serat kacang-kacangan dan serelia serta asam oksalat dalam bayam dapat menghambat absorpsi magnesium.
Tidak adanya hubungan antara asupan magnesium dengan kejadian PmS mungkin dikarenakan siswi SMA Negeri 1 Perbaungan masih memiliki cadangan
magnesium yang tinggi dalam tubuh. Disamping itu konsumsi magnesium yang rendah tubuh akan mengabsorpsi sebanyak 60 dari asupan magnesium,
sedangkan pada konsumsi tinggi tubuh hanya akan mengabsorpsi sebanyak 30 Almatsier, 2010 sehingga kadar magnesium di dalam tubuh tetap stabil.
5.3.3 Hubungan Jumlah Vitamin B
6
yang Dikonsumsi dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar siswi kelas XI SMA Negeri 1 mempunyai tingkat konsumsi vitamin B
6
dalam kategori lebih mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 14 orang 35 dan konsumsi
vitamin B
6
dalam kategori baik mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 9 orang 22,5 dan konsumsi vitamin B
6
dalam kategori kurang mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 17 orang 42,5. Berdasarkan hasil tabulasi
silang antara asupan vitamin B
6
dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI dengan menggunakan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa
Ho ditolak dimana p0,035 0,05. Dimana artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah vitamin B
6
yang dikonsumsi dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1. Artinya asupan
vitamin B
6
turut dalam menentukan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Perbaungan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Redei 1995 yang mengatakan bahwa konsumsi vitamin B
6
berpengaruh terhadap kejadian premenstruasi sindrom. Vitamin B
6
memberikan efek rileks dan tenang menjelang menstruasi
dan mengontrol produksi
serotonin yang penting dalam
mengendalikan perasaan seseorang. Kekurangan vitamin B
6
dapat menyebabkan beberapa permasalahan seperti depresi, kebingungan, kejang, kelemahan otot,
sulit berkonsentrasi dan bahkan anemia dan hal tersebut merupakan beberapa dari gejala premenstruasi sindrom. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Henshaw
2007 memaparkan bahwa premenstruasi sindrom dipengaruhi oleh hormon kelamin, termasuk dalam hal ini metabolit dan interaksinya terhadap sistem
neurotransmitter dan neurohormonal misalnya serotonin, GABA, cholecystokinin dan rennin-angiotensin aldosterone. Dimana hal tersebut sesuai dengan fungsi dari
vitamin B
6
yaitu biosintesis neurotransmitter dan steroid serotonin. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitin yang dilakukan oleh Siantina
2010 yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan vitamin B
6
dengan premenstruasi sindrom. Dimana konsumsi vitamin B
6
dapat mempengaruhi kejadian premenstruasi sindrom. Namun, dari tabel 4.19 dapat
dilihat bahwa siswi yang mengkonsumsi vitamin B
6
pada kategori lebih mengalami premenstruasi sindrom lebih banyak daripada siswi yang
mengkonsumsi vitamin B
6
pada kategori baik. Sama halnya dengan zat gizi kalsium dan magnesium. Dalam kejadian premenstruasi sindrom ini tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja. Salah satu faktor risiko dari PmS ini menurut Mery 2013 adalah faktor aktivitas fisik dan faktor genetik riwayat keluarga.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN