Tanggung Jawab Penerbit Surat Berharga Negara

SBSN danatau Barang Milik Negara yang memilikinilai ekonomis, berupa tanah dan atau bangunan maupun selain tanah dan atas bangunan yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN. 142 Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada saat pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang diperhiitungkan sebagai bagian dari nilai bersih maksimal SBN yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. Persetujuan tersebut didahului dengan mengajukan rencana penerbitan dan pelunasan danatau pembelian kembali yang disampaikan nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, kepada DPR yang dalam hal ini adalah alat kelengkapan DPR yang membidangi keuangan, untuk mendapatkan persetujuan. Adapun barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 143

C. Tanggung Jawab Penerbit Surat Berharga Negara

Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah bisnis yang tidak dapat diprediksi dan beresiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan yang sama dengan produk nasional bruto GNP beda halnya dengan pengeluaran konsumsi yang dapat memengaruhi nilai produk nasional bruto GNP. Investasi merupakan aktiivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah. 144 142 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. 143 Pasal 8 ayat 1 dan Penjelasan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentangg Surat Berharga Syariah Negara . 144 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Edisi Kedua, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Hlm.294 Universitas Sumatera Utara Resiko investasi bentuknya bisa bermacam-macam, baik disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari produk investasi tersebut. Setiap tindakan. Beberapa resiko investasi yaitu: 145 1. Resiko Sistematis Resiko sistematis atau resiko yang sering disebut resiko pasar ini adalah resiko yang timbul akibat dampak dari suatu kejadian terbaru current event yang sangat berpengaruh terhadap pasar. Resiko pasar ini bisa datang dari berbagai macam kejadian, mulai dari kondisi politik, sosial maupun terutama ekonomi. Resiko ini disebut resiko pasar karena resiko ini bisa dirasakan dampaknya oleh semua peserta pasar. Resiko ini bisa datang dari dalam negeri resiko domestik maupun dari luar negeri resiko internasional. 2. Resiko Tidak Sistematis Untuk bisa mengendalikan resiko adalah salah satunya dengan cara menghindarinya, artinya menghindari dengan benar-benar tidak melakukan investasi pada instrumen investasi yang mengandung resiko tersebut, tetapi bukan berarti juga tidak boleh menginvestasikan uang kita pada seluruh instrumen investasi yang memiliki resiko. Justru dengan menghindari instrumen investasi tertentu yang mempunyai resiko tertentu pula, maka harus mencari ganti instrumen investasi lain yang tidak memilliki resiko yang tidak diinginkan. 3. Resiko Inflasi 145 Saswidji Widoatmodjo, “Pasar Modal Indonesia”, Pengantar dan Studi Kasus, Seri Akademis, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hlm.146 Universitas Sumatera Utara Resiko inflasi menyebabkan penurunan daya beli atas penghasilan yang diperoleh investor. Jadi inflasi bisa menyebabkan menurunnya daya beli atau popular dengan sebutan penurunan penghasilan riil. 4. Resiko Suku Bunga Interest Rate Risk Resiko suku bunga yang tergolong resiko sistematis ini timbul akibat adanya perubahan suku bunga secara umum. Secara umum dapat diartikan sebagai suku bunga perbankan, misalnya suku bunga deposito. Tetapi sebenarnya yang memiliki otoritas mengubah suku bunga secara umum adalah bank sentral yaitu BI. 5. Resiko Nilai Tukar Exchange Rate Risk Resiko nilai tukar timbul sebagai akibat adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu Negara terhadap mata uang Negara lain. 6. Resiko Negara Country Risk Resiko Negara muncul akibat perubahan yang terjadi pada Negara dimana investor melakukan investasi. Tentu saja perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bisa menimbulkan penurunan penghasilan. Perubahan yang berpotensi menurunkan penghasilan investor di antaranya adalah stabilitas pemerintahan, misalnya perebutan kekuasaan, kinerja ekonomi, misalnya sedang terjadi penurunan pendapatan perkapita, perubahan sosial misalnya meningkatnya kriminalitas, perubahan standar akuntansi dan hukum. Universitas Sumatera Utara 7. Resiko Likuiditas Liquidity Risk Yaitu resiko yang disebabkan oleh kesulitan atau bisa juga kegagalan dalam membeli atau menjual instrumen investasi. Jadi dalam hal investor menghadapi resiko likuiditas, investor tersebut tidak selalu bisa dengan segera membeli atau menjual “barang” yang dikehendaki. 8. Resiko Gagal Bayar Default Risk Adanya kemungkinan emiten penerbit surat berharga tidak bisa membayar bunga yang telah dijanjikan atau membayar pokok pinjaman sesuai jatuuh tempo. Dengan demikian, yang memiliki resiko ini adalah investor obligasi atau surat utang lainnya. Resiko kegagalan membayar termasuk resiko yang dapat dihindari. 9. Resiko Gagal Eksekusi Expiration Risk Bila investor tidak bisa melakukan eksekusi pada waktu yang telah ditentukan. Yang paling banyak menghadapi resiko ini adalah investor waran dan opsi. Penjaminan dari sudut hukum perdata sangat erat kaitannya dengan sebuah penanggungan. Pada dasarnya, suatu penanggungan merupakan persetujuan, bahwa untuk kepentingan dari kreditor seseorang atau pihak ketiga berjanji dan mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitor manakah debitor tidak memenuhi kewajiban- kewajibannya kepada kreditor. 146 Dengan perkataan lain, diadakannya sebuah penanggungan untuk lebih meyakinkan dan memperkuat kedudukan kreditur manakala pada saatnya debitor tidak dapat menunaikan kewajiban-kewajibannya. 147 1. Pada Surat Utang Negara 146 Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm.164 . 147 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-2 Bandung: Alumni, 1986, hlm.315. Universitas Sumatera Utara Jaminan pemerintah kepada pasar untuk membayar semua kewajiban pokokdan bunga utang yang timbul akibat penerbitan SUN. Dilakukan dengan cara: 148 a. Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok setiap Surat Utang Negara pada saat jatuh tempo. b. Dana untuk membayar bunga dan pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Kemudian, Menteri wajib secara berkala memublikasikan informasi tentang kebijakan pengelolaan utang dan rencana penerbitan Surat Utang Negara yang meliputi perkiraan jumlah dan jadwal waktu penerbitan serta jumlah Surat Utang Negara yang beredar beserta komposisinya, termasuk jenis valuta, struktur jatuh tempo dan tingkat bunga. 149 2. Pada Surat Berharga Syariah Negara Pada Pasal 9 ayat 2 UU SBSN dijelaskan bahwaPemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiapSBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan akad Penerbitan SBSN. Keberadaan jaminan dari pihak Pemerintah dalam Undang-Undang, pada dasarnya ditujukan agar surat berharga syariah Negara lebih diminati oleh masyarakat. Pemerintah agar para pemegang SBSN tersebut merasa terjamin keberadaan asetnya tersebut. Oleh karena itu dibuatlah klausula jaminan dari Pemerintah agar keberadaan SBSN dan pemerintah wajib membayar Imbalan dan Nilai nominal setiap SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan dalam akad penerbitan SBSN. Dana untuk membayar Imbalan 148 Pasal 4 UU No 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. 149 Pasal 17 UU No 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Universitas Sumatera Utara dan Nilai Nominal disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Dalam pembayaran kewajiban Imbalan dan Nilai Nominal dimaksud melebihi perkiraan dana, maka pemerintah melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dan semua kewajiban-kewajiban tersebut dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. 150 D. Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara oleh Lembaga Jasa Keuangan Non- BankBerdasarkan POJK NO. 1POJK.52016 Melihat semakin berkembangnya instrumen investasi di pasar modal dan perlunya evaluasi atas penempatan investasiyang telah dilakukan LKBB, dengan melakukan penempatan investasi pada obligasi danatau sukuk yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara danatau Badan Usaha Milik Daerah, yang penggunaannya untuk pembiayaan infrastruktur menjadi bagian dari pemenuhan batas minimum yang dipersyaratkan. Peraturan OJK No. 1POJK.052016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank merupakan dasar hukum dalam mengatur kewajiban lembaga jasa keuangan non-bank untuk melakukan penempatan investasi yang aman dan sesuai dengan karakteristik liabilitas lembaga jasa keuangan non-bank yang bersifat jangka panjang serta mendorong peranan investor domestik agar berperan dalam pembiayaan pembangunan nasional. Dan juga agar dapat lebih mendorong 150 Pasal 9 ayat 2,3,4 dan 5 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Universitas Sumatera Utara peranan investor dalam pembangunan nasional dan mengakomodasi dinamika dan harapan lembaga jasa keuangan non-bank serta mempertimbangkan pemenuhan batasan investasi khusus pada investasi SBN. Adanya pembatasan investasi oleh LKBB dengan adanya ketentuan minimal dari aset keuangan yang dikelola oleh pengurus perusahaan dalam LKBB tersebut guna dalam tujuan membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi terlebih berinvestasi di SBN itu lebih aman, dan kondisi saat ini berdasarkan outlook manajer investasi, SBN pemerintah Indonesia tahun ini masih sangat bagus jika dibandingkan dengan surat berharga negara-negara lainnya terutama di Jepang sudah negatif. 151 Lembaga jasa keuangan non-bank wajib menempatkan investasi pada SBN, dengan ketentuan sebagai berikut: Dan karena adanya bentuk kegiatan investasi lain yang dilakukan LKBB maka pembatasan ini sangat diperlukan untuk menyelarasakan dalam memiliki acuan yang sama pada semua LKBB dalam berinvestasi pada SBN. 152 1. bagi perusahaan asuransi jiwa termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah, paling rendah 30 tiga puluh persen dari seluruh jumlah investasi perusahaan; 2. bagi perusahaan asuransi umum dan perusahaan reasuransi termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah, paling rendah 20 dua puluh persen dari seluruh jumlah investasi perusahaan; 151 http:Aturan Investasi Minimal SBN Resahkan Asuransi - Industry News _ Berita Industri.html diakses 16 Juli 2016 152 Pasal 2 ayat 1 POJK No.1POJK.052016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Universitas Sumatera Utara 3. bagi lembaga penjaminan termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah, paling rendah 20 dua puluh persen dari seluruh jumlah investasi lembaga penjaminan; 4. bagi dana pensiun pemberi kerja paling rendah 30 tiga puluh persen dari seluruh jumlah investasi dana pensiun pemberi kerja; 5. bagi BPJS Ketenagakerjaan: a. paling rendah 50 lima puluh persen dari seluruh jumlah investasi Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan; dan b. paling rendah 30 tiga puluh persen dari seluruh jumlah investasi BPJS Ketenagakerjaan; 6. bagi BPJS Kesehatan paling rendah 30 tiga puluh persen dari seluruh jumlah investasi BPJS Kesehatan; Penempatan investasi pada SBN bagi perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a tidak memperhitungkan investasi yang bersumber dari produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi yang pilihan komposisi investasinya ditentukan oleh pemegang polis atau peserta. 153 Penempatan investasi pada SBNbagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bankyang telah beroperasi sebelum Peraturan OJK ini diundangkan, wajib memenuhi tahapan: 154 1. bagi perusahaan asuransi jiwa termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah dan dana pensiun pemberi kerja adalah: 153 Pasal 2 ayat 2 POJK No.1POJK.052016tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. 154 Pasal 3 POJK No.1POJK.052016tentang Investasi Surat BerhargaNegara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Universitas Sumatera Utara a. paling rendah 20 dua puluh persen dari seluruh jumlah investasi paling lambat 31 Desember 2016; dan b. paling rendah 30 tiga puluh persen dari seluruh jumlah investasi paling lambat 31 Desember 2017; 2. bagi perusahaan asuransi umum, perusahaan reasuransi, dan lembaga penjaminan termasuk yang menyelenggarakan seluruh atau sebagian usahanya dengan prinsip syariah, adalah: a. paling rendah 10 sepuluh persen dari seluruh jumlah investasi paling lambat 31 Desember 2016; dan b. paling rendah 20 dua puluh persen dari seluruh jumlah investasi paling lambat 31 Desember 2017; 3. bagi BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan paling lambat 31 Desember 2016. Perhitungan penempatan investasi pada SBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 termasuk kepemilikan SBN oleh LKBB melalui reksadana. 155 Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang tidak memenuhi ketentuan di atas, dikenakan sanksi administratif berupa: 156 1. peringatan tertulis; 2. penilaian kembali kemampuan dan kepatutan bagi pengendali, direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan dewan komisaris pada LKBB; danatau 155 Pasal 4 POJK No.1POJK.052016tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. 156 Pasal 5 POJK ayat 1 No.1POJK.052016tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Universitas Sumatera Utara 3. larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, danatau jabatan eksekutif di bawah direksi, atau yang setara dengan pemegang saham, direksi, danatau dewan komisaris pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, pemegang saham, pengendali, direksi, danatau dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham, direksi, danatau dewan komisaris pada LKBB. Kemudian sanksi peringatan secara tertulis paling banyak 3 tiga kali berturut-turut dengan jangka waktu paling lama masing-masing 60 enam puluh hari sejak surat peringatan tertulis ditetapkan. 157 E. Peran OJK dalam Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Pengawasan terhadap pelaku jasa keuangan bidang pasar modal yang juga sebagai wujud dalam melindungi konsumen yang dilakukan oleh OJK dimana OJK meminta data dan informasi berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan perlindungan konsumen dari pelaku usaha jasa keuangan bidang pasar modal. 158 Regulator dan supervisi sektor keuangan yang kuat merupakan faktor yang sangat krusial dalam rangka mengimbangi perkembangan sektor keuangan tersebut. Sektor keuangan merupakan sentrum dalam sebuah sistem perekonomian, sehingga kegagalan dalam mengelola sektor keuangan dapat melemahkan kinerja seluruh sistem perekonomian. Regulator dan pengawasan sektor keuangan juga menempati posisi penting dalam rangka mengantisipasi potensi pelanggaran yang mungkin saja dilakukan 157 Pasal 5 ayat 2 POJK No.1POJK.052016tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. 158 Pasal 52 POJK Nomor 1POJK.072013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Universitas Sumatera Utara oleh lembaga keuangan. Inovasi yang dilakukan seringkali berpotensi melanggar ketentuan yang berlaku karena desakan kompetisi yang begitu ketat. Kewenangan OJK di bidang pengaturan diperlukan dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan baik yang diatur dalam UU OJK maupun UU Sektor Jasa Keuangan Lainnya, sedangkan dalam melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai beberapa wewenang antara lain melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain. 159 Pelaksanaan penyidikan pasar modal, berdasarkan Pasal 68 UU OJK dimana sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, pemeriksaan danatau penyidikan yang sedang dilakukan oleh Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 160 Kewenangan yang dimiliki OJK inimerupakan kewenangan yang diambil alih dari kewenangan yang sebelumnyadimiliki oleh Bapepam-LK. Pembaruan pengaturan Berdasarkan UU OJK, penyidikan seluruh kejahatan di bidang keuangan dilakukan oleh penyidik OJK, meskipun tidak mengurangi kewenangan penyidikan yang ada di tangan kepolisian. Ketentuan seperti ini sebelumnya hanya berlaku untuk kejahatan di pasar modal, sedangkan kejahatan di sektor keuangan lainnya merupakan kewenangan kepolisian. Tidak dimilikinya kewenangan penyidikan bagi pengawas bank mempengaruhi efektifitas dalam menjalankan tugas pengawasan bank. Seringkali pengawas “kewalahan” menghadapi pengurus bank yang tidak kooperatif dan nakal. Dengan kewenangan penyidikan yang dimiliki oleh OJK diharapkan penanganan seluruh kejahatan di sektor keuangan dapat dilakukan oleh satu institusi yaitu OJK. 159 http:ekonomi.kompasiana.combisnis20121108awal-2013-tampil-lembagasuperotoritas- jasa-keuangan-ojk-506792.html diakses tgl 6 Juni 2016 160 http:yudisamara.org20140103otoritas-jasa-keuangan diakses tgl 6 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara dalam pengawasandanpengaturan kegiatan jasa keuangan ini tidak hanya dimaksudkan untukmenggantikan kedudukan Bapepam-LK dalam melakukan pengawasan terhadapkegiatan pasar modal, namun juga memberikan kewenangan terhadap OJK yangsifatnya lintas sektoral di sektor jasa keuangan. 161 Otoritas Jasa Keuagan apabila mendapatiLKBB tidak memenuhi ketentuan dalam hal kegiatan investasi surat berharga negara Peraturan OJK No.1POJK.052016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, dikenakan sanksi administratif berupa: 162 1. peringatan tertulis; 2. penilaian kembali kemampuan dan kepatutan bagi pengendali, direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi dan dewan komisaris pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank; danatau 3. larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, danatau jabatan eksekutif di bawah direksi, atau yang setara dengan pemegang saham, direksi, danatau dewan komisaris pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank, pemegang saham, pengendali, direksi, danatau dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham, direksi, danatau dewan komisaris pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank; 4. Sanksi peringatan diberikan secara tertulis paling banyak 3 tiga kali berturut-turut dengan jangka waktu paling lama masing-masing 60 enam puluh hari sejak surat peringatan tertulis ditetapkan; 161 Vicky Ho, Juajir Sumardi, Muhammad Ashri, Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penanganan Kejahatan Manipulasi Pasar Di Pasar Modal, Program Magister Ilmu Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. 2010. 162 Pasal 5 Peraturan OJK No.1POJK.052016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Universitas Sumatera Utara Ada tiga strategi yang disebutkan OJK untuk mendorong pertumbuhan pasar modal di Indonesia, yaitu: 163 1. Pendalaman pasar market deepening dengan menambah likuditas di pasarserta jumlah emiten. upaya yang dilakukan OJK saat ini yakni denganmelakukan pendalaman pasar market deepening. Hal itu merupakan salahsatu aspek terpenting untuk menjaga pasar keuangan. Market deepeningdilakukan dengan menambah likuiditas di pasar dan tingkatkan jumlah emiten,basis investor, jenis produk, infrastruktur yang memadai, serta perkembangan pasar utang dan sukuk. 2. Market integrity yang disiapkan untuk membuat pelaku pasar lebih kompetitif dengan infrastruktur memadai. Infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah karena infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara. Ketersediaan infrastruktur juga sangat menentukan tingkat keefisienan dan keefektifan kegiatan ekonomi serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian berjalan dengan baik. 3. Otoritas Jasa Keuangan akan berupaya menegakan hukum law enforcement untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pasar. OJK resmi memegang pengawasan atas pasar modal dan lembaga keuangannon-bank. Peralihan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasar modal Indonesia. Strategi untuk meningkatkan investasi pasar modal diantaranya, melakukan pendalaman pasar untuk meningkatkan likuiditasnya, membuat aturan-aturan baru, integrasi pasar 163 Tim Kerjasama Penelitian FEB UGM dan FE UI, “Alternatif Struktur OJK Yang Optimum: Kajian Akademik”, Melalui http:xa. yimg.comkqgroups 240631102095520493name KajiAkademik OJK-UI-UGMversi+230810.pdf, diakses pada 10 September 2014. Universitas Sumatera Utara untuk membuat pelaku pasar modal lebih kompetitif dan meningkatkan pengawasan agar kualitas dan kuantitas. Dengan tiga strategi itu, diharapkan tidak akan ada banyak pelanggaran dan investor menjadi lebih aman. Tugas Otoritas Jasa Keuangan akan bertambah dengan menggantikan peran Bank Indonesia BI untuk mengawasi lembaga perbankan. OJK akan menjadi otoritas baru pengawasan sektor keuangan Indonesia. Sebelumnya, otoritas pengawas sektor keuangan terbagi dua, yakni Bank Indonesia selaku pengawas perbankan dan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Bapepam-LK sebagai pengawas lembaga keuangan non-bank yang kemudian berganti menjadi OJK. Agar lembaga ini kredibel, OJK diharapkan pelakuindustri keuangan mengupayakan beberapa langkah: 164 1. Menerapkan secara konsisten prudential regulation yang berlaku secara internasional. 2. Meregulasi instrumen keuangan dan pasarnya, bukan hanya institusinya. 3. Mengembangkan transparansi dan membangun pendukung untuk menciptakan market discipline. Kehadiran OJK diharapkan membangun industrikeuangan yang sehat, yakni stabil, kuat dan efisien. Mempunyai daya tahan terhadap gejolak, terutama akibat faktor eksternal. OJK dibentuk dengan konsep form follows function bentuk mengikuti fungsi menjadi dasar filosofi modernisme, untuk itu kehadiran OJK sangat diharapkan dapat membangun industri keuangan yang sehat, stabil, kuat dan efisien. 165 164 Ibid. 165 http:pasardana.com2013-ojk-menjadi-pengawas-pasar-modal diakses tgl 4 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara Pasar modal capital market merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang obligasi, sekuritas saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain misalnya pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan terkait lainnya. Secara umum, regulasi atau peraturan OJK itu harus meliputi beberapa sasaran, yaitu sebagai berikut: 166 1. Melindungi investor untuk membangun krepercayaan terhadap pasar. 2. Memastikan bahwa pasar yang terbentu adalah pasar yang fair, efisien, dan transparan. 3. Mengurangi risiko sistemik. 4. Melindungi lembaga keuangan dari penyalahgunaan atau malpraktek dari konsumen seperti money Laundering. 5. Menjaga kepercayaan konsumen dalam sistim keuangan. Otoritas Jasa Keuangan akan menjadi satu-satunya regulator bidang jasa keuangan. Artinya ada kemungkinan fungsi pengawasan lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan dan pasar modal akan dikoordinir di bawah satu atap. 167 166 http:infomoneter.comstruktur-regulasi-independensi-otoritas-jasa-keuangan diakses tgl 4 Juni 2016 167 http:nustaffsite.gunadarma.ac.idblogtoswari20090622peran-otoritas-jasa-keuangan- ojkdan-bi diakses tgl 5 Juni 2016 Untuk itu, fungsi OJK sebagai regulator adalah menyelenggarakan sistim pengaturan dan pengawasan audit yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa Universitas Sumatera Utara keuangan. Berdasarkan itu, seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan tunduk pada sistim pengaturan dan pengawasan OJK. Seperti sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Tugas Pengawas Pasar Modal oleh OJK yaitu membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut OJK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 168 1. Penyusunan peraturan di bidang pasar modal. 2. Penegakan peraturan di bidang pasar modal. 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di pasar modal. 4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan perusahaan publik. 5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek, kliring dan penjaminan, dan lembaga penyimpanan dan penyelesaian. 6. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal. 7. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan. 8. Pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 168 http:jaringnews.compolitik-peristiwaopini53732catatan-ekonomi-akhirtahunranjau-ranjau- ojk diakses tgl 5 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara 9. Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga keuangan. 10. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan. 11. Pelaksanaan tata usaha Badan. Terdapat beberapa program prioritas yang menjadi perhatian OJK dalam mengembangkan pasar modal Indonesia, yaitu: 169 1. Meningkatkan partisipasi dunia usaha dan masyarakat di pasar modal, dari sisi supply untuk mendorong semakin banyak perusahaan yang menghimpun dana melalui pasar modal. Untuk itu, akan disederhanakan persyaratan penawaran umum bagi usaha kecil dan menengah, mengembangkan e-registration dalam rangka penawaran umum dan mengkaji pelaksanaan self registration untuk saham. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan terus berupaya mendukung penuh upaya pengembangan produk-produk investasi yang diinisiasi oleh pelaku industri, termasuk berbasis syariah. 2. Peningkatan efektivitas pengawasan dan penegakan hukum. OJK akan meningkatkan kualitas pengawasan atas para pelaku pasar modal dan menerapkan sistem pelaporan berbasis elektronik untuk emiten dan perusahaan publik. 3. Meningkatkan infrastruktur di pasar modal sehingga kenyamanan dalam beraktivitas di pasar modal semakin tinggi. F. Perlindungan Hukum terhadap Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank 169 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, JURNAL KONSTITUSI, Volume 6, Nomor 2 Jakarta: 2009, Hlm. 167. Universitas Sumatera Utara Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan mengenai suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.Suatu perjanjian merupakan peristiwa seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 170 Adanya perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah dengan investor melalui sarana SBSN, investor mempunyai hak tagih kepada pemerintah sebagai debitor pada saat angsuran pokok maupun pembagian hasil sudah jatuh tempo. Tagihan yang diwujudkan dalam bentuk surat berharga, akta atau kertas tagihan maupun catatan elektronis mengenai adanya tagihan tersebut memberikan legitimasi kepada pemegangnya sebagai pemilik. Setiap penerbitan SBN terkandung di dalamnya perjanjian yang menciptakan hak dan kewajiban bagi mereka yang terlibat dalam perjanjian dimaksud. Perjanjian tersebut tercipta di antara pemerintah sebagai penerbitan SBN maupun melalui perusahaan penerbit SBN dengan pemegang SBN sebagai investor. Perjanjian antara pemerintah dengan investor tersebut dapat dipersamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara seorang yang berutang debitor dengan seorang atau beberapa orang yang berpiutang kreditor. Pada saat terjadi penerbitan SBN di pasar perdana dan pasar sekunder, Pemerintah mengakui berutangmeminjam uang dariinvestor yang menjadi kreditor melalui mekanisme lelang danatau tanpa lelang, mengikuti aturan yang ada di pasar modal. 171 Selanjutnya adanya perjanjian perwaliamanatan yang merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara penerbit SBN dengan wali amanat yang mewakili 170 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-19, Jakarta: Intermasa, 2002, hlm.1 171 Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie Percampuran Hutang, Cetakan Kedua, Bandung: Alumni,1999, hlm.2 Universitas Sumatera Utara kepentingan pemegang SBN. Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan. 172 Wali amanat dapat mewakili kepentingan para pemegang efek bersifat hutang tersebut, secara independen, ditetapkan bank umum sebagai pihak yang dapat menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan, karena mempunyai usaha yang sangat luas. Tetapi sebagai antisipasi terhadap perkembangan pasar modal, dimungkinkan pihak lain, selain bank umum, melakukan kegiatan sebagai wali amanat berdasarkan peraturan pemerintah. 173 Kewajiban pemenuhan pembayaran utang yang lahir dari penerbitan SBN berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan menurut Pasal 1131 KUHPerdata dijamin oleh seluruh harta kekayaan emiten penerbit. Selain itu wali amanat dalam hal tidak ada jaminan kebendaan, Wali amanat merupakan pemegang hak gugatan perorangan dan satu-satunya pelaksana hak gugatan yang dimiliki seluruh investor pemegang SBN. Dalam hal ini, benda yang dimiliki Wali amanat adalah hak gugatan perorangan yang kewenangannya berdasarkan UUPM dan perjanjian Perwaliamanatan diserahkan kepada Wali amanat. Tidak ada seorang investor pun yang melakasanakan hak gugatan perorangan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, investor pemegang SBN tidaklah dapat secara langsung berhubungan dengan emiten Menteri menunjuk langsung pihak lain sebagai wali amanat, dalam hal SBSN diterbitkan langsung oleh pemerintah. Perusahaan penerbit SBSN bertindak sebagai wali amanat bagi pemegang SBSN, dalam hal SBSN diterbitkan oleh perusahaan penerbit SBSN. Perusahaan penerbit SBSN dapat menunjuk pihak lain dengan persetujuan Menteri untuk membantu melaksanakan fungsi wali amanat. 172 Pasal 17 Undang-Undang NO.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 173 M. Irsan Nasaruddin Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hlm. 77 Universitas Sumatera Utara penerbit, oleh karena setiap investor pemegang SBN hanyalah memiliki bagian-bagian dari surat utang global yang diwakili oleh wali amanat. Setiap tindakan investor pemegang SBN adalah tindakan bersama dari seluruh investor pemegang SBSN tersebut, yang dilaksanakan oleh Wali amanat berdasarkan pada perintah atau amanat Rapat Umum Pemegang SBN. Selama dansepanjang wali amanat melaksanakan tugas dan kewajibannya kepada investor dan hak-haknya terhadap pemerintah, maka seluruh hak dan kepentingan investor pemegang SBN akan terlindungi dalam hukum. Perlindungan dalan bentuk jaminan pemenuhan pembayaran SBN sebagai utang akan lebih terjamin, manakala SBSN tersebut dijamin dengan suatu penanggungan utang menurut Pasal 1820 KUHPerdata dengan pelepasan hak istimewa atau jaminan pembayaran menurut Pasal 1316 KUHPerdata, atau pemberian jeminan kebendaan. Walaupun sulit dibayangkan, pemerintah akan menolak membayar kembali para pemegang SBSN, mengingat perbuatan ini pasti akan menurunkan kepercayaan publik kepada SBSN, sebab salah satu yang membuat banyak investor tertarik membeli SBSN adalah kepastian pembayaran kembali oleh negara. UU SBSN sudah mengatur bahwa dana untuk mebayar pemegang SBSN akan disediakan dalam APBN setiap tahunnya sampai berakhirnya kewajiban pembayaran tersebut. Sekecil apapun resiko gagal bayar dan penolakan pemerintah untuk melakukan pembayaran tetap ada. Apalagi sudah ada perkara dimana pemerintah pasang badan dan menolak pembayaran kewajibannya berdasarkan perintah pengadilan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.07Pdt.GPN.SBY tanggal 14 September 1999 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur No.112BPDT2000PT.SBY tanggal 6 Juni 2000 jo.Putusan Kasasi Mahkamah Agung No.3939KPDT2001 tanggal 24 Januari Universitas Sumatera Utara 2003 jo. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No.161 PKPDT2004 tanggal 31 Januari 2007. 174 Pengadilan dapat memeberi perintah kepada pemerintah untuk memasukkan uang pembayaran di dalam APBN atau menjual danatau melelang sendiri aset-aset yang dijaminkan tersebut. Sekiranya pemerintah tetap menolak melakukannya, maka pengadilan dapat melakukan penyitaan dan melelang aset-aset tersebut. Ketentuan seperti ini dapat menjamin supremasi putusan pengadilan terhadap pemerintah, bahwa pengadilan memepunyai kedudukan yang seimbang dengan eksekutif dan bernegara. Seandainya pemerintah dibiarkan tidak tunduk pada putusan pengadilan, hal ini tentu akan merusak tatanan hukum yang ada dan menjadi preseden buruk bagi kehidupan bernegara. Dalam cakupanlebih luas, ketentuan seperti ini dapat melindungi semua warga negara terhadap tirani negara. Bahwa semua orang memilikikedudukan yang sama dalam hukum, termasuk negara itu sendiri. Memang benar, negara membuat peraturan perundang-undangan, namun setelah peraturan perundang-undangan itu berlaku, maka negara akan menjadi pihak yang tunduk kepadanya. Demikian pula terhadap putusan lembaga pengadilan yang bersumber dari konstitusi sendiri. 175 174 Hendra Setiawan Boen, Aset Penjaminan SBSN Dan UU Kebendaan Negara, http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=21664cl=Kolom Diakses pada Tanggal 15 Juli 20106 175 Ibid. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Pengaruh Kredit, Surat-Surat Berharga, Penempatan Dana Pada Bank Lain, Penyertaan Modal Pada Lembaga Keuangan Non Bank Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010

0 42 88

nalisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

4 56 136

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat Dari Kepailitan

1 48 116

Analisis Pembiayaan Defisit APBN : Peranan Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

0 0 6

Pertanggungjawaban Hukum Pihak Bank atas Hilangnya Dokumen Agunan Nasabah Ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

1 4 41

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN BARANG MILIK NEGARA (BMN) DALAM PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA IJARAH DALAM ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA.

0 1 1

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 2 9

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 0 1

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 0 6