seimbangnya hormon estrogen dan progesteron, dan dijumpai kadar estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan progesteron.
2. Tipe H hyperhydration memiliki gejala edema pembengkakan, perut
kembung nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala dari tipe ini dapat juga dirasakan
bersamaan dengan tipe sindrom premenstruasi tipe lain. Pembengkakan ini terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel ekstrasel karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Terapi untuk tipe ini yaitu pemberian obat diuretik untuk mengurangi retensi penimbunan air dan
natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. 3.
Tipe C craving ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makan yang manis-manis biasanya coklat dan karbohidrat sederhana biasanya gula.
Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar,
pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
mengkonsumsi makanan manis disebabkan stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak essensial omega 6 atau kurangnya
magnesium.
4. Tipe D depression ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata verbalisasi, bahkan kadang- kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau
mencoba bunuh diri. Biasanya premenstruasi sindrom tipe D berlangsung
Universitas Sumatera Utara
bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A, hanya sekitar 3 dari seluruh tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom
premenstruasi tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid
terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi sindrom premenstruasi tipe D dengan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penimbunan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B terutama B
6
. 2.1.4 Penanganan Premenstruasi Sindrom
Adapun cara penanganan yang dapat dilakukan, yaitu : 1.
Edukasi dan konseling Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita
lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan
gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya pre-menstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan pre-menstrual
syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang
terjadi. 2.
Modifikasi gaya hidup Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang
terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi
Universitas Sumatera Utara
atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
3. Diet
Penurunan asupan garam dan karbohidrat nasi, kentang, roti dapat mencegah edema bengkak pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi
kafein kopi juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia sulit tidur. Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil
karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena
berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstruasi sindrom PmS.
4. Obat-obatan
Apabila gejala premenstruasi sindrom begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu
dibantu dengan obat-obatan. a.
Asam mefenamat 500 mg, 3 kali sehari berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan
menoragia menstruasi dalam jumlah banyak namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin
atau memiliki risiko ulkus peptikum. b.
Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap
ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB
Universitas Sumatera Utara
namun mengalami gejala premenstruasi sindrom sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.
c. Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada
wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
d. Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala
premenstrual syndrome yang parah Cara pencegahan premenstruasi sindrom yang dapat dilakukan menurut
Kinanti 2009, yaitu : 1.
Melakukan diet yang sehat, mengkonsumsi buah dan sayuran atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup vitamin dan
mineral seperti vitamin A, B
6
, E serta kalsium. 2.
Melakukan olahraga dan aktifitas secara teratur 3.
Menghindari dan mengatasai stres 4.
Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebih dapat meningkatkan resiko menderita PmS
5. Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala PmS
6. Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi PmS pada siklus-siklus datang
bulan berikutnya. Menurut Barizad 2005 dampak gejala PmS, yang tidak tertangani
dengan baik dapat mengakibatkan : 1.
Mengakibatkan stres fisik dan psikis. Jika tidak dilakukan penanganan terhadap stres tersebut maka dapat mengakibatkan deplesimagnesium.
Universitas Sumatera Utara
Deplesi ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang dan meningkatnya resiko osteoporosis. Jika hal ini terjadi maka resiko patah tulang akibat tulang yang
keropos menjadi lebih besar. 2.
PmS yang sudah parah dan tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi Pra Menstrual Dysphoric Disorder PMDD menyatakan bahwa
wanita yang mengalami PMDD mengalami kegagalan penyesuaian sosial dan pengurangan kualitas kehidupan. Kegagalan ini berupa gangguan pada diri
wanita itu sendiri yang berupa emosi yang tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini menyebabkan wanita tersebut menjadi lebih sering marah ketika
mengalami menstruasi sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi.
Menurut Joseph 2010 pendekatan terapi untuk mengatasi PmS Pre Menstrual Syndrome dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Terapi non hormon
a. Anjuran untuk sering mengkonsumsi karbohidrat
b. Pemberian vitamin B6
c. Evening primrose oil untuk gejala pada payudara
d. Mineral Ca dan Mg mungkin bermanfaat
e. Terapi alternative olahraga dan relaksasi
f. Psikoterapi
g. Obat psikotropik
h. Diuretik spironolakton
i. Inhibitor Pg asam mefenamat dan natrium naproksen
Universitas Sumatera Utara
2. Terapi hormon
a. Progesteronprogestogen
b. Estrogen
c. Danazol
d. Analog agonis GnRH
e. Bromokriptin
f. Pil kontrasepsi oral
Selain pendekatan terapi, Joseph 2010 juga menyebukan ada pendekatan bedah yaitu dengan dilakukannya histerektomi atau ooforektomi.
2.2 Asupan makanan