Kewenangan Kurator Terkait Mengeksekusi Harta Pailit Ketika Debitor

dimaksud pada ayat 1 dapat menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditor konkuren. 107 Apabila kurator menyatakan kesanggupannya maka kurator wajib memberi jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. 108

C. Kewenangan Kurator Terkait Mengeksekusi Harta Pailit Ketika Debitor

Mengalihkan Asetnya Pada Pihak Lain Lembaga actio pauliana diciptakan untuk melindungi para kreditur agar mereka tidak diperdayai oleh debitornya, yaitu orang, persekutuanbadan hukum yang dinyatakan pailit. Menjadi tugas kurator untuk mencari tahu apakah orang, pengurus badan hukum yang bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan semua harta pribadinya dalam hal Perseroan Terbatas yang dipimpin olehnya karena kesalahannya atau karena kelalaiannya telah dinyatakan pailit telah berusaha menjual, menghibahkan, menjamin, menyewakan, menukarkan atau melakukan tindakan lain dengan maksud untuk memperdayai kreditor atau para kreditornya. 109 a. Melindungi hak kreditur Hal tersebut diatur dalam Pasal 1341 KUH Perdata dan tentang pelaksanaannya dalam kepailitan diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 44 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Tujuan dari Actio Pauliana adalah: 107 Pasal 36 ayat 3 UUK-PKPU. 108 Pasal 36 ayat 4 UUK-PKPU. 109 Robintan Sulaiman dan Joko Prabowo, Op.Cit., hlm. 44. b. Membatasi perbuatan hukum debitur pailit c. Melindungi harta-harta debitur pailit untuk tidak disalahgunakan oleh debitur atau pihak ketiga Sutan Remy Sjahdeini mengatakan bahwa ketentuan Pasal 41 sampai dengan Pasal 51 UUK-PKPU merupakan pelaksanaan ketentuan actio pauliana Pasal 1341 KUHPerdata. Hal itu dapat dipahami karena actio pauliana dalam KUHPerdata berlaku umum untuk semua perjanjian, sedangkan yang terdapat dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 51 UUK-PKPU atau Pasal 41 UUK-PKPU sampai dengan Pasal 49 UUK-PKPU merupakan ketentuan khusus actio pauliana untuk masalah kepailitan. Bahwa ketentuan actio pauliana Pasal 1341 KUHPerdata berlaku untuk semua perjanjian tampak karena ketentuan tersebut terletak dalam Buku III KUHPerdata tentang perikatan bagian ketiga tentang akibat suatu perjanjian. Bila kita simak Pasal 41 Undang-Undang Kepailitan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa melakukan actio pauliana yaitu: 1. Dilakukan actio pauliana tersebut untuk kepentingan harta pailit. 2. Adanya perbuatan hukum dari debitur. 3. Debitur tersebut telah dinyatakan pailit. 4. Perbuatan hukum tersebut merugikan kepentingan kreditur, 5. Perbuatan hukum tersebut dilakukan sebelum pernyataan pailit ditetapkan. 6. Kecuali dalam hal-hal berlaku pembuktian terbalik, dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan, debitur tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur. 7. Kecuali dalam hal-hal berlaku pembuktian terbalik,dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan, pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian pada kreditur. 8. Perbuatan hukum tersebut bukan perbuatan hukum yang diwajibkan, yaitu tidak diwajibkan oleh undang-undang atau perjanjian. Menjadi tugas kurator untuk membuktikan syarat diatas telah dipenuhi. Pasal 42 Undang-Undang Kepailitan menentukan bahwa dalam keadaan tertentu persyaratanyang tersebut dalam angka 6 dan 7 tersebut diatas dianggap telah dipenuhi. Kemudian, Pasal 42 UUK-PKPU mengatur dengan rinci jenis perbuatan hukum yang apabila dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan, dengan syarat: a. Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan oleh debitor, b. Debitor dan pihak dengan siapa perbuatan tersebut dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan kreditor, dan c. Perbuatan tersebut memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 42 huruf a sampai dengan g. Menurut doktrin untuk dapat dibatalkan dengan actio pauliana harus dipenuhi dua syarat yaitu perbuatan tersebut diketahui dan patut diduga oleh pihak debitur dan pihak ketiga bahwa perbuatan tersebut merugikan terhadap pihak kreditur. Sementara jika yang dilakukan oleh debitur yang akan dipailitkan tersebut adalah hibah atau hadiah, terhadap pihak ketiga yang menerima hibah atau hadiah tersebut tidak disyaratkan unsur diketahui dan patut diduga oleh pihak debitur dan pihak ketiga bahwa perbuatan tersebut merugikan terhadap pihak kreditur. Dalam hal ini tindakan patut diketahui dan menduga menjadi beban dari pemberi hadiah dan hibah saja apabila hibah ini dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sebelum debitur pailit seperti yang diuangkapkan Pasal 44. Kurator dapat membatalkan seluruh perbuatan hukum yang dilaksanakan oleh debitor pailit yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang disebutkan diatas. Akan tetapi, apabila terdapat sangat banyak perbuatan yang memenuhi persyaratan untuk dibatalkan dengan menggunakan konsep actio pauliana maka kurator harus dapat memutuskan perbuatan mana yang dimintai pembatalan dan perbuatan mana yang dapat dibiarkan berdasarkan nilai material perbuatan tersebut terhadap harta si debitor pailit dan kemudahan pembuktiannya dalam hal dapat tidaknya kurator mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan memenuhi syarat untuk dapat melakukan actio pauliana. Di samping itu juga dimungkinkan adanya suatu pembuktian terbalik, apabila saat dilakukanya perbuatan tertentu yang merugikan harta pailit tersebut pihak debitor dan pihak siapapun dengan siapa tindakan itu dilakukan kecuali hibah dianggap telah mengetahui atau patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat merugikan kreditur kecuali dibuktikan sebaliknya. Yaitu dapat dibuktikan bahwa pihak debitor dan pihak siapaun dengan siapa tindakan itu dilakukan kecuali hibah tidak dalam keadaan mengetahui atau patut mengetahui jika perbuatan tersebut merugikan kreditur. Jika perbuatan tersebut adalah hibah, maka pembuktian terbalik ini hanya dibebankan kepada debitur. Karena di dalam hibah tidak disyaratkan adanya pembuktian bagi pihak siapaun dengan siapa tindakan itu dilakukan. Syarat-syarat agar berlakunya pembuktian terbalik: 110 - Suatu badan hukum dimana debitur atau pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam point 1 adalah anggota direksi atau pengurus atau apabila pihak tersebut, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan badan hukum tersebut lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut. 1.Perbuatan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan. Sehingga disini berlaku asas “Hukum Anti Perbuatan Menit Terakhir”Anti Last Minute Grab Rule. 2. Perbuatan tersebut tidak wajib dilakukan oleh debitur 3. Hanya berlaku untuk perbuatan-perbuatan dalam hal tertentu saja,yaitu sebagai berikut: a Perbuatan hukum tersebut adalah hibah b Perbuatan tersebut merupakan perikatan dimana perikatan dimana kewajiban debitur melebihi kewajiban pihak dengan siapa perikatan tersebut dilakukan. c Dilakukan oleh debitur perorangan,dengan atau terhadap: - Suami atau istrinya,anak angkat atau keluarganya sampai drajat ketiga 110 Actio Pauliana MKN ppt yang diakses 17 April 2017. d Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum dengan atau terhadap: anggota direksi atau pengurus dari debitur, suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari anggota direksi atau pengurus tersebut; e Perorangan, baik sendiri atau bersama-sama dengan suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, yang ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan debitur lebih dari 50 lima puluh persen dari modal. f Perorangan yang suami atau istri, anak angkat, atau keluarganya sampai derajat ketiga, ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan pada debitur lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor. g Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum dengan atau untuk kepentingan badan hukum lainnya, apabila: 1. Perorangan anggota direksi atau pengurus pada kedua badan usaha tersebut adalah orang yang sama. 2. Suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga dari perorangan anggota direksi atau pengurus Debitur yang juga merupakan anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya 3. Perorangan anggota direksi atau pengurus, atau anggota badan pengawas pada Debitur, atau suami atau istri, anak angkat, atau keluarga sampai derajat ketiga, baik sendiri atau bersama-sama, ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kepemilikan badan hukum lainnya lebih dari 50 lima puluh persen dari modal disetor atau dalam pengendalian badan hukum tersebut, atau sebalikny 4. Debitur adalah anggota direksi atau pengurus pada badan hukum lainnya, atau sebaliknya 5. Badan hukum yang sama, atau perorangan yang sama baik bersama, atau tidak dengan suami atau istrinya, dan atau para anak angkatnya dan keluarganya sampai derajat ketiga ikut serta secara langsung atau tidak langsung dalam kedua badan hukum tersebut paling kurang sebesar 50 lima puluh persen dari modal yang disetor. Kurator merupakan satu-satunya pihak yang dapat membatalkan perbuatan hukum yang dilaksanakan oleh debitor pailit berdasarkan konsep actio pauliana. Hal ini merupakan akibat logis dari kedudukan kurator sebagai pihak yang bertugas untuk melindungi dan mengurus harta pailit untuk kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan harta pailit. Kurator secara aktif mempelajari perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitor pailit sebelum terjadinya kepailitan, terutama perbuatan hukum yang dilaksanakan debitor pailit satu tahun sebelum terjadinya kepailitan. Kurator juga harus mendengar petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh panitia kreditor mengenai kemungkinan adanya perbuatan hukum yang dapat dibatalkan dengan actio pauliana.

D. Dasar, Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Putusan Terkait