commit to user
33
Pengembangan sistem proses belajar mengajar siswa program akselerasi, diarahkan pada terwujudnya proses belajar mengajar tuntas dengan
memperhatikan keselarasan dan keseimbangan antara: a dimensi tujuan pembelajaran, b dimensi pengembangan persaingan dan kerjasama, d dimensi
penegembangan kemampuan holistik dan kemampuan berfikir elaborasi, e dimensi pelatihan berfikir induktif dan deduktif, dan f pengembangan IPTEK
dan IMTAQ secara terpadu, serta g lingkungan.
3. Kelebihan Program Akselerasi.
Menurut Southerm dan Jones dalam Akbar, 2004 keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat:
a. Meningkatkan efesiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai
kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien
b. Meningkatkan efektivitas Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.
c. Penghargaan Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya d. Meningkatkan waktu untuk karier
commit to user
34
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain
e. Membuka siswa pada kelompok barunya Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung
dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektial dan akademis yang sama
f. Ekonomis Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak
biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.
4. Kekurangan Program Akselerasi
Akan tetapi dibalik semua itu program akselerasi menurut Southerm dan Jones dalam Akbar, 2004 masih banyak mempunyai kelemahan antara lain:
a. Segi akademik 1 Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi.
2 Kemampuan siswa melebihi teman sebayanya sementara siswa akseleran kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan emosional
dalam tingkatan kelas tertentu 3 Siswa akseleran terikat pada keputusan karier lebih dini tidak
efisien sehingga mahal. 4 Siswa akseleran mengembangkan kedewasaan yang luar biasa
tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya
commit to user
35
5 Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami karena tidak merupakan bagian dari kurikulum
6 Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik konvergen sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen. b. Segi penyesuaian sosial
1 Kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya 2 Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia
sebenarnya dan kehilangan waktu bermain. c. Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler
d. Penyesuaian emosional 1 Siswa akseleran pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah
rekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever 2 Siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan
tuntutan berprestasi. e. Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi. Kelas dengan program akselerasi adalah salah satu dari beberapa
program belajar bagi siswa berbakat, program ini mungkin sesuai pada beberapa siswa berbakat tetapi belum tentu sesuai dengan siswa berbakat
lainnya. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah data seleksi untuk memutuskan siswa berbakat sesuai dengan program ini atau tidak.
commit to user
36
D.
Psychological Well-Being
Ditinjau Dari Tipe
Coping
Stres Pada Siswa Program Akselerasi
Program akselerasi merupakan suatu jawaban atas dibutuhkannya pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan
luar biasa. Dalam program akselerasi, siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat
dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya, yang nantinya mereka dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang lebih ditentukan.
Dalam pelaksanaannya, program akselerasi selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif bagi siswanya. Dampak negatif dari pelaksanaan
program akselerasi menurut Southern dan Jones dalam Indriasari, 2007 diantaranya pada bidang akademis, penyesuaian sosial, dan penyesuaian emosi.
Pada bidang akademis, dampak negatif yang mungkin muncul adalah ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan tingginya tuntutan berprestasi,
padatnya materi, banyaknya pekerjaan rumah sehingga membuat kreativitas mereka terbelenggu dan berkurangnya kemampuan mereka untuk berpikir
divergen. Pada bidang penyesuaian sosial, dampak negatif yang mungkin muncul adalah berkurangnya waktu beraktivitas dengan teman sebaya, juga kemungkinan
penolakan oleh teman-teman yang lebih dewasa atau teman-teman di luar program akselerasi. Pada bidang penyesuaian emosi, dampak negatif yang muncul menurut
Southern dan Jones dalam Indriasari, 2007 adalah munculnya rasa frustrasi akibat tekananan tuntutan akademis.
commit to user
37
Berbagai hal diatas berpotensi menimbulkan stres pada siswa program akselerasi. Stres adalah keadaan dimana tuntutan melampaui kemampuan dan
sumberdaya individu untuk mengatur tuntutan tersebut Strens, 2007. Sebagai manusia, saat remaja mengalami situasi dan kondisi yang menimbulkan stres,
secara alamiah mereka akan berusaha mengatasi stres tersebut dengan menggunakan sejumlah perilaku. Usaha untuk mengatasi stres tersebut disebut
coping
stres. Menurut Lazarus dalam Compas dkk, 2001
coping
adalah respon penuh arti yang ditujukan langsung untuk memecahkan hubungan penuh stres
antara diri dengan lingkungan atau diri dengan emosi negatif yang muncul akibat stres itu sendiri. Coping mempunyai dua tipe, yaitu
problem focused coping
dan
emotion focused coping.
Menurut Lazarus dan Folkman dalam Andrews, Ainley, Frydenberg, 2004
problem focused coping
termasuk usaha untuk mengendalikan atau mengubah sumber stres, sedangkan
emotion focused coping
adalah usaha untuk mengelola respon emosional terhadap stres.Penelitian Oleh Compas dkk
Dalam Kephart, 2001 menemukan bahwa
problem focused coping
berhubungan negatif dengan masalah emosi dan perilaku, sedangkan
emotion focused coping
berhubungan positif dengan masalah tersebut. Pada remaja,
problem focused coping
lebih fungsional dalam menyelesaikan masalah, sedangkan
emotion focused coping
menunjukkan disfungsinya dalam menyelesaikan masalah dan dapat menuntun pada penarikan
diri, tingkah laku merusak dan penghindaran masalah Kilburn dan Whitlock, 2008.
Problem focused coping
berhubungan dengan rendahnya tingkat simtom depresi, sedangkan
emotion focused coping
dihubungkan dengan simtom deresi
commit to user
38
dengan derajat yang tinggi Compas dkk dalam Ellen, DiGuissepe, Froh, 2006. Causey dalam Compas, B. E., Smith, J. K. C., Saltzman, H., Thomsen, A. H.,
Wadsworth, M. E., 2001 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
problem focused coping
dengan kompetensi akademik dan sosial. Remaja yang kurang dalam membiasakan menggunakan
problem focused coping
mengalami lebih banyak masalah penyesuaian Kilburn dan Whitlock, 2008.
Feldman dalam Indriasari, 2007 mengungkapkan bahwa stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan
coping
efektif akan mempunyai implikasi jangka panjang pada kesehatan psikologis dan fisiologis. Rathi 2007
menyebutkan bahwa stres, kesehatan fisik serta popularitas dan keintiman dalam hubungan dengan teman sebaya adalah beberapa faktor penting yang memberi
kontribusi pada tinggi atau rendahnya
psychologica l well-being
pada remaja.
Psychologica l well-being
menurut Ryan dan Deci dalam Strens, 2007 adalah konsep mencapai kesenangan dan menghindari rasa sakit, serta menjadi berfungsi
sepenuhnya termasuk kesehatan fisik dan pikiran yang bagus. Gambaran diatas, menunjukkan bahwa
coping
stres dalam tipe
problem focused coping
maupun
emotion focused coping
memiliki karakteristik yang berbeda dalam membantu siswa program akselerasi untuk mempertahankan
psychologica l well-being
mereka dalam kondisi tertekan akibat berbagai tuntutan akademis dari program akselerasi maupun akibat perubahan karakteristik perkembangan masa remaja.
Dinamika hubungan antara tipe
coping
stres dengan
psychologica l well- being
dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
commit to user
39
E. Kerangka Pikir