mengurangi gejala PmS. Karena dengan adanya aktivitas fisik akan meningkatkan produksi endorphin, menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid lainnya,
memperlancar transfor oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol, dan meningkatkan perilaku psikologis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Young
2007 diketahui bahwa dengan melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kadar serotonin di otak. Dimana serotonin berfungsi
dalam mengatur perubahan mood dan depresi yang merupakan salah satu gejala dari PmS. Oleh sebab itu siswi yang konsumsi kalsium pada kategori baik lebih
banyak mengalami PmS daripada siswi yang konsumsi kalsium pada kategori kurang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thys-Jacob 2010 dimana diketahui bahwa kalsium merupakan salah satu
mineral yang terbukti secara signifikan menghasilkan 50 pengurangan gejala premenstruasi sindrom seperti gangguan mood, dan perilaku yang berlangsung
selama sindrom premenstruasi, kegelisahan, depresi, dan mual. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisna 2006 yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kalsium dengan kejadian premenstruasi sindrom.
5.3.2 Hubungan Jumlah Magnesium yang Dikonsumsi dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom
Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di
dalam cairan intraselular dan banyak terlibat pada berbagai proses metabolisme Almatsier, 2010. Magnesium memegang peranan penting dalam 300 jenis
Universitas Sumatera Utara
sistem enzim di dalam tubuh karena magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator, termasuk metabolisme zat gizi makro
Almatsier, 2010 Magnesium merupakan mineral yang dapat menurunkan risiko terjadinya
dan keparahan dari gejala premenstruasi sindrom. Dimana magnesium berfungsi untuk membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi migren dan
sebagai penenang ilmiah yang dibutuhkan oleh perempuan saat mengalami pms Lustyk dan Gerrish, 2010. Selain itu, magnesium juga dapat mengurangi gejala-
gejala seperti kecemasan, banyak makan, depresi, hidrasi dan gejala total hanya hidrasi kembung Nurmalasari dkk., 2013.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar siswi kelas XI SMA Negeri 1 mempunyai tingkat konsumsi magnesium dalam kategori lebih
mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 10 orang 25 dan konsumsi magnesium dalam kategori baik mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 6
orang 15 dan konsumsi magnesium dalam kategori kurang mengalami premenstruasi sindrom sebanyak 24 orang 60. Berdasarkan hasil tabulasi
silang antara jumlah magnesium yang dikonsumsi dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI dengan menggunakan uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa Ho diterima dimana p0,317 0,05. Dimana artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah magnesium yang dikonsumsi dengan
kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1. Artinya asupan magnesium tidak turut dalam menentukan kejadian premenstruasi sindrom
pada siswi kelas XI SMA Negeri 1.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lustyk dan Gerrish 2010 dimana dengan mengkonsumsi 400-800 mghari
magnesium dapat mencegah dan menurunkan risiko terjadinya PmS. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jasons 2008, dimana
magnesium dapat membantu meringankan gejala PmS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan.
Meskipun asupan magnesium tidak berhubungan dengan kejadian premenstruasi sindrom, namun terlihat bahwa siswi yang kurang asupan
magnesium lebih banyak mengalami premenstruasi sindrom daripada yang konsumsi magnesium dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari tabel distribusi
hubungan asupan magnesium dengan kejadian premenstruasi sindrom tabel 4.18, dari 24 siswi yang memiliki asupan magnesium kurang terdapat 60
mengalami PmS. Namun, siswi yang mengkonsumsi magnesium dalam kategori lebih mengalami premenstruasi sindrom lebih banyak daripada siswi yang
konsumsi magnesium dalam kategori baik. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain seperti faktor riwayat hidup. Jika riwayat premenstruasi sindrom
dimiliki oleh salah satu anggota keluarga ibu, saudara perempuan kandung maka seseorang dikatakan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami PmS.
Penelitian yang dilakukan oleh Indah 2015 mengatakan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian PmS. Sama halnya dengan
kalsium, ada kemungkinan juga bahwa para siswi mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi penghambat absorpsi secara bersamaan. Asam fitat dalam
Universitas Sumatera Utara
serat kacang-kacangan dan serelia serta asam oksalat dalam bayam dapat menghambat absorpsi magnesium.
Tidak adanya hubungan antara asupan magnesium dengan kejadian PmS mungkin dikarenakan siswi SMA Negeri 1 Perbaungan masih memiliki cadangan
magnesium yang tinggi dalam tubuh. Disamping itu konsumsi magnesium yang rendah tubuh akan mengabsorpsi sebanyak 60 dari asupan magnesium,
sedangkan pada konsumsi tinggi tubuh hanya akan mengabsorpsi sebanyak 30 Almatsier, 2010 sehingga kadar magnesium di dalam tubuh tetap stabil.
5.3.3 Hubungan Jumlah Vitamin B