Penegak Hukum Faktor Sarana atau Fasilitas

commit to user 99

b. Penegak Hukum

Hambatan dalam penegak hukum dalam hal ini pelaksana dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 adalah lemahnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh instansi-instansi terkait, mulai dari tingkat pusat dalam hal ini Badan Kepegawaian Negara sampai ke daerah, yaitu tim atau panitia di tingkat PropinsiKabupatenKota. Disamping itu, kurangnya koordinasi antar lembaga-lembaga atau badan-badan terkait menyebabkan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 yang dimulai dengan kegiatan pendataan tenaga honorer menyebabkan waktu pelaksanaan kegiatan terkesan mendadak. Kinerja yang dihasilkan pada awal Implementasi PP Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi CPNS tidak maksimal dan menimbulkan keresahan publik. Demikian juga adanya kesalahan pengumuman CPNS di tahun 2005, yaitu adanya 2 kali pengumuman pada tanggal 17 dan 18 Maret, menimbulkan keresahan di antara tenaga honorer apalagi 116 orang menjadi korban revisiralat pengumuman. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam pengolahan data di tingkat propinsi, yang dilakukan pihak ketiga yang ditunjuk oleh panitia dari propinsi Jawa Tengah, yang mencampur data base A dan data base B sehingga 116 orang yang masuk data base B muncul dalam pengumuman. Seharusnya data base B tidak ikut diolah, dan hanya data base A saja yang diolah. Kejadian ini menunjukkan ketidak cermatan, ketidaktelitian panitia selaku pelaksana yang menurut teori Friedmen adalah struktur hukum dalam implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. commit to user 100 Kesiapan sumber daya manusia selaku penegak hukum diharapkan mampu meminimalisir, hambatanpermasalahan pada implementasi suatu kebijakan. Kesalahan penafsiran peraturan, kesalahan pengumuman kelulusan menjadi indikator bahwa aspek sumber daya manusia di lingkungan pelaku kegiatan pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil kurang siap.

c. Faktor Sarana atau Fasilitas

Pelaksanaan kegiatan yang terkesan mendadak karena kurangnya sosialisasi menimbulkan kesulitan dalam hal pembiayaan di daerah-daerah pelaksana khususnya di Kabupaten Klaten karena tidak adanya perencanaan yang matang untuk melaksanakan kegiatan tersebut sehingga belum teranggarkan secara khusus dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten. Hal itu dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah , Drs. Triyanto, MM yang menyatakan : 82 ”Pelaksanaan PP Nomor 43 Tahun 2007 menimbulkan beberapa hambatan dan permasalahan. Selain sosialisasi yang nampaknya kurang baik juga dari waktu pelaksanaan kegiatan dikaitkan dengan pembiayaananggaran. Isi dari PP nomor 43 Tahun 2007 mengenai kriteria tenaga honorer menimbulkan keresahan. pelaksanaan pendataan tidak tersosialisasikan terlebih dahulu sehingga tidak dianggarkan. Pelaksanaan kegiatan pengadaan mempengaruhi proses pembiayaanpenganggaran.” Selanjutnya Kasubag Perencanaan dan Pelaporan Badan Kepegawaian Daerah, menyatakan : ”Kegiatan pendataan yang terkesan mendadak dan tidak teranggarakan sebelumnya, membuat kita harus mengajukan anggaran pada Biaya tak Terduga, yang sebetulnya pengeluaran 82 Triyanto, Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Klaten, Wawancara, 17 Mei 2010 commit to user 101 anggaran biaya tak terduga tadi relevansinya pada kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, wabah penyakit dan lain-lain. Namun mengingat pendataan ini merupakan kegiatan nasional yang harus segera dilaksanakan maka akhirnya pembiayaan kegiatan pendataan tersebut dapat ditutup dari Biaya Tak Terduga. Sedangkan kegiatan pengadaan mulai dari pendaftaran, seleksi dan lain-lain dilaksanakan pada awal tahun anggaran berikutnya, sehingga proses pencairan harus menunggu penetapan anggaran terlebih dahulu, dan pembiayaan harus mengajukan permohonan pencairan mendahului anggaran. Memang akhirnya pembiayaan dapat tercukupi namun mekanisme seperti ini dapat dianggap perencanaan anggaran yang tidak matang. Dari keterangan atau pernyataan di muka dapat dianalisis bahwa kendala, hambatan dan permasalahan implementasi PP 43 Tahun 2007 dari faktor sarana atau fasilitas pada Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari aspek : 1 Aspek Perencanaan Perencanaan kegiatan Pengadaan diawali dari pendataan terkesan tidak matang, mendadak dan tidak komprehensif, sehingga menyebabkan kurang tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PP tersebut. 2 Aspek Keuangan Pelaksanaan kegiatan didukung dengan dana APBD, namun perencanaan kegiatan yang tidak komprehensif sangat mempengaruhi kelancaran proses mekanisme anggaran, yaitu pendanaan kegiatan tidak tepat waktu, membuat instansi terkait dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Klaten tidak mempunyai alokasi dana atau anggaran untuk kegiatan ini.

d. Faktor Masyarakat

Dokumen yang terkait

Analisis Kebijakan Tentang Pengangkatan Status Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

0 6 1

Analisis Kebijakan Tentang Pengangkatan Status Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung

0 4 1

TINJAUAN HUKUM PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN BANTUL

0 2 88

PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 3 13

SKRIPSI PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 4 14

PENDAHULUAN PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 4 17

PENUTUP PENGANGKATAN TENAGA HONORER KATEGORI II DI KABUPATEN BANTUL MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 3 4

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP KONDISI KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN NGAWI.

0 0 13

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

0 0 13

STUDI PELAKSANAAN PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MELALUI TENAGA HONORER DI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN - UNS Institutional Repository

0 0 12