Faktor Masyarakat Faktor Kebudayaan

commit to user 101 anggaran biaya tak terduga tadi relevansinya pada kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, wabah penyakit dan lain-lain. Namun mengingat pendataan ini merupakan kegiatan nasional yang harus segera dilaksanakan maka akhirnya pembiayaan kegiatan pendataan tersebut dapat ditutup dari Biaya Tak Terduga. Sedangkan kegiatan pengadaan mulai dari pendaftaran, seleksi dan lain-lain dilaksanakan pada awal tahun anggaran berikutnya, sehingga proses pencairan harus menunggu penetapan anggaran terlebih dahulu, dan pembiayaan harus mengajukan permohonan pencairan mendahului anggaran. Memang akhirnya pembiayaan dapat tercukupi namun mekanisme seperti ini dapat dianggap perencanaan anggaran yang tidak matang. Dari keterangan atau pernyataan di muka dapat dianalisis bahwa kendala, hambatan dan permasalahan implementasi PP 43 Tahun 2007 dari faktor sarana atau fasilitas pada Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari aspek : 1 Aspek Perencanaan Perencanaan kegiatan Pengadaan diawali dari pendataan terkesan tidak matang, mendadak dan tidak komprehensif, sehingga menyebabkan kurang tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PP tersebut. 2 Aspek Keuangan Pelaksanaan kegiatan didukung dengan dana APBD, namun perencanaan kegiatan yang tidak komprehensif sangat mempengaruhi kelancaran proses mekanisme anggaran, yaitu pendanaan kegiatan tidak tepat waktu, membuat instansi terkait dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Klaten tidak mempunyai alokasi dana atau anggaran untuk kegiatan ini.

d. Faktor Masyarakat

Hambatan yang timbul di dalam masyarakat adalah bahwa definisi tenaga honorer telah menimbulkan bias penafsiran, commit to user 102 sehingga masyarakat mempunyai persepsi sendiri, khususnya para tenaga honorer yang mempunyai kepentingan agar bisa diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Definisi tenaga honorer menjadi isu yang sangat pelik, karena sangat menentukan klasifikasi kriteria tenaga honorer yang akan didata. Data tersebut menjadi pedoman pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Tenaga honorer yang akan diangkat menjadi CPNS harus tercantum dalam database, oleh karena itu para tenaga honorer berusaha untuk didata dengan membawa penafsiran masing-masing, dengan harapan bisa diangkat menjadi CPNS.

e. Faktor Kebudayaan

Bagi tenaga honorer yang tidak memperoleh manfaat terhadap pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007, tentu saja akan menolak dan melakukan protes agar PP tersebut diubah atau direvisi sehingga mereka bisa memperoleh manfaat yaitu bisa terangkat menjadi CPNS. Budaya penolakan dari masyarakat dalam hal ini tenaga honorer terhadap peraturan yang tidak menguntungkan dan bahkan merugikan bagi dirinya, dengan tujuan agar pemerintah mengganti, merevisi atau menerbitkan peraturan baru yang akan mendatangkan atau membawa manfaat bagi masyarakat yang merasa dirugikan tersebut, muncul karena implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 ternyata belum bisa mengkomodir tenaga honorer yang ada. Budaya apriori atau penolakan terhadap peraturan yang merugikan menjadi indikator lemahnya substansi hukum yang berakibat kesalahan penafsiran isi dari peraturan oleh penegak hukum, sehingga mengakibatkan implementasi kebijakan tersebut menjadi kurang efektif. commit to user 103

BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kebijakan pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Klaten berkaitan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa pelaksanaan pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil di Kabupaten Klaten berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil tidak efektif karena : a. Faktor Hukumnya Sendiri Faktor hukumnya sendiri adalah ketentuan hukum mengenai pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil yang berupa syarat-syarat yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007. Secara substansi hukum Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil masih bias dalam mengaturnya. Hal ini ditunjukkan dalam pengertian tenaga honorer yang kurang jelas dan bahkan tidak tegas sehingga menimbulkan persepsi yang bermacam- macam dari berbagai pihak, baik dari pelaksana maupun dari tenaga

Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Tentang Pengangkatan Status Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

0 6 1

Analisis Kebijakan Tentang Pengangkatan Status Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

0 4 1

TINJAUAN HUKUM PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN BANTUL

0 2 88

PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 3 13

SKRIPSI PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 4 14

PENDAHULUAN PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 4 17

PENUTUP PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 3 4

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP KONDISI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN NGAWI.

0 0 13

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 0 13

STUDI PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MELALUI TENAGA HONORER DI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN - UNS Institutional Repository

0 0 12