Tinjauan Kepustakaan Kewenangan Kurator Dalam Mengeksekusi Harta Pailit Ketika Debitur Mengalihkan Asetnya Pada Pihak Lain (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Medan No. Reg : 07/Pdt. Sus–Actio Pauliana/2015/Pengadilan Niaga. Mdn)

permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Kepentingan perkembangan perdagangan yang semakin cepat, meningkat, dan dalam skala yang lebih luas dan global, masalah utang piutang baik perorangan maupun perusahaan semakin rumit dan membutuhkan aturan hukum yang efektif. 10 Karena itu perubahan dilakukan terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dengan memperbaiki, menambah dan meniadakan ketentuan-ketentuan yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, karena jika ditinjau dari segi materi yang diatur, masih terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan. 11 Kepailitan adalahsita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannyadilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 12 Pasal 21Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. 13 10 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 1. 11 Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm. 69. 12 Pasa 1 UUK-PKPU. 13 Pasal 21 UUK-PKPU. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 tidak berlaku terhadap: 14 a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu; b. Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau c. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang. Secara umum kepailitan sering diartikan sebagai suatu sitaan umum atas seluruh kekayaan debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur dengan para krediturnya atau agar kekayaan debitur dapat dibagi-bagikan secara adil diantara para krediturnya. 15 Kewenangan untuk mengurus dan mengalihkan harta atau budel pailit beralih karena hukum kepada kurator. Kepailitan hanya mengakibatkan debitur pailit kehilangan hak keperdataan untuk menguasai, mengurus, dan mengalihkan hartanya. 16 14 Pasal 22 UUK-PKPU. 15 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hlm. 144. 16 Syamsudin M. Sinaga, Op.Cit., hlm. 118. Pihak-pihak yang terlibat dalam kepailitan tidak hanya debitur dan kreditur saja, tetapi ada juga hakim pengawas dan kurator. Menurut Pasal 1 angka 3Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, yang dimaksud dengan debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan dan yang dimaksud dengan debitur pailit adalah debitur yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Sedangkan kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 17 Terhadap perbuatan yang dilakukan oleh debitur yang dapat merugikan para kreditur, Pasal 41 sampai dengan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU memberikan perlindungan kepada kreditur yang disebut Actio Pauliana. Istilah actio pauliana berasal dari bahasa Romawi atau claw back provision dalam bahasa Inggris, berlaku untuk perbuatan hukum debitur pailit yang merugikan kreditur yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pailit diucapkan. 18 Berkaitan dengan kepailitan misalnya, tindakan debitur yang mengetahui akan dinyatakan pailit, melakukan perbuatan hukum berupa memindahkan haknya atas sebagian dari harta kekayaannya kepada pihak lain dan perbuatan tersebut dapat merugikan para krediturnya. 19 17 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 107. 18 Ibid., hlm. 181. 19 Sutan Remy Sjahdein, Op.Cit.,hlm. 248. Kurator, dalam melakukan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, apabila menemukan perbuatan hukum debitur pailit yang merugikan kreditur berhak mengajukan pembatalan kepada ketua pengadilan niaga. 20

F. Metode Penelitian