,
ferulik, p-
hidroksibenzoik dan asam vanilik membantu memelihara perawatan sel kulit dan memperlambat penguraian oksidatif lemak Omokhua, dkk., 2015.
pH sediaan gel tidak terlalu asam, sebab pH yang begitu asam dapat mengiritasi kulit Sujono, dkk., 2014. Dari hasil uji iritasi dapat diperoleh bahwa
sediaan gel yang dibuat aman untuk penggunaan topikal Tranggono dan Latifah, 2007.
4.5.6 Uji mikrobiologi sediaan gel
Hasil uji mikrobiologi sediaan gel dilihat pada Tabel 4.9
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.9 Data hasil uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak daun gulma siam
terhadap bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus,
dan Pseudomonas aeroginosa
Sediaan Diameter daerah hambatan mm n=3
Propionibacterium acne
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeroginosa
F0 -
- -
- FI
13,26 13,10
12,86 12,53
FII 14,23
14,30 13,73
13,46 FIII
15,46 15,06
14,86 14,16
Keterangan: F0
= Basis gel FI
= Formula mengandung 10 ekstrak daun gulma siam FII
= Formula mengandung 15 ekstrak daun gulma siam FIII
= Formula mengandung 20 ekstrak daun gulma siam -
= Tidak ada hambatan Data keempat bakteri yang diuji, diperoleh daya hambat yang terkecil pada
Pseudomonas aeroginosa yang merupakan bakteri gram negatif, sedangkan ketiga
bakteri lainnya gram positif. Menurut Rachmawati dan kawan-kawan 2011, perbedaan tersebut terjadi karena komposisi dan struktur dinding sel yang
berbeda, sehingga mengakibatkan bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa-senyawa kimia dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri
gram positif lebih sederhana, berupa satu lapisan dengan kandungan lipid yang rendah 1
– 4 sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel. Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri
dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif antibakteri dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan dengan kandungan lipid tinggi 11 – 12.
Flavonoid yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol daun gulma siam adalah sinensetin, skutelareintetrametil eter,
kaempferol, luteolin, dan apigenin Atindehou, dkk., 2013 dan Ikewuchi, dkk.,
Universitas Sumatera Utara
44 2013. Menurut Johari dan kawan-kawan 2012, flavonoid pada ekstrak etanol
gulma siam memiliki dua mekanisme dalam menghambat bakteri. Pertama, senyawa flavonoid yang termasuk lipofilik akan merusak membran bakteri yang
terdiri dari lapisan lipid. Kedua, aktivitas antibakteri flavonoid dihubungkan dengan penghambatan sistem pompa efluks.
Senyawa terpen yang terkandung dalam ekstrak etanol daun gulma siam adalah α-pinen, β-pinen, geijeren, pregeijeren, germakren D dan trans-β-
kariopilen, termasuk ke dalam komponen lipofilik utama. Senyawa-senyawa tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri yang bersinergi. Sifat senyawa terpen
mudah larut dalam lipid, mengakibatkan senyawa ini mempengarugi integritas dinding sel bakteri, sehingga lebih mudah menembus dinding sel bakteri Gram
positif dan sel bakteri Gram negatif Felicien, dkk., 2012 dan Rosyidah, dkk., 2010.
Golongan saponin yang dapat memberikan aktivitas antibakteri adalah avenacin Ikewuchi, 2013. Senyawa saponin akan merusak membran sitoplasma
dan membunuh sel Assani,1994. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri terjadi karena dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan
naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar Robinson, 1995. Tanin memiliki persenyawaan fenol dengan gugus
hidroksil di dalamnya maka mekanisme dalam menginaktifkan bakteri dengan memanfaatkan perbedaan polaritas antara lipid dengan gugus hidroksil. Polifenol
pada kadar tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein dan menyebabkan sel membran mengalami lisis Prasetyo dan Sasongko, 2014.
Universitas Sumatera Utara
45 Diameter hambat ekstrak etanol daun gulma siam berbeda dibandingkan
dengan sediaan gelnya. Pada sediaan gel ekstrak etanol daun gulma siam diameter hambat bakteri yang diperoleh lebih kecil dari pada diameter hambat ekstrak
etanol daun gulma siam. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor kecepatan difusi gel ekstrak pada media agar, semakin kental viskositas gel, maka semakin lambat
kecepatan difusi zat berkhasiat pada media agar tersebut. Sediaan gel ekstrak daun gulma siam memberikan daerah hambatan yang
baik pada FII dan FIII terhadap bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis
dengan diameter lebih besar dari 14. Sedangkan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeroginosa
memberikan daerah hambat lebih besar 14 hanya pada FIII. Menurut Ditjen, POM. 1995, suatu zat dikatakan memiliki daya hambat
yang memuaskan bila diameter daerah hambatan 14 mm sampai 16 mm, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan gel pada FII dan FIII yang mengandung ekstrak
daun gulma siam 15 dan 20 memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN