Efektivitas program tayangan reality show mewujudkan mimpi Indonesia dan tayangan kuis dalam pembentukan citra Wiranto – Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT).

(1)

Wiranto

Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Aditya Herdiyansah Nahrudin

NIM : 1110051000033

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H /2015


(2)

(3)

(4)

(5)

realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia dan Tayangan Kuis dalam

Pembentukan Citra WIN HT”,dibawah bimbingan Nurul Hidayati, S.Ag., M.

Pd

Menjelang berlangsungnya Pemilu pada tahun 2014, aroma panas persaingan masing-masing peserta pemilu makin mencuat ke permukaan. Masing-masing peserta pemilu yaitu para Calon Legislatif (Caleg) dan tak terkecuali para bakal calon Presiden dan Wakil Presiden berkampanye meraih dukungan dan simpati publik dengan menyebarkan citra positif ke khalayak. Melalui media massa adalah salah satu cara yang banyak dipilih, yaitu dengan membuat iklan politik sampai membuat program tayangan televisi berjenis realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) seperti yang dilakukan oleh Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo.

Namun efektifkah kedua jenis program tayangan ini membentuk citra yang dinginkan sampai kepada benak khalayak. Untuk mengukur efektivitas dari kedua jenis tayangan tersebut adalah menggunakan pendekatan efektivitas Goal-Atainment. Efektivitas dari ke dua jenis program tayangan ini dapat dilihat ketika tujuan dari kedua jenis program tayangan ini membentuk citra positif dari WIN HT di benak mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 yang tidak lain adalah subjek dan sampel dari penelitian ini.

Bagaimana efektivitas dari program tayangan Reality show “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) dalam membentuk citra WIN HT pada mahasiswa Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

Penelitian ini menggunakan metodologi dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk kuesioner. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teknik kuantitatif deskripstif dengan melihat frekuensi jawaban dari seluruh responden atas masing-masing pernyataan kuesioner. Untuk mendapatkan kesimpulan mengenai persepsi, maka dilakukan pengkategorian dengan cara menjumlah skor dari 32 pernyataan yang disebar ke 78 orang responden, kemudian dikelompokkan. Penelitian ini didahului dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dihasilkan bahwa kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas) dan tayangan program Reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia sama-sama mencapai efektifitas yaitu dengan menghasilkan citra positif dari WIN HT di benak khalayak. Persentase positif dari kedua jenis program tayangan tersebut yaitu Program Kuis menghasilkan 64,1% responden yang menilai positif sedangkan 48,7% dari Reality Show. Dari perbedaan persentase positif dari kedua tayangan diatas maka diketahui bahwa tayangan kuis lebih efektif membentuk citra positif WIN-HT di benak mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

i

Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Program

Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) Terhadap

Pembentukan Citra WIN HT”ini dengan baik dan lancar.

Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun karena adanya semangat , doa dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada semua pihak yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan , MA, Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.

2. Rachmat Baihaky,MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

4. Nurul Hidayati M.Pd Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis


(7)

ii

5. Tarny S dan Nahrudin Heri selaku ayah dan ibu, serta Mak Inah nenek tercinta yang telah banyak membantu memberikan segala do‟a, semangat baik materi dan non materi, terimakasih sudah menjadi orang tua yang sempurna bagi penulis.

6. Adikku yang tercinta Nina Anindiya Isnaini, terimakasih atas dukungan materi dan non materi yang telah di berikan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidyatullah Jakarta.

8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

9. Damiko Cahyaji S.I.Kom yang telah membantu penulis mengajarkan SPSS dan Nanda Cahya yang telah berbagi ilmu, serta Eko septiyanto yang membantu penulis untuk menyebarkan angket penelitian dalam bentuk google drive.

10.Sahabat “Squad Rempoa” yaitu Rifki Bimantoro, Damiko Cahyaji, Eko Septiyanto, Dwi Muhammad Luthfi, Edwan Sutanto, Aji dkk terimakasih atas motivasi yang diberikan selama ini, semoga kebahagian akan turut serta dalam langkah kita kedepan nanti.


(8)

iii

peneliti menyebarkan angket secara langsung.

12.Teman-teman sepermainan penulis di FIDKOM UIN Jakarta, Oji, Kenwal, Damar, Dede, Farhan, Fajar, Aan. Welda, Butet, Isye dan yang lainnya yang tak dapat dicantumkan semuanya satu persatu.

13.Teman teman LSO KONTRAS Musik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Desember 2014


(9)

(10)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL DAN LANDASAN TEORITIS A. Efektivitas ... 9

B. Media Massa ... 11

C. Efek Terpaan Media Massa ... 12

D. Televisi ... 16

E. Teori Efek Terbatas ... 21

F. Tayangan Program WIN-HT... 22

1. Program Reality Show“Mewujudkan Mimpi Indonesia ... 22

2. Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas ……. ... 24

G. Citra ... 25

1. Proses Pembentukan Citra ... 26

H. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ... 30

C. Jenis Penelitian ... 31

D. Metode Penelitian ... 32

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

G. Uji Statistik ... 36

1. Instrumen ... 36

H. Teknik Pengumpulan Data ... 38

I. Teknik Analisis Data ... 39

J. Uji Kualitas Instrumen ... 42

K. Operasional Variabel ... 44

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52


(11)

v

3. Analisa Frekuensi Pernyataan ... 61

4. Hasil Citra WIN-HT ... 83

a. Interval Kelas Objek Kuis……….83

b. Interval Kelas Objek Reality Show………...84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(12)

vi

Tabel 1 Operasional Variabel………45

Tabel 2 Reliability Statistics………. 55

Tabel 3 Item total statistics ………..55

Tabel 4 Uji Validitas………..59

Tabel 5 Frekuensi Jenis Kelamin………...59

Tabel 6 Frekuensi Usia………..60

Tabel 7 Angkatan (Tahun Masuk)……….60

Tabel 8 Frekuensi Pernyataan 1……… 61

Tabel 9 Frekuensi Pernyataan 2……….62

Tabel 10 Frekuensi Pernyataan 3……….63

Tabel 11 Frekuensi Pernyataan 4……….63

Tabel 12 Frekuensi Pernyataan 5……….64

Tabel 13 Frekuensi Pernyataan 6……….65

Tabel 14 Frekuensi Pernyataan 7……….65

Tabel 15 Frekuensi Pernyataan 8……….66

Tabel 16 Frekuensi Pernyataan 9……….67

Tabel 17 Frekuensi Pernyataan 10………...67

Tabel 18 Frekuensi Pernyataan 11………...68

Tabel 19 Frekuensi Pernyataan 12………69

Tabel 20 Frekuensi Pernyataan 13………69

Tabel 21 Frekuensi Pernyataan 14………70

Tabel 22 Frekuensi Pernyataan 15………71

Tabel 23 Frekuensi Pernyataan 16………71


(13)

vii

Tabel 27 Frekuensi Pernyataan 20 ………...74

Tabel 28 Frekuensi Pernyataan 21………75

Tabel 29 Frekuensi Pernyataan 22………75

Tabel 30 Frekuensi Pernyataan 23………76

Tabel 31 Frekuensi Pernyataan 24………77

Tabel 32 Frekuensi Pernyataan 25………77

Tabel 33 Frekuensi Pernyataan 26………78

Tabel 34 Frekuensi Pernyataan 27………79

Tabel 35 Frekuensi Pernyataan 28………79

Tabel 36 Frekuensi Pernyataan 29………80

Tabel 37 Frekuensi Pernyataan 30………81

Tabel 38 Frekuensi Pernyataan 31………81

Tabel 39 Frekuensi Pernyataan 32………82

Tabel 40 Interval Kuis………...84


(14)

1 A. Latar Belakang

Tahun 2014 adalah tahun politik di Indonesia yaitu pesta rakyat lima tahun sekali atau disebut dengan pemilihan umum (pemilu). Pada 9 April tepatnya diselenggarakan ajang politik tersebut. Semakin dekat waktu dengan event tersebut, maka semakin tercium aroma panas persaingan dari para partai peserta pemilu 2014. Persaingan ini menimbulkan cara yang berbeda dari setiap partai peserta atau para calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) untuk mengkampanyekan diri mereka agar mendapat simpati publik dan dukungan supaya tercapai tujuan mereka.

Tidak sedikit para peserta pemilu tersebut yang memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang. Semakin maju dan berkembangnya teknologi sekarang dimanfaatkan sebagian orang atau suatu pihak untuk menyebarkan informasi yang dapat dilihat orang banyak. Misal seseorang pada masa dulu ingin mengajak seseorang lainnya untuk melakukan barter makanan yang dimiliki dengan makanan lain yang juga dimiliki oleh orang lain, kemudian mereka memakai poster sederhana dan disebar di tempat strategis di mana orang akan melihat.

Perkembangan teknologi ini sudah berkembang secara cepat dan menghasilkan suatu media yang bisa bermanfaat dalam penyampaian suatu informasi dari satu pihak media ke khalayak luas. Itu yang biasa kita sebut sekarang sebagai media massa.

Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan


(15)

yang signifikan. Di sini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini.1 Media massa sekarang juga dimanfaatkan sebagai alat politik oleh beberapa partai politik dan tidak terkecuali Capres dan Cawapres yang ikut serta dalam pertarungan pemilu 2014 nanti untuk berkampanye menyampaikan visi misi dan pastinya untuk membentuk citra positif ke benak khalayak.

Salah satu contoh masalah yang berkaitan pada pemaparan di atas adalah cara dari salah satu pasangan Capres Cawapres dari partai Hanura yang telah dideklarasikan secara resmi yaitu Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT) membuat suatu program tayangan reality show yang berjudul “Mewujudkan

Mimpi Indonesia” di RCTI yang notabene adalah media televisi milik Cawapres tersebut. Inilah uniknya, cara membuat tayangan reality show seperti ini belum pernah ada bahkan tidak ada sebelumnya partai atau pasangan Capres dan Cawapres yang melakukannya.

Program Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah sebuah Program berjenis reality show yang mempunyai esensi dasar untuk mewujudkan impian-impian masyarakat Indonesia, sehingga kehidupan mereka menjadi makmur. Di dalam program ini Wiranto dan Harry Tanoesodibjo menjadi relawan yang mengemban misi untuk mewujudkan impian impian masyarakat bawah yang sedang membutuhkan sesuatu agar lebih makmur dan sentausa. Salah satu contohnya yaitu episode di mana mereka berdua mendatangi suatu desa di jawa timur yang kondisi pertaniannya agak memprihatinkan karena masih membajak sawah dengan kerbau dan mirisnya kerbau tersebut adalah sewaan. Nah disinilah tujuan

1

Drs. Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2007) edisi revisi, hal. 58


(16)

dari mereka yaitu memberikan traktor untuk meringankan pekerjaan membajak sawah para petani tersebut yang tidak lain untuk memakmurkan daerah tersebut.

Merujuk pada pernyataan yang disampaikan oleh Harry Tanoe Soedibjo pada portal berita Tempo yang sudah dipaparkan diatas tadi, maka penulis menyimpulkan bahwa tayangan ini bertujuan agar masyarakat Indonesia mengetahui bahwa pasangan Capres dan Cawapres ini peduli dan berbaur dengan masyarakat terutama masyarakat bawah.

Seperti yang dipaparkan diatas bahwa WIN HT sebelumnya telah membuat program tayangan jenis kuis yaitu kuis Kebangsaaan di RCTI dan kuis Indonesia Cerdas di Global TV. Kedua kuis ini termasuk kedalam jenis kuis interaktif yang melibatkan pemirsa dirumah sebagai peserta yang bertugas untuk menjawab pertanyaan kuis tersebut melalui saluran telepon. Di dalam kuis ini WIN HT bermaksud untuk mengedukasi masyarakat untuk menambah wawasan mereka tentang Indonesia. Merujuk pada pemaparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tayangan ini bertujuan agar masyarakat Indonesia mengetahui bahwa pasangan Capres dan Cawapres tersebut ingin mentransfer citra positif mereka dengan dianggap mengedukasi masyarakat lewat kedua tayangan kuis tersebut.

Namun efektifkah kedua jenis program tayangan ini membentuk citra yang dinginkan sampai kepada benak khalayak. Efektivitas dari program realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) ini belum bisa dilihat. Terkait dengan pemaparan sebelumnya adalah mengenai efektivitas, apakah yang sebenarnya disebut dengan efektivitas? Efektivitas yaitu keberhasilan


(17)

suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menetapkan efektivitas ada beberapa pendekatan untuk menentukan efektivitas, dan peneliti memilih salah satu pendekatan dari beberapa pendekatan itu yaitu pendekatan Goal-Atainment atau dikenal juga dengan pendekatan sasaran. Pendekatan ini menekankan bahwa suatu program dikatakan efektif apabila mampu mewujudkan sasaran atau tujuannya dengan baik.2 Jadi singkatnya, efektivitas dari program tayangan realityshow

“Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) bisa dikatakan efektif apabila citra positif dari WIN HT telah tersebar dibenak khalayak setelah menonton program tayangan tersebut, dan sebaliknya.

Inilah yang mendasari penulis ingin meneliti secara lebih dalam tentang citra yang terbentuk dibenak khalayak mengenai WIN HT melalui program tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV), terkhusus pada benak Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul untuk penelitian ini yaitu Efektivitas Program Tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi Indonesia dan Kedua Tayangan Kuis dalam Pembentukan Citra Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT).”

2


(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Peneliti meraasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas agar tidak keluar dari konteks yang akan diteliti, yakni hanya mengenai “Efektivitas Program Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) Terhadap Pembentukan Citra WIN HT.

Dan dari pokok masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas dari program tayangan realityshow “Mewujudkan

Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) dalam membentuk citra WIN HT pada mahasiswa Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian:

a. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas program tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV) dalam membentuk citra WIN HT pada mahasiswa KPI masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(19)

2. Manfaat penelitian:

a. Manfaat akademis: Penelitian ini diharapkan memberi masukan dan khazanah keilmuan komunikasi terutama mengenai citra dan efektivitas program tayangan dalam membentuk citra.

b. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan dan informasi awal bagi penelitian yang serupa di waktu mendatang. Serta dapat dijadikan informasi sebagai bahan evaluasi untuk siapapun individu maupun lembaga atau suatu badan tertentu dalam membentuk citra positif dimasyarakat melalui media massa, khususnya melalui suatu bentuk program tayangan di televisi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian yang berkenaan dengan masalah penelitian yang peneliti ambil, sebelumnya peneliti sudah melakukan kajian pustaka dengan buku buku atau skripsi yang jenisnya sama dengan masalah penelitian yang diambil. Ini dilakukan untuk mencari referensi atau kasaran penelitian yang sama, dan menurut pengamatan pengamatan peneliti dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan judul sebelumnya yaitu :

1. Efektivitas Republika Online Pada Kanal Hikmah Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai Islam Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Penulis Rika Alisha, KPI, UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.


(20)

2. Persepsi Khalayak tentang citra Roy Suryo Terkait Peristiwa “Salah

Lirik” di Twitter ( Survei Followers @KRMTRoySuryo), Penulis Adisti, Public Relation, Universitas Budi Luhur Jakarta.

Meskipun penulis menggunakan tema yang sama dengan dua judul skripsi diatas, namun penelitian yang dilakukan tetaplah beda. Perbedaan penelitian ini dengan judul Efektivitas Republika Online Pada Kanal Hikmah Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai Islam Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terletak pada tersebut terletak pada objek penelitiannya, dimana objek penelitian ini adalah Program Tayangan realityshow “Mewujudkan Mimpi

Indonesia” dan kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan di RCTI dan Kuis Indonesia Cerdas di Global TV)dan subjeknya adalah mahasiswa FIDKOM tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu tujuannya juga berbeda, pada skripsi sebelumnya untuk mengetahui efektifkah kanal Hikmah pada Republika Online untuk meningkatkan informasi mengenai Islam bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sedangkan penelitian ini ingin melihat citra WIN HT yang terbentuk dibenak Mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada skripsi yang kedua yaitu Persepsi Khalayak tentang citra Roy Suryo

Terkait Peristiwa “Salah Lirik” di Twitter ( Survei Followers @KRMTRoySuryo), walaupun sama sama mengenai citra dari salah satu Public Figure, namun terlihat perbedaan jika skripsi sebelumnya ingin melihat persepsi khalayak mengenai citra, sedangkan penelitian ini ingin melihat citra yang terbentuk di benak khalayak melalui Program tayangan.


(21)

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun atas lima bab yang terdiri dari:

1. BAB I : pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II : pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka, kerangka teoritis yang mencakup komunikasi, komunikasi massa, media massa, efek media massa, tayangan, reality show,tayangan program Mewujudkan Mimpi Indonesia, Citra, teori citra, teori limited effect, hipotesa dan kerangka pemikiran.

3. BAB III : pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian meliputi pendekatan penelitian, metode penelitian, objek, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data, lokasi dan waktu penelitian, validitas dan reabilitas serta operasional variabel.

4. BAB IV : pada bab ini adalah mengenai pembahsan hasil penelitian dari penelitian ini.

5. BAB V : pada bab ini adalah sebagai bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

9 A. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas bukan sesuatu yang mudah untuk dinilai secara objektif. Memang, secara sederhana efektivitas dapat didefinisikan sebagai sejauh mana suatu organisasi, badan, lembaga atau individu mampu merealisasikan berbagai tujuannya. Secara ringkas, setidaknya ada empat pendekatan yang berkembang untuk menetapkan kriteria efektivitas).1

1. Goal Attainment (Pendekatan Sasaran)

Pendekatan ini menekankan bahwa suatu organisasi atau kegiatan dikatakan efektif bila mampu mewujudkan berbagai tujuannya dengan baik. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sistem

Pendekatan ini lebih menekankan kepada proses. Pendekatan ini mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kemampuan organisasi untuk memperoleh input, memproses input tersebut, menyalurkan output, sekaligus mempertahankan stabilitas dan keseimbangan di dalam sistem.

1


(23)

3. Strategic Constituency

Pendekatan ini mendefinisikan bahwa efektivitas orgnisasi merupakan kemampuan untuk memuaskan berbagai tuntutan dari konstituen, yaitu berbagai pihak yang secara strategis menentukan kelangsungan hidup oraginsasi tersebut.

4. Competing Value

Menurut pendekatan ini bahwa setiap organisasi pada dasarnya harus memiliki preferensi tentang titik berat ukuran efektivitasnya. Pendekatan ini menemukan empat tipe ukuran efektivitas, yang masing-masing dapat disesuaikan dengan organisasi, bergantung pada jenis organisasi itu sendiri dan posisinya dalam life cycle. Jadi menurut definisi ini, efektivitas organisasi adalah sejauh mana organiasi mencapai berbagai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan, di mana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituensi strategis kepentingan subjektif penilai dan tahap pertumbuhan organisasi.

Bisa disimpulkan bahwa efektivitas adalah tolak ukur sejauh mana sebuah program dapat mencapai tujuan atau sasarannya. Berbekal pemaparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan dalam menentukan efektivitas yang paling relevan dengan penelitian ini adalah pendekatan Goal Attainment atau yang disebut sebagai pendekatan sasaran.

Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan goal attainment atau pendekatan sasaran adalah karena penelitian ini ingin melihat efektivitas program Mewujudkan Mimpi Indonesia yang tayang di RCTI terhadap terbentuknya citra positif dari WIN HT pada khalayak. Jadi untuk mengetahui efektif atau tidaknya


(24)

kedua jenis program tayangan tersebut dalam membentuk citra positif di benak khalayak, peneliti harus mengetahui citra WIN HT dari kedua jenis program tayangan tersebut yang terbentuk pada khalayak.

B. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.2 Media massa menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audience yang luas dan heterogen.3

Dengan merujuk dua pengertian tentang media massa di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media massa merupakan alat penyampai komunikasi atau media dalam penyampaian komunikasi dari komunikator untuk dapat menjangkau komunikannya yang luas, banyak dan beragam. Media massa sendiri juga bagi komunikan merupakan media atau sumber dalam mendapatkan informasi terkini yang dibutuhkan. Media massa memiliki karakteristik meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena media massa memiliki kecepatan.

Media massa kini atau yang kita sebut dengan media ada tiga macam yaitu media elektronik, media cetak dan internet atau media baru. Media elektronik terdiri dari televisi dan radio. Sedangkan media cetak seperti surat kabar, majalah, koran dan sejenisnya. Lalu yang termasuk media baru seperti portal berita online,

2

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 72

3


(25)

website, dan media sosial seperti twitter, facebook dan path. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya sebuah pesan dapat diterima oleh komunikan dengan jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif dalam merubah sikap, perilaku dan pendapat komunikan.

C. Efek Terpaan Media Massa

Pesan yang disampaikan melalui media massa atau yang disebut sebagai komunikasi massa menimbulkan efek bagi sang penerima pesan atau komunikan. Efek komunikasi massa dibagi menajdi dua bagian dasar oleh Keith R. Stamm dan John E. Bowes. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Kedua, efek sekunder yang meliputi perubahan tingkat kognitif yaitu perubahan pengetahuan dan sikap juga perubahan perilaku.

Selanjutnya ada efek nyata dari pesan komunikasi massa. Efek tersebut dapat berupa perubahan psikologis yang telah melekat pada khalayak yang timbul dari hasil komunikasi massa. Efek pesan komunikasi massa sebelumnya telah diklasifikasikan menjadi beberapa yaitu efek kognitif, afektif dan efek konatif.

Efek kognitif merupakan efek yang berhubungan dengan pikiran atau kognisi sang komunikan atau khalayak komunikasi massa. Misalnya, yang tadinya individu tidak mengetahui dan mengerti tentang suatu hal menjadi mengetahui dan mengerti tentang suatu hal setelah menonton tayangan di televisi yang diartikan sebagai pesan komunikasi massa. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana,


(26)

artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya. Salah satu contoh jelas tentang efek kognitif adalah pemberian citra terhadap sesuatu menurut kita.4

Selanjutnya adalah efek afektif atau efek dari terpaan media ini dapat merubah perasaan seseorang. Bisa saja timbul ketika setelah menonton tayangan di televisi atau mendengar siaran radio. Perasaan yang timbul akibat terpaan media massa itu bisa bermacam macam seperti senang, sedih bercucuran air mata, bahkan marah dan kesal. Contoh sederhananya adalah ketika menonton suatu adegan menyedihkan di dalam sinetron televisi dapat menyayat hati penontonnya sampai sang penonton meneteskan air mata dan ikut merasa sedih.

Lalu mengenai efek konatif atau efek yang dapat merubah perilaku seseorang setelah mendapatkan terpaan media. Efek konatif tidak langsung muncul setelah seseorang mendapatkan terpaan media. Jadi efek konatif muncul setelah munculnya efek kognitif dan efektif terlebih dahulu. Contohnya ketika seseorang merubah perilakunya yang buruk setelah menonton acara keagamaan di televisi yang saat itu isi materinya tentang akibat-akibat melakukan tindakan yang buruk.

Tidak hanya mengenai efek dasar komunikasi massa dan tiga efek psikolgis komunikasi massa yang telah dipaparkan di atas. Didalam sub-bab ini juga akan dijelaskan mengenai teori-teori efek. Di dalam teori-teori efek dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an yaitu efek tak terbatas, efek terbatas dan efek moderat.5

4

Onong uchjana effendi, ilmu, teori dan filsafat komunikasi, bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007, h. 318

5

Fransuscus Theojunior Lamintang, Pengantar Ilmu broadcasting & chinematography, Jakarta, In Media, 2013, h. 13


(27)

Efek tak terbatas adalah efek yang dihasilkan media sangat mempengaruhi khalayak secara langsung dan tak terbatas. Efek ini didasari pada teori atau model jarum hypodermic yang pengertiannya media menembakkan komunikasi ke khalayak dan langsung mengenai khalayak dengan tepat. Singkatnya media powerfull dan khalayak powerless.

Berbeda dengan asal usul efek tidak terbatas yang meragukan, sumber model efek terbatas (limited effect), sangat terkenal. Joseph Klaper menjelaskan bahwa media mempunyai efek terbatas, ini berdasar pada penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasive. Kesimpulan yang dihasilkan Klaper tersebut berbunyi “ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience”. Faktor-faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan dari media massa yaitu faktor psikologis dan sosial. Faktor tersebut antara lain adalah proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Rendahnya terpaan media dan sikap perlawanan adalah alasan mengapa efek terbatas bisa terjadi.

Lalu mengenai efek moderat adalah efek yang berkembang dari kedua efek yang sudah dijelaskan di atas yaitu efek tidak terbatas dan efek terbatas. Menurut efek tersebut ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan justru bertolak belakang.6

6


(28)

Ada juga yang dikatakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi efek. Ada dua faktor utama yakni faktor individu dan faktor sosial,. Faktor-faktor inilah yang ikut menjadi penentu besar atau tidaknya faktor efek yang dilakukan media massa.

Faktor pertama adalah faktor dari individu. Faktor individu ini berhubungan dengan pemikiran psikologis. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :

1. Selective attention, individu cenderung memperhatikan dan menerima terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya. 2. Selective perception, seorang individu secara sadar akan mencari

media yang bisa mendorong kecenderungan dirinya.

3. Selective retention adalah kecenderungan seseorang hanya untuk mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. Selain ketiga di atas, ada faktor lain yang termasuk dalam faktor dari individu yaitu motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian dan penyesuaian diri.

Mengenai faktor sosial tentu berbeda dengan faktor individu karena faktor ini lebih melihat faktor dari sisi kehidupan sosial individu. Antara lain adalah umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, pekerjaan dan pendapatan, agama, dan yang terakhir adalah tempat tinggal.

Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya sebuah pesan dapat diterima oleh komunikan dengan jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif dalam merubah sikap, perilaku dan pendapat


(29)

komunikan. Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Di sini secara instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini.

D. Televisi

Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronik dengan memadukan radio (broadcast) dan film. Menurut Moeliono dalam buku Pengantar Ilmu Broadcasting & Cinematography :

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah sistem penyiaran yang di sertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan megubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat didengar”.7 Dari penejelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa televisi merupakan media penyampai informasi atau media tempat kita mendapatkan informasi secara lebih efektif karena terdapat unsur audio visual yang memungkinkan kita dapat melihat dan juga mendengarkan informasi yang televisi sampaikan.

Media ini muncul karena perkembangan teknologi. Televisi hadir setelah beberapa penemuan seperti telepon, fotografi serta rekaman suara. Dan juga media ini lahir setelah radio dan media cetak ada. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat menikmati acara televisi sambil duduk

7

Fransuscus Theojunior Lamintang, Pengantar Ilmu broadcasting & chinematography, Jakarta, In Media, 2013, h. 23.


(30)

santai menyaksikan berbagai informasi. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Rosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika di mulai pada 1 September 1940.8

Setelah sedikit membahas tentang sejarah televisi dan siaran televisi di dunia atau lebih terkhusus Amerika, selanjutnya akan dibahas juga mengenai sejarah siaran televisi di Indonesia. Awal mula siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 untuk mempersiapkan liputan pada Pesta Olahraga Asia atau yang kita kenal Asian Games yang diadakan di Jakarta pada tahun 1964.9 TVRI adalah stasiun televisi pertama yang berdiri di Indonesia. stasuin televisi ini merupakan stasiun televisi yang berlabel nasional. Sejak berdiri hingga sekarang TVRI bertugas menjadi corong pemerintah untuk menginformasikan segala hal tentang kepemerintahan dan juga sebagai sarana informasi presiden kepada rakyat.

Namun sekarang telah menjamur televisi-televisi swasta di Indonesia yang dimulai pertama kali oleh RCTI sebagai televisi swasta pertama di Indonesia. Selanjutnya bermunculan satu demi satu televisi swasta baru, dan sampai saat ini tidak kurang dari sepuluh stasiun TV swasta berdiri seperti SCTV, ANTV, TRANS 7, TRANS TV, TV ONE, METRO TV, MNC TV, GLOBAL TV, KOMPAS TV dan NET. Selain TV swasta dan nasional yang telah disebutkan

8

Drs. Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar , (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2007) edisi revisi, hal. 136

9


(31)

sebelumnya, terdapat juga beberapa stasiun TV lokal seperti Banten TV dan Jak TV.

Sebagai media massa telvisi memiliki karakteristik seperti media massa lainnya. Beberapa karakteristik televisi tersebut yaitu:

1. Audio visual: inilah kelebihan televisi dibanding surat kabar maupun radio, yakni dapat didengar dan dilihat.

2. Keserempakan: yang dimaksud dengan keserempakan adalah dalam waktu yang sama, khalayak dimanapun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan.

3. Mengutamakan kecepatan: televisi mengutamakan kecepatan, inilah salah satu unsur mengapa berita televisi jadi begitu bernilai.

4. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas: media ini dapat meliput belahan bumi manapun tanpa gangguan yang cukup menyulitkan. 5. Bisa dimengerti yang buta huruf: karena media ini audio visual jadi

televisi dapat mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.

6. Daya jangkau luas: televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat dari segi strata sosial dan ekonomi.

Setelah beberapa karakteristik televisi yang sudah terpapar di atas, televisi juga memiliki karakteristik teknis yang sangat berkaitan dengan pesan atau informasi yang ingin disampaikan televisi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa karakteristik teknis itu adalah :

1. Fine Detail 2. Area lost


(32)

4. Third dimension 5. Distraction 6. Opposition 7. Tins 8. Setting

9. Format layar televisi

10.Media televisi adalah medium size 11.Layar televisi bukan pentas drama 12.Terakhir adalah bahasa visual10

Setiap stasiun televisi memiliki beberapa jenis program tayangan. Tayangan merupakan sesuatu yang dipertunjukkan kepada khalayak baik berupa film, berita, hiburan dan sebagainya, melalui suatu media elektronik yang dapat menampilkan gambar dan suara (media audio-visual) dalam hal ini adalah televisi. Dalam sebuah tayangan, tentu saja kita sangat mengenal kata durasi, frekuensi, serta sosial. Inilah definisi ketiga unsur dalam sebuah tayangan.11

Secara garis besar program tayangan televisi dibagi menjadi dua yaitu program drama dan program non-drama. Yang termasuk sebagai program drama televisi adalah sinetron. Sedangkan program non-drama televisi adalah seperti news. Sportnews, kuis, features, talkshow, reality show dan ajang pencarian bakat. Namun bila menilik apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di Indonesia, bila kita saksikan secara seksama bisa ditarik garis besarnya sebagai berikut :

10

Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, Yogyakarta, GRAHA ILMU, 2010, h. 42-46

11


(33)

1. Infotaintment. Merupakan program di mana materi program ini membahas tentang gossip-gossip para artis dan problematika para pesohor tanah air.

2. Kuis atau Games. Acara yang cenderung ditayangkan dengan berbagai konsep acara. Dari sekedar adu ketangkasan sampai kuis bersifat edukasi yang diawali dengan registrasi melalui sms atau telpon terlebih dahulu. Acara kuis di televisi juga dimanfaatkan saat ini untuk menjadi alat politik memperkenalkan para calon atau peserta pemilu. Salah satu contohnya adalah kuis Kebangsaan dan kuis Indonesia Cerdas yang tayang di RCTI dan Global TV.

3. Sinetron. Inilah tayangan yang cukup meraup rating televisi yang tinggi. Tayangan para ibu-ibu atau para kaum perempuan di saat istirahat setelah seharian bekerja mengurus rumah tangga.

4. Reality show. Konsep dari acara ini lebih menekankan sisi human interest. Mengungkapkan banyak realita yang terjadi di masyarakat dan mengunggah kepedulian dan kesadaran sosial para penontonnya.12 Namun reality show kini juga dijadikan alat politik pendongkrak favorabilitas demi menaikkan elektabilitas para peserta pemilu dengan menyebarkan citra positif kebenak khalayak atau penonton, contohnya adalah tayangan reality show “Mewujudkan

Mimpi Indonesia” di RCTI.

5. Dan acara lainnya adalah seperti acara berbau mistis, variety show dan acara musik.

12


(34)

Bila dikaitkan dengan masalah penelitian ini, peneliti melihat bahwa tayangan-tayangan televisi saat ini telah menjadi sarana perkenalan diri para aktor-aktor politik untuk menyebar citra positif demi meningkatkan favorabilitas, popularitas dan elektabilitasnya pada pemilu. Bila dahulu kita hanya sering melihat iklan iklan bercirikan politik para aktor atau partai, sekarang bukan hanya lewat iklan bahkan melalui tayangan-tayangan lainnya seperti reality show dan kuis yang menjadi objek pada penelitian ini.

E. Teori Efek Terbatas

Joseph Klaper adalah tokoh yang memperkenalkan teori efek terbatas. Klapper menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye public, kampanye politik dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasive. Akhirnya Klaper

menyimpulkan bahwa, “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata

hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience”.13

Pengertian lainnya mengenai teori efek terbatas adalah teori ini menyatakan bahwa media memiliki efek yang minim atau terbatas karena efek tersebut dikurangi oleh beragam variable antara.14 Peneliti menyimpulkan efek terbatas adalah dimana efek dari media tidak terlalu berpengaruh pada perubahan sikap atau pun perilaku yang terjadi pada individu setelah mengalami terpaan media.

Ada dua hal yang dapat menyebabkan efek terbatas itu terjadi. Yang pertama adalah rendahnya terpaan media massa. Ini mengenai tingkat keseringan

13

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta, PT. Rajarafindo Persada, 2007, h. 220

14

Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis, Teori Komunikasi Massa edisi 5Dasar


(35)

menonton khalayak terhadap berita atau tayangan yang disiarkan televisi untuk mempengaruhi khalayak. Jika tingkat menonton khalayak pada tayangan tersebut rendah, maka khalayak tersebut tidak akan mudah dipengaruhi sikap atau perilakunya oleh tayangan tersebut. Jadi asumsi yang berbunyi “dengan menonton, efek yang ditimbulkan televisi dari tayangan yang ada di dalamnya

begitu jelas dan nyata” akan terabaikan karena rendahnya terpaan media akan

membuat efek terbatas terjadi.

Penyebab yang kedua mengapa efek terbatas bisa terjadi adalah perlawanan yang berasal dari individu sebagai audience komunikasi massa.15 Perlawanan menjadi salah satu alat penyaring yang akan ikut mempengaruhi individu penolakan pesan-pesan media massa. Jadi terpaan media massa akan lebih lemah pengaruhnya pada individu yang memiliki rasa perlawanan terhadap pesan dari media massa tersebut.

F. Tayangan Program WIN HT

1. Program Mewujudkan Mimpi Indonesia

Program Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah sebuah Program berjenis reality show yang mempunyai esensi dasar untuk mewujudkan impian impian masyarakat Indonesia, sehingga kehidupan mereka menjadi makmur. Konsep reality show yang tayang setiap hari Jumat pukul 15.15 WIB ini tidak berbeda esensinya dengan tayangan sebelumnya yang berjenis seperti ini. Tujuannya untuk mengetuk hati masyarakat untuk melihat realita kehidupan sosial yang sebenarnya terjadi dimayarakat. Beberapa acara pendahulu sejenis ini yang tayang di RCTI

15

Fransuscus Theojunior Lamintang, Pengantar Ilmu broadcasting & chinematography, Jakarta, In Media, 2013, h. 16


(36)

seperti Tolooong, Tukar Nasib dan acara program berbagi rejeki untuk orang miskin yang kehidupannya sangat miris. Namun perbedaan yang paling jelas terlihat di dalam tayangan ini adalah talent yang berperan sebagai sosok pahlawan adalah pasangan capres dan cawapres yang berusaha membantu mewujudkan setiap mimpi orang orang atau lingkungan masyarakat yang berkondisi memprihatinkan untuk lebih makmur dan sejahtera.

Di dalam program ini Wiranto dan Harry Tanoesodibjo (WIN-HT) menjadi relawan yang mengemban misi untuk mewujudkan impian-impian masyarakat bawah yang sedang membutuhkan sesuatu agar lebih makmur dan sentausa. Salah satu contohnya yaitu episode di mana mereka berdua mendatangi suatu desa di Jawa Timur yang kondisi pertaniannya agak memprihatinkan karena masih membajak sawah dengan kerbau dan mirisnya kerbau tersebut adalah sewaan. Nah di sinilah tujuan dari mereka yaitu memberikan traktor untuk meringankan pekerjaan membajak sawah para petani tersebut yang tidak lain untuk memakmurkan daerah tersebut.

Acara ini dituding-tuding menjadi salah satu alat penyebar citra positif dari pasangan capres dan cawapres tersebut, atau bisa disebut juga sebagai kampanye terselubung. Peneliti tidak sembarangan berhipotesa seperti yang tertera di atas. Ini didukung oleh peryataan sang cawapres yang tidak lain merupakan pemilik media di mana tayangan tersebut ditayangkan, yaitu Harry Tanoesoedibjo disalah satu pernyataannya kepada media massa berikut ini.

“Hary Tanoesoedibyo akui menyiapkan program khusus di

televisi miliknya untuk mendongkrak popularitas Wiranto-Hary Tanoe yang akan maju sebagai capres-cawapres dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Selain acara Kuis Indonesia Cerdas, dia juga menyiapkan program reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia. Menurut Bos MNC Group ini, reality show yang tayang di RCTI punya angka rating tinggi


(37)

yakni 18,8 persen. Artinya, kata dia, acara yang diputar tiap hari Jumat pukul 15.45 wib itu ditonton seperlima orang Indonesia. Isi program tersebut cukup menyentuh penonton, kata dia di depan kader Partai Hanura di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa malam 11 Februari 2014”.16 Namun peneliti belum menemukan fakta yang valid mengenai efektivitas tayangan ini yang didaulat untuk menyebarkan citra positif capres dan cawapres dari partai Hanura ini demi menaikkan popularitas, favorabilitas serta elektabilitasnya pada pemilu 2014. Dan dari situlah peneliti beralasan untuk mengadakan penelitian ini.

2. Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas

Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas adalah kuis interaktif yang tayang di RCTI dan Global TV pada waktu yang berbeda yakni kuis kebangsaan tayang setiap hari pukul 09.30 WIB, sedangkan kuis Indonesia Cerdas pada pukul 13.00 WIB.

Konten dari acara ini dipenuhi oleh lambang-lambang dari pasangan capres dan cawapres WIN-HT dari partai Hanura yang telah resmi dideklarasikan. Contohnya adalah password dari kuis yang mengharuskan peserta kuis untuk menyebutkan inisial dari pasangan capres dan cawapres tersebut sebelum mendapatkan pertanyaan yang akan dijawab untuk selanjutnya memilih masing-masing kotak yang juga bertuliskan masing-masing-masing-masing inisial dari sang capres dam cawapres. Bukan hanya itu acara kuis ini dianggap sebagai kampanye, ada lagi alasan lain yaitu orang yang melontarkan pertanyaan kuis tersebut adalah tidak lain merupakan kader dari partai asal pasangan capres dan cawapres tersebut.

16

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/11/270553263/Demi-Popularitas-Harry-Tanoe-Sering-Tampil-di-TV, diunduh pada tanggal 20 Maret 2014, pukul 10.00 WIB.


(38)

G. Citra

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah “(1) kata

benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.17

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Solomon dalam Rakhmat, menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Efek kognitif pada komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations (1984) dan buku lainnya Essential of Public Relation (1998) mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain :

1. The mirror image (cerminan citra), biasa disebut juga sebagai citra bayangan, yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.

2. The current image (citra masih hangat), yaitu cerita yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik ekstrernal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan citra bayangan (mirror image).

3. The wish image (citra yang dinginkan), biasa disebut citra harapan. Salah satu contohnya yaitu manajemen menginginkan prestasi tertentu. Citra ini

17

Drs. H. Soleh Soemirat, M.S. dan Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dasar dasar public relation, (Jakarta, PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 114


(39)

diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap.

4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.18

Dengan demikian, merujuk pada beberapa jenis citra yang telah terpapar di atas. Maka peneliti menyimpulkan bahwa citra yang ingin dibentuk pada kedua program tayangan Kuis (Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia) dan program realityshow Mewujudkan Mimpi Indonesia adalah citra harapan. Singkatnya melalui tayangan tersebut diharapkan tercipta suatu citra positif yang menjadi citra harapan dari pasangan bakal calon capres dan cawapres di benak khalayak.

1. Proses Pembentukan Citra

Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Berkaitan dengan apa yang ingin diteliti oleh peneliti, peneliti merasa model pembentukan citra John Nimpoeno sesuai dengan penelitian untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi dan sikap. Model pembentukan citra John Nimpoeno :

1. Stimulus : Rangsangan (kesan lembaga atau individu yang diterima dari luar untuk membentuk persepsi. Sensasi adalah fungsi alat indra dalam menerima informasi dan langganan).

18

Drs. H. Soleh Soemirat, M.S. dan Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dasar dasar public


(40)

2. Persepsi : hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Atau bisa dikatakan pemberian makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalaman mengenai rangsangan.

3. Kognisi : Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan, ide dan konsep.

4. Motif : Keadaan dalam pribadi individu yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

5. Sikap : Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.19

Berdasarkan pemaparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa proses pembentukan citra di mulai dari adanya stimulus yang diterima oleh individu melalui inderawinya, lalu jika stimulus telah mendapat perhatian, individu akan memaknai rangsangan tersebut, inilah yang dinamakan persepsi. Selanjutnya apabila individu sudah yakin akan stimulus tersebut, individu tersebut sudah mengerti stimulus tersebut dan dengan ditambah informasi-informasi tentang stimulus tersebut maka berkembanglah kognisi individu tersebut. Dari rasa yakin tersebut timbullah sebuah sikap dari individu terhadap individu lain, lembaga atau perusahaan yang telah distimuluskan tadi. Akhirnya lahirlah citra setelah sikap itu telah timbul.

19

Drs. H. Soleh Soemirat, M.S. dan Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dasar dasar public


(41)

H. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat efektivitas dari program tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi Indonesia dan Kedua Tayangan Kuis dalam Pembentukan Citra Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo (WIN-HT) dibenak mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Maka dari itu peneliti berangkat dari menentukan pendekatan efektivitas yang sesuai dengan penelitian ini yaitu pendekatan efektivitas goal attainment atau disebut pendekatan sasaran yang menentukan efektivitas sebuah program dari tercapainya tujuan atau sasaran program tersebut dibentuk. Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk citra positif WIN-HT dibenak khalayak, salah satunya ke benak objek penelitian ini yaitu mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti harus melihat terlebih dahulu citra WIN-HT yang terbentuk dengan cara menyebar kuesioner ke sampel penelitian ini yang berisi pernyataan-pernyataan yang merupakan hasil konstruk variabel dari model proses pembentukan citra John Nimpoeno. Setelah mengetahui citra yang terbentuk, barulah bisa ditentukan bahwa rogram tayangan Reality Show

“Mewujudkan Mimpi Indonesia dan Kedua Tayangan Kuis mencapai efektivitas atau tidak. Jika citra positif yang terbentuk, maka program tayangan Reality Show “Mewujudkan Mimpi Indonesia dan Kedua Tayangan Kuis ini telah mencapai efektivitas dan begitu juga sebaliknya. Peneliti telah menyiapkan kerangka pemikiran dalam bentuk gambar yang tertera di bawah ini.


(42)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Citra WIN-HT di benak khalayak.

Bagaimana efektivitas kedua jenis program tayangan terhadap pembentukan citra WIN-HT

Proses pembentukan citra John Nimpoeno

Stimulus Persepsi Kognisi Motif Sikap

Negatif Posititif


(43)

30 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Telp (62-21) 740152, fax (62-21) 7402982. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Mei 2014 – Oktober 2014.

B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik atau klasik. Paradigma positivistik menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam kegiatan penelitiannya. Teori dalam penelitian berparadigma positivistik menjadi sumber jawaban utama atas berbagai rasa ingin tahu dari para peneliti.1

Sedangkan pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak perlu mementingkan ke dalam data atau penelitian.2

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel yang diteliti yang sekaligus mencerminkan jumlah

1

Babbie, Earl, The Practice of social research, california, wardsworth Publishing company (1992), h. 47

2

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006) h. 55


(44)

rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis statistik yang digunakan. Ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

C. Jenis Penelitian

Dari berbagai macam jenis penelitian yang ada, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini berupaya untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.3

Penejelasan lain lahir dari Atherton dan Klemmack, yang dikutip dalam buku Metode Penelitian Sosialkarya DR. Irawan Soehartono, sebagai berikut :

Sebagaimana ditunjukan oleh namanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya penelitian ini menggunakan metode survey (Atherton & Klemmack, 1982).4

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan sifat atau suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian ini dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.5 Peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti ingin menjelaskan atau menggambarkan tentang efektifitas program Mewujudkan Mimpi Indonesia dan dua program kuis WIN HT terhadap pembentukan citra dari WIN HT di benak khalayak, maka dari

3

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta; Rajawali Pers.2012) h. 75

4

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2004) h. 35

5

Mahi M. Hikmat, Metodologi Penelitian Dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. (Yogyakarta; Graha Ilmu. 2011) h. 44


(45)

itu peneliti harus menjabarkan dan menjelaskan terlebih dahulu citra WIN HT yang terbentuk di benak khalayak melalui ketiga program tersebut. Lalu setelah diketahui citra yang terbentuk dari masing masing program tayangan itu, terlihatlah perbedaan jelas mengenai citra yang terbentuk dari ketiga program tersebut.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian survey ini umumnya digunakan untuk menarik kesimpulan sampel terhadap populasi sehingga dipastikan menggunakan hipotesis dan alat statistik dalam analisis data.6 Menurut Rachmat Kriyantono, “Metode survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya.7

Penelitian survei adalah penelitian pengamatan yang berskala besar pada kelompok-kelompok manusia. Yang dimaksud dengan pengamatan di sini, tidak terbatas pada pengamatan penglihatan, tetapi data yang dikumpulkan secara tidak sengaja ditimbulkan oleh peneliti seperti yang dilakukan dalam suatu eksperimen tertentu. Jadi bahan-bahan yang dikumpulkan dalam survei adalah data yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara wajar.8

Peneliti memilih menggunakan metode survey jenis deskriptif karena hanya ada satu variabel di dalam penelitian ini. Dimulai dengan menyebar kuesioner kepada seluruh responden lalu diperoleh informasi yang dibutuhkan dari sampel yang mewakili populasi. Ini sesuai dengan penelitian yang ingin mengetahui citra yang terbentuk di benak khalayak. Hal yang mendasari peneliti menggunakan metode survey ini adalah karena suatu kelompok yang ingin diteliti relatif

6

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta; Kencana, 2008) h. 45

7

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006) h. 55

8

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 21


(46)

tergolong besar. Dengan melalui peneltian survey ini peneliti ingin menggambarkan dan menjelaskan karakteristik dari suatu populasi. Atau lebih jelasnya menggambarkan citra dari WIN HT melalui ketiga tayangan program yang telah disebutkan di atas yang terbentuk di benak suatu populasi khalayak.

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan objek dari penelitian merupakan variabel dari penelitian ini sendiri yang tidak lain adalah inti dari masalah dalam penelitian ini.

Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah citra WIN HT yang terbentuk melalui tayangan program Mewujudkan Mimpi Indonesia dan kedua program kuis WIN HT yaitu kuis Kebangsaan di RCTI dan kuis Indonesia Cerdas di Global TV.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Berbekal pemaparan diatas peneliti memahami bahwa populasi adalah semua jumlah total subjek dapat menjadi sumber dalam pengambilan sampel penelitian. Peneliti mengambil populasi yaitu mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&B (Bandung: Alfabeta,2008), h. 117


(47)

Jakarta tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 dan diketahui bahwa jumlah populasi sebanyak 318 mahasiswa.

Dari segi kompleksitas objek dari sekelompok populasi, maka populasi dibedakan menjadi dua macam yaitu ;

 Populasi Homogen yaitu keseluruhan individu yang mempunyai sifat relatif sama satu sama lain.

 Populasi Heterogen tentu berbeda dengan di atas. Populasi heterogen adalah keseluruhan individu anggota populasi relatif berbeda sifatnya satu sama lain.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili suatu populasi. Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis tetapi mungkin juga tidak.10

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang telah dipilih melalui tekhnik sampling yang merepresentasikan atau mewakili populasi dalam penelitian. Maka dari itu responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini haruslah mengerti maksud serta tujuan penelitian ini dalam menjawab bulir-bulir pertanyaan maupun pernyataan di dalam kuesioner yang peneliti ajukan.

Dalam pengukuran sampel, Subiakto menjelaskan bahwa “Mengenai

besarnya sampel tidak ada ketentuan pasti, yang penting dalam hal ini merepresentasikan (mewakili).11

10

Burhan Nurgiantoro, Statistik Terapan Ilmu untuk Ilmu Sosial (Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2002) h. 59

11

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 163


(48)

Untuk menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini, peneliti mengguakan rumus pengambilan sampel dari Slovin, rumus ini digunakan untuk menentukan sampel yang mewakili populasi. Rumusnya adalah sebagai berikut :

N

n = ______________ 1+Ne2

N

n= ______________ 1 + 318 (10%)2

318 = _______ 1 + 3,18

318 = ______

4,18 = 78 Keterangan :

n : Ukuran Sampel N : Ukuran Popolasi

e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 10% kemudian „e‟ ini dikuadratkan.12

Setelah melalui proses penetapan jumlah sampel dengan menggunakan rumus slovin, ditemukan bahwa sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 78 responden atau 78 mahasiswa.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 78 orang untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Secara garis besar teknik sampling dapat dibagi menjadi

12

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta; KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2013) h. 34


(49)

dua, yaitu teknik sampling tipe probability dan nonprobability.13 Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling tipe probability sampling yang berprinsip dasar bahwa suatu sampel akan merupakan wkil dari populasi jika anggota sampel yang diperoleh dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Lebih tepatnya peneliti menggunakan teknik simple random sampling.

Pada teknik sampling acak sederhana ini cara penarikan sampel dari populasi secara acak. Bukan sembarang acak melainkan pelaksanaannya harus dilakukan dengan cermat. Acakan atau random yang dimaksud ialah kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi.14 Dikatakan simple (sederhana), karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.15 Peneliti menulis atau memberi nomor pada seluruh anggota populasi, lalu mengacak sampai mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan.16

Jadi setiap mahasiswa KPI tahun masuk 2011/2012 dan 2012/2013 berkesempatan menjadi sampel dalam penelitian ini.

G. Uji Statistik 1. Instrumen

Pada penelitian ini peneliti memakai skala likert sebagai instrument untuk mengukur data yang sudah terkumpul. Skala likert digunakan untuk

13

Hamidi, Metode penelitian dan Teori Komunikasi. (Malang; UMM Pers. 2010) h. 133

14

Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Metode Research (penelitian ilmiah). (Jakarta; PT Bumi Aksara. 2011) h. 87

15

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 154

16 Teknik Praktis Riset Komunikasi,


(50)

mengukur sikap seseorang tentang suatu objek sikap. Objek sikap kali ini peneliti menentukan yaitu citra dari WIN HT yang terbentuk di benak khalayak. Setiap pertanyaan atau pernyataan tersebut dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan dengan kata kata :

 Sangat setuju (SS)  Setuju (S)

 Tidak setuju (TS)

 Sangat tidak setuju (STS)

Atau bisa menggunakan kata-kata lain seperti Puas, Sangat puas dan seterusnya, atau pun Baik, Sangat baik dan seterusnya pula.17 Selanjutnya atas keperluan analisis kuantitatif, masing-masing jawaban dapat diberi skor, semisal yaitu :

1. Kategori sangat baik/sangat setuju/sangat positif, skor : 5 2. Kategori baik/setuju/positif, skor : 4

3. Kategori ragu-ragu, skor : 3

4. Kategori tidak baik/tidak setuju/negatif, skor : 2

5. Kategori sangat tidak baik/sangat tidak setuju/sangat negative, skor: 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Secara keseluruhan kebenaran data baik dalam bentuk angka atau fakta-fakta yang dituangkan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

17

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 138


(51)

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 teknik dalam mengumpulkan data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data primer dala penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket. Teknik kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyebar daftar pertanyaan kepada responden atas daftar pertanyaan tersebut. Singkatnya teknik ini adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan terstruktur dan terperinci terhadap informan yang terlibat langsung dalam peristiwa atau keadaan yang diteliti.18

Menurut Sugiyono :

“Kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya dan merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden”.19

Peneliti akan menyebar kuesioner yaitu daftar pertanyaan maupun pernyataan kepada responden dengan harapan mereka akan memberikan respon atas pertanyaan tersebut. Kuesioner ini akan ditujukan kepada mahasiswa KPI tahun masuk 2011 dan 2012 yang merupakan subjek dari penelitian ini.

2. Data Sekunder

Peneliti dalam menyusun penelitian ini juga memperoleh data melalui data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui studi kepustakaan dengan cara mempelajari berbagai sumber bacaan dan

18

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. (Yogyakarta; Graha Ilmu. 2011) h. 77

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&B (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 199


(52)

buku yang berkaitan pada penelitian yang dilakukan, dengan tujuan untuk mendukung pengembangan analisis data primer yang telah didapat.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan sudah terkumpul dari para responden dan data lainnya yang mendukung penelitian ini. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan peneliti ialah membaca data melalui proses pengkodingan data sehingga mempunyai makna yang mencakup proses mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola kategori.

Maleong mendefinisikan bahwa analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.20

Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis secara kuantitatif dengan jenis/tipe deskriptif. Untuk membantu serta mengolah data dan menghitung hasil penelitian menggunakan metode statistic deskriptif berupa table ferekuensi yang diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) 19.0 melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Penelitian memisahkan jawaban dari responden anatar yang error dan yang tidak error, juga memisahkan jawaban responden. Editing dilakukan terhadap rekaman jawaban yang telah ditulis ke dalam daftar pernyataan atau

20

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h.167


(53)

pertanyaan oleh para pencari data. Dalam editing ini akan diteliti kembali hal-hal sebagai berikut :

a. Lengkapnya pengisian b. Keterbacaan tulisan c. Kejelasan makna jawaban

d. Konsistensi jawaban satu sama lain e. Relefasi jawaban

f. Keseragaman suatu data 2. Pembuatan kode

Apabila proses editing telah selesai maka catatan jawaban di dalam daftar pertanyaan dapat dianggap cukup rapih dan memadai untuk menghasilkan data yang baik dan cermat. Namun demikian, untuk sampai fungsi terakhir dari pengolahan data yang berupa penyajian keterangan-keterangan yang benar-benar diperlukan maka data yang sudah berhasil dikumpulkan akan melewati langkah pengolahan data lain yang disebut koding.

Koding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut bagian-bagiannya. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa tujuan dari koding adalah untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban ke dalam kategori-kategori yang penting di mana penulis akan memberi tanda-tanda atau kode berupa simbol atau angka pada jawaban-jawaban dari responden.

3. Penyederhanaan data

Sebagaimana yang diketahui, data yang telah terkumpul terutama dari pertanyaan yang terbuka dan semiterbuka, selalu menunjukan jawaban yang


(54)

sangat bervariasi. Hal ini terjadi karena jawaban responden tidak standar sehingga responden bebas untuk mengutarakan pendapat sesuai dengan ide dan pengetahuanya. Agar data tersebut mudah dianalisis serta disimpulkan untuk menjadi jawaban atas masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Maka jawaban yang beraneka ragam tersebut harus diringkas. Peringkasan itu dilakukan dengan menggolongkan jawaban yang beraneka ragam itu kedalam kategori yang jumlahnya terbatas. Meskipun dalam proses penyederhanaan data itu ada informasi ada yang hilang tapi kegiatan ini sangat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas dan teratur.

Perlu diperhatikan bahwa peneliti tidak diperbolehkan mengubah isi data sebab tidak ada yang dapat menganalisis secara benar, karena itu penyederhanaan data hanya mengubah bentuk datanya saja dengan memberikan kode (simbol angka) pada jawaban responden sehingga data dapat tetap dipertanggungjawabkan.

4. Mengkode data

Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan pemeriksaan (diedit), maka langkah berikutnya adalah mengkode data berdasarkan buku kode yang telah disusun. Pada saat mengkode data ini, alat yang diperlukan adalah lembar kode (code sheet) untuk pengolahan dengan komputer atau kartu tabulasi dengan menggunakan kode sebagaimana yang ditetapkan buku kode.

Karena penelitian haya terdapat satu variabel, maka peneliti menggunakan jenis analisis data univariat. Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis analisis ini dilakukan untuk riset deskriptif. Tentunya hal ini sejalan dengan penelitian kali ini karena merupakan


(55)

penelitian deskriptif. Hasil penghitungan statistik ini nantinya merupakan dasar bagi penghitungan analisis berikutnya.21

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya. Beberapa jenis teknik yang termasuk kategori statistik deskriptif yang sering digunakan antara lain tabel (distribusi) frekuensi, tendensi sentral dan standar deviasi.22

Dalam menganalisis menggunakan statistik deskriptif, biasanya formula yang akan digunakan adalah mencakup keseluruhan atau setidaknya terdiri dari mode (digunakan untuk mencari kecenderungan), mean (rata-rata, juga yang digunakan untuk melihat kecenderungan umum), presentase (jumlah/frekuensi) dan standar devisiasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai cara mengkelompokkan variabel yang diteliti. Pengelompokkan variabel yang diteliti ini (misalnya, tinggi, sedang, rendah) dilakukan berdasarkan pada model distribusi normal. Untuk analisis deskriptif ini biasanya akan dipaparkan dalam bentuk tabel (baik berupa tabel frekuensi ataupun tabel silang/ cross tabulation).23

J. Uji Kualitas Instrumen 1. Validitas

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen penelitian akan mengukur apa yang ingin diukur. Mencakup sudah benarkah

21

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 168

22

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006)h. 169

23

Muhamad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Erlangga, 2009)h. 100


(56)

alat ukur tersebut dapat mengukur sifat objek yang diteliti atau mengukur sifat yang lain?

Elvinaro mengatakan bahwa validitas adalah keabsahan atau akurasi suatu alat ukur. Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur sesuatu.24 Beberapa langkah pengujian validitas menurut Arikunto adalah :

a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. b. Melakukan uji coba alat ukur tersebut pada sejumlah responden.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Selanujtnya mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

c. Lalu menghitung nilai korelasi antara data pada masing masing pertanyaan dan skor total.25

2. Reliabilitas

Realibilitas diartikan memiliki sifat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan realibel jika hasil pengukurannya relative konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti lainnya.26

Uji reliabilitas menggunakan teknik rumus Alpha dan dibantu fasilitas SPSS versi 19 for Windows. Menurut Sugiyono dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian, reliabilitas diukur dari korelasi positif dan signifikasi maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable.27

24

Elvinaro Ardiyanto, Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan

Kualitatif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2010) h. 188

25

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Media Group, 2006) h. 151

26

Rachmat Kriyantono, h. 143-144

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&B (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 274


(57)

K. Operasional Variabel

Variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.28

Pengertian operasional variabel, konstruk atau konsep adalah sama yang membedakannya konstruk dikhususkan pada suatu yang bisa diukur. Merubah suatu konsep yang abstrak/konkret menjadi konstruk disebut operasionalisasi konsep atau operasional variabel, sedangkan definisi operasional konsep itu sendiri adalah batasan dan ketegasan mengenai deskriptor dan indikator konsep yang akan diteliti itu, bisa diukur dan dihitung.29

Penelitian ini merupakan penelitian dengan satu variabel dan yang menjadi objek penelitiannya yaitu Citra WIN HT di benak khalayak melalui kedua tayangan kuis (Kuis Kebangsaan dan Kuis Indonesia Cerdas) dan tayangan reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI.

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&B (Bandung: Alfabeta, 2008) h. 38

29

Ir. Sofyan Siregar, M.M. , Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,2013) h. 10


(1)

Jika ingin mengganti jawaban, maka berilah coretan berupa satu garis mendatar pada kolom yang sebelumnya diberi tanda silang (X) dan berilah tanda silang (X) pada kolom lain, yang benar-benar menggambarkan diri anda

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Saya menyukai olahraga renang X

BAGIAN I

STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Variable Citra WIN HT yang terbentuk pada benak khalayak

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Dua kali dalam sehari, tayangan kuis kebangsaan muncul di RCTI.

2 WIN HT sangat bijaksana dengan mengadakan tayangan kuis Kebangsaan di RCTI dan Indonesia Cerdas di Global TV

3 WIN HT menggunakan kedua tayangan kuis tersebut dengan menggunakan frekuensi public lain untuk mengkampanyekan diri mereka sebagai Capres dan cawapres pada pilpres 2014

4 WIN HT menggunakan ke dua tayangan kuis tersebut untuk lebih memperkaya wawasan Bangsa mengenai pengetahuan tentang tanah airnya sendiri

5 Saya percaya bahwa WIN HT bertujuan untuk mengedukasi masyarakat melalui Kedua tayangan Kuis tersebut

6 Saya memperhatikan ketika tayangan kuis Indonesia Cerdas muncul di Global TV


(2)

Mimpi Indonesia di RCTI untuk menarik simpati publik 8 Setelah menyaksikan tayangan Mewujudkan Mimpi

Indonesia di RCTI saya mengetahui bahwa ini berkaitan dengan rencana Pencalonan WIN HT sebagai Capres dan Cawapres pada pilpres 2014

9 Tayangan reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia merupakan sarana untuk WIN HT demi menyejahterkan Masyarakat tertinggal dan rakyat kecil

10 Saya yakin WIN HT bertujuan untuk memakmurkan masyarakat seperti yang terdapat didalam tayangan reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

11 Saya yakin apa yang dilakukan WIN HT pada tayanagan reality show Mewujudka Mimpi Indonesia di RCTI akan percuma untuk menaikkan elektabilitas mereka

12 Karena kepeduliannya dan dapat berbaur dengan masyarakat bawah seperti yang terdapat dalam reality show Mewujudulan Mimpi Indonesia, kedua sosok ini layak didukung sebagai Capres dan Cawapres pada pilpres 2014 13 Saya yakin bahwa diluar tayangan Reality show

Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI ini, ke dua sosok ini yaitu WIN HT tidak terlihat seperti apa yang terlihat didalam tayangan ini

14 Saya simpati dengan apa yang dilakukan WIN HT pada tayangan relity show Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

15 Setelah menonton tayangan realityshow Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI ini, saya khawatir bahwa ini hanya pencitraan semata dan merupakan settingan belaka 16 Ditengah obrolan bersama teman, saya memmbicarakan


(3)

tayangan Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

17 tayangan relity show Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI, ini hanya sebagai bentuk alat pencitraan semata WIN HT

18 Saya mendukung WIN HT apabila pencalonan mereka sebagai Capres dan Cawapres terwujud, karena telah mengedukasi masyarakat melalui kedua tayangan Kuis WIN HT tersebut

19 Kuis Indonesia Cerdas di Global TV dan Kuis Kebangsaan di RCTI memberikan pertanyaan seputar ke Indonesiaan kepada para peserta kuis

20 Saya yakin bahwa ke dua kuis tersebut hanya akan percuma untuk menaikan elektabilitas mereka

21 Pengetahuan saya mengenai indonesia bertambah, setelah menonton kedua tayangan Kuis WIN HT tersebut

22 saya mengetahui bahwa ini hanya kampanye semata WIN HT, setelah menonton kedua tayangan Kuis WIN HT tersebut

23 WIN HT adalah sosok yang bijaksana, menyatu dengan rakyat dan bertujuan memakmurkan masyarakat seperti apa yang ada didalam tayangan Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

24 Setelah menonton kedua tayangan kuis tersebut, saya yakin bahwa WIN HT bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia agar lebih memperkaya ilmu pengetahuannya tentang Indonesia

25 Walaupun saya telah menonton kedua tayangan kuis tersebut, tetapi saya masih berpikir lagi untuk mendukung atau memilih WIN HT apabila mencalonkan diri sebagai Capres dan Cawapres


(4)

Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

27 Jumat sore adalah waktu tayang dari tayangan Reality Show Mewujudkaan Mimpi Indonesia di RCTI

28 Saya menyukai saat WIN HT mau di make over penampilannya seperti rakyat kecil dengan turun kejalan membaur dengan masyarakat kecil dan membantunya 29 WIN HT merupakan salah satu Capres Capres yang harus

saya pilih karena telah berusaha mengedukasi masyarakat dengan mengadakan kedua tayangan kuis tersebut

30 Saya mengetahui Indonesia secara lebih luas, karena telah terdukasi setelah menonton kedua tayangan kuis tersebut 31 Saya membicarakan reality show Mewujudkan Mimpi

Indonesia di RCTI dengan teman bicara saya

32 Saya menyukai sosok WIN HT karena mau berbaur dan membantu sesama dan kaum kecil

33 Saya lebih tergerak untuk membantu sesama dilingkungan sekitar karena terinspirasi oleh apa yang dilakukan WIN HT pada tayangan realityshow Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI

34 Setelah menonton reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI, hati saya tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh WIN HT pada tayangan tersebut

35 Setelah melihat apa yang dilakukan WIN HT dalam tayangan Mewujudkan Mimpi Indonesia, saya ingin lebih berpartisipasi dalam mendukung apabila pencalonan WIN HT sebagai Capres dan cawapres terwujud

36 Setelah menyaksikan ke dua tayangan Kuis tersebut saya mengetahui bahwa WIN HT adalah bakal calon Capres dan Cawapres pada pilpres 2014


(5)

37 Apa yang dilakukan oleh WIN HT dalam Tayngan Mewujudkan Mimpi Indonesia di RCTI membuat saya yakin akan kemampuannya untuk mewujudkan Mimpi Indonesia

38 Saya kesal karena kedua kuis tersebut didalamnya mengandung unsur2 kampanye, dan tidak semata mata untuk mengedukasi masyarakat.

39 Kedua kuis tersebut sering menjadi bahan obrolan, bercandaan bahkan ejekan saya ketika sedang dengan teman teman, karena konsepnya yg mengandung unsur kampanye dan pencitraan.


(6)

Dokumen yang terkait

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

REPRESENTASI STATUS SOSIAL MASYARAKAT DALAM TAYANGAN REALITY SHOW "JIKA AKU MENJADI"

0 2 129

Kemiskinan Dalam Tayangan Charity Reality Show Di Indonesia.

0 0 2

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 0 14

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 1 2

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 0 13

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 0 42

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 0 3

Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 Di Rcti)

0 0 19