Pasal 40 ayat 2 UUK-PKPU menentukan bahwa untuk tidak menerima suatu warisan, kurator memerlukan izin dari hakim pengawas.
Ketentuan Pasal 40 ayat 2 terkesan kontradiktif dengan ketentuan Pasal 40 ayat 1. Disatu pihak Pasal 40 ayat 1 menentukan, kurator tidak boleh
menerima warisan yang jatuh kepada debitur pailit dengan kata lain kurator harus menolak selama debitur berada dalam kepailitan kecuali warisan
tersebut menguntungkan harta pailit namun dipihak lain untuk tidak menerima suatu warisan dengan demikian berarti menolak, kurator
memerlukan izin dari hakim pengawas. Apabila tujuan ketentuan Pasal 40 ayat 2 adalah untuk memastikan tindakan kurator tidak merugikan harta
pailit, sebaiknya bukan saja dalam hal kurator tidak menerima atau menolak tetapi juga apabila kurator menerima suatu warisan yang jatuh kepada debitur
pailit. Dengan demikian baik penerimaan atau penolakan warisan yang dilakukan oleh kurator itu tidak sampai merugikan harta pailit karena
kekeliruan pertimbangan kurator atau karena kurator beritikad tidak baik.
73
C. Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam
jumlah dan nilai. Jika ternyata kemudian putusan pailit tersebut dibatalkan oleh, baik putusan kasasi atau peninjauan kembali, maka segala perbuatan
yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan, tetap sah dan mengikat
73
Ibid, hlm. 199 .
bagi debitur pailit. Jika upaya perdamaian tidak ada dalam proses kepailitan yang disebabkan karena debitur pailit tidak menawarkan perdamaian, debitur
pailit menawarkan perdamaian akan tetapi ditolak oleh para kreditur, atau debitur pailit menawarkan perdamaian kemudian disetujui oleh para kreditur
akan tetapi ditolak oleh Hakim Pengadilan Niaga, maka proses selanjutnya adalah tahap pemberesan.
Yang dimaksud dengan pemberesan adalah merupakan suatu tugas yang dilakukan oleh kurator terhadap pengurusan harta debitur pailit, dimana
pemberesan baru dapat dilakukan setelah debitur pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar insolvensi setelah adanya putusan
pernyataan pailit yang artinya suatu tahap dimana akan terjadi jika tidak terjadi suatu perdamaian sampai dihomologasi dan tahap ini akan dilakukan
suatu pemberesan terhadap harta pailit.
74
Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit di ucapkan debitur pailit tidak lagi diperkenankan untuk
melakukan pengurusan atas harta kekayaannya yang telah dinyatakan pailit harta pailit atau budel pailit. Selanjutnya pelaksanaan pengurusan danatau
pemberesan atas harta pailit tersebut diserahkan kepada kurator yang diangkat oleh pengadilan, dengan diawasi oleh seorang hakim pengawas yang ditunjuk
dari hakim pengadilan. Pengangkatan tersebut harus ditetapkan dalam putusan penyataan pailit tersebut.
75
74
M.Hadi Shubhan, Op.Cit., hlm. 144.
75
Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 86.
Pelaksanaan pengurusan harta pailit tersebut oleh kurator besifat seketika, dan berlaku saat itu pula terhitung sejak
tanggal putusan diucapkan, meskipun terhadap putusan kemudian diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
Perubahan terhadap Undang-Undang tentang Kepailitan Tahun 1998 dilakukan untuk memperbaiki, menambah, dan meniadakan ketentuan-
ketentuan yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum masyarakat, jika ditinjau dari segi materi yang diatur,
masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPUyang meruapakan perubahan dari
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 ini didasarkan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dan menjamin kepastian, ketertiban,
penegakan, dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran. Pengaturan kepailitan dalam sistem hukum di Indonesia mempunyai fungsi yang
sangat penting yaitu melalui Hukum Kepailitan akan diadakan suatu penyitaan umum eksekusi massal terhadap seluruh harta kekayaan debitor, yang
selanjutnya akan dibagikan kepada kreditor secara seimbang dan adil di bawah pengawasan petugas yang berwenang. Instrumen Hukum Kepailitan sangat
penting di dalam hukum kita, karena jika instrumen ini tidak ada, kesemrawutan setidak-tidaknya yang menyangkaut pelaksanaan hak-hak ganti kerugian akan
timbul. Putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit serta segala sesuatu yang
diperoleh selama kepailitan. Dan pengurusan pemberesan harta
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang