Pihak-Pihak dalam Penerbitan Surat Berharga Negara

B. Pihak-Pihak dalam Penerbitan Surat Berharga Negara

1. Pada Surat Utang Negara Kewenangan menerbitkan surat utang negara untuk tujuan sebagaimana dilaksanakan oleh menteri yakni menteri keuangan yang mana terlebih dahulu harus berkonsultasi dengan Bank Indonesia.. 133 a. Dewan Perwakilaan Rakyat Pihak-pihak sebagai pelaksana dalam penerbitan SUN adalah: Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada saat pengesahan APBN yang diperhitungkan sebagai bagian dari Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. b. Menteri Keuangan Menteri berwenang menetapkan komposisi SBN dalam rupiah maupun valuta asing, serta menetapkan komposisi SBN dalam bentuk SUN maupun SBSN dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin penerbitan Surat berharga Negara secara hati-hati. Dalam hal-hal tertentu, SUN dapat diterbitkan melebihi Nilai Bersih Maksimal yang telah disetujui dewan perwakilan Rakyat, yang selanjutnya dilaporkan sebagai Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danatau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran tahun yang bersangkutan. Pada dasarnya SUN dapat diterbitkan dengan dua cara yaitu melalui lelang atau tanpa lelang. Penerbitan yang dilakukan melalui lelang memiliki beberapa metode yaitu: 134 133 Pasal 5 UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara Universitas Sumatera Utara a. Lelang dengan metode harga beragam multiple price, yakni pemenang lelang membayar kepada Pemerintah sesuai harga penawarannya masing-masing. b. Lelang dengan metode harga seragam uniform price yakni seluruh pemenang lelang membayar pada harga yang sama, yang dapat ditetapkan atas dasar harga terendah dari penawaran yang dimenangkan. Untuk penerbitan tanpa lelang, metode yang dipakai Pemerintah ialah: 135 a. Bookbuilding, ialah proses pengumpulan dan pemutakhiran data pemesanan pembelian pada volume dan harga tertentu oleh investor, atas surat utang yang ditawarkan. Proses pemesanan ini berlangsung selama periode tertentu masa penawaran dimana dalam masa tersebut pemesaninvestor dapat mengubah baik volume maupun harga surat utang yang akan dibeli, sesuai dengan perkembangan terakhir. Setelah masa penawaran berakhir, Pemerintah beserta agen penjual akan menentukan harga akhir yang optimal dan melakukan penjatahanalokasi perolehan atas surat utang yang ditawarkan. b. Private placement, yaitu Pemerintah melakukan penempatan langsung kepada investor tertentu sesuai kesepakatan. Terbitnya SUN pada saat rekapitalisasi perbankan dahulu dan penerbitan obligasi Negara baru pengganti HB yang jatuh tempo merupakan contoh penerbitan SUN tanpa lelang dengan metode private placement. Lelang SUN dilakukan dengan cara mengajukan penawaran pembelian kompetitif danatau cara nonkompetitif. Penawaran pembelian kompetitif adalah pengajuan penawaran pembelian dengan mencantumkan volume dan tingkat Imbal hasil 134 Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, Jakarta: Gramedia, 2003, hlm. 53. 135 Ibid. Hlm. 55. Universitas Sumatera Utara yield yang diinginkan penawar atau dengan mencantumkan volume dan hargayang diinginkan penawar, sedangkan penawaran tanpa mencantumkan tingkat imbal hasil maupun harga itulah yang disebut penawaran pembelian nonkompetitif. Ketentuannya adalah sebagai berikut: 136 Selain penjualan dilaksanakan pada pasar perdana dalam negeri, juga dilakukan kegiatan penawaran dan penjualan SUN dalam valuta asing Pasar Perdana Internasional secara langsung oleh pemerintah atau melalui agen penjual. Terdapat 2 Apabila telah ditetapkan hasil lelang, maka pemenang harus bertanggung jawab terhadap setelmen 1 seluruh penawaran pada tanggal setelmen. Setelmennya adalah 2 dua hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang untuk SPN, dan 5 lima hari kerja untuk Obligasi Negara. Penjualan SUN juga dapat dilakukan tanpa lelang pada pasar perdana dalam negeri, oleh Menteri Keuangan, Dirjen Pengelolaan Utang. Direktorat Surat Utang Negara. Berbeda dengan metode lelang, SUN juga dapat dibeli oleh pemerintah daerah danatau dealer utama. Mekanismenya didahului dengan mengajukan penawaran beserta kelengkapan administrasi kepada menteri keuangan,kemudian oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang. Direktorat SUN ditindaklanjuti dengan pembahasan lebih lanjut atau penolakan, dalam waktu selambat-lambatnya 5 lima hari kerja sejak surat penawaran diterima. Hasil pembahasan dituangkan dalam dokumen kesepakatan berupa menerima sebagian atau seluruh atau menolak seluruh penawaran. Apabila diterima maka setelmen dilakukan paling cepat 2 dua hari kerja dan paling lambat 5 lima hari kerja setelah tanggal kesepakatan. 136 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Juli 2011, Perkembangan Utang Negara Pinjaman dan Surat Berharga Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Departemen Keuangan Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara dua cara penjualan yaitu dengan private placement atau bookbuilding namun khususuntuk Pemerintah hanya dapat menjual melalui private placement. Jika penjualan dilaksanakan, maka diperlukan perjanjian dengan agen penjual bilamana melalui agen, perjanjian dengan konsultan hukum, perjanjian dengan agen fiskal, memorandum informasi dan dokumen-dokumen lain sesuai metode penjualan yang digunakan. setelmen SUN dalam valuta asing dilakukan paling cepat 2 dua hari kerja setelah penetapan hasil penjualan, dan hasilnya merupakan penerimaan negara dalam APBN. Surat utang negarayang telah dibeli oleh orang perseorangan atau kumpulan orang dapat dijual kembali kepada pemerintah melalui lelang. Lelang diawali dengan adanya pengumuman rencana lelang dari Dirjen Pengelolaan Utang. Direktorat SUN yang memuat antara lain mengenai waktu pelaksanaan lelang, waktu pembukaan danpenutupan penawaran lelang, seri SUN yang akan dibeli kembali, seri dan harga SUN penukar dan seri SUN yang ditukar, waktu pengumuman hasil lelang dan tanggal setelmen. Peserta lelang kemudian mengajukan penawaran lelang dengan mengajukan seri SUN. Adapun kuantitas yang diajukan minimal 1.000 seribu unit atau nominal Rp1.000.000.000,00 dan selebihnya dengan kelipatannya. Setelah penawaran diterima, seluruh data penawaran disampaikan kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang dalam rapat penetapan hasil lelang, dan hasil lelang kemudian diumumkan pada saat pelaksanaan lelang. Hasil lelang ini adalah transaksi yang sah dan mengikat antara pemerintah dan peserta lelang. Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus membayar harga setelmen dan pemenang lelangwajib menyerahkan SUN yang dimenangkan sampai dengan tanggal setelmen, yakni 3 tiga hari kerja setelah lelang dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara SUN dijual dengan harapan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri return of equity dengan konsep penggunaan faktor leverage. Sepanjang rentabilitas penggunaan SUN masih lebih besar dari biaya bunga SUN maka pemerintah dapat mengandalkan penjualan SUN sebagai salah satu alternatif sumber dana untuk menutup defisit, menutup kekurangan kas jangka pendek, dan mengelola portofolio utang negara. Akibatnya penjualan SUN ini pasti berdampak kepada keuangan negara khususnya APBN sehingga Menteri Keuangan harus bertanggung jawab atas penatausahaannya, dan pemerintah harus menyampaikan laporan pertanggungjawabannya kepada DPR sebagai bagian dari pertanggungjawaban APBN. 2. Pada Surat Berharga Syariah Negara Pihak-pihak sebagai pelaksana dalam penerbitan SUN adalah: a. Dewan Perwakilaan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada saat pengesahan APBN yang diperhitungkan sebagai bagian dari Nilai Bersih Maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. b. Menteri Keuangan Menteri berwenang menetapkan komposisi SBN dalam rupiah maupun valuta asing, serta menetapkan komposisi Surat Berharga Negara dalam bentuk SUN maupun SBSN dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin penerbitan Surat berharga Negara secara hati-hati. Dalam hal-hal tertentu, SBSN dapat diterbitkan melebihi Nilai Bersih Maksimal yang telah disetujui dewan perwakilan Rakyat, yang selanjutnya dilaporkan sebagai Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danatau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran tahun yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Penerbitan SBSN dapat dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit SBSN, SBSN yang dapat diterbitkan baik oleh Pemerintah maupun Perusahaan Penerbit SBSN adalah semua jenis SBSN ditetapkan oleh Menteri. Perusahaan Penerbit SBSNSukuk sendiri disebutkan sebagai badan hukum yang berkedudukan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia 137 dan bertanggungjawab kepada Menteri keuangan. 138 Pertanggungjawaban dimaksud hanya terkait dengan operasional perusahaan Penerbit SBSN dan pelaksanaan penerbitan SBSN. 139 Pemerintah ditunjuk oleh undang-undang sebagai pihak yang berhak untuk mendirikan Perusahaan dimaksud. 140 Sedangkan ketentuan mengenai pendirian, organ, permodalan, fungsi dan pertanggungjawaban perusahaan penerbit SBSN diatur dengan Peraturan Pemerintah. 141 Menteri keuangan dalam hal ini memiliki peran yang cukup besar. Ketentuan tersebut telah memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan jenis, nilai dan spesifikasi barang milik negara yang akan digunakan sebagai aset obligasi syariah. Dalam hal ini yang dimaksud aset SBSN adalah objek pembiayaan 137 Pasal 13 ayat 2 Undang-undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, menegaskan “Perusahaan penerbit SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Pasal 13 ayat 3 menyatakan “Perusahaan penerbit SBSN sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah badan hukum yang berkedudukan di dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia. 138 Pasal 13 ayat 4 undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, menegaskan perusahaan penerbit SBSN bertanggujawab kepada menteri. Yang dimaksud dengan Menteri adalah menteri Keuangan . 139 Penjelasan pasal 13 ayat 4 Undang-Undang No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara . 140 Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara yang menegaskan “dalam rangka penerbitan SBSN, Pemerintah dapat mendirikan Perusahaan Penerbit SBSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1. 141 Pasal 13 ayat 5 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, yang menegaskan “ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, organ, permodalan, fungsi dan pertanggungjawaban Perusahaan Penerbit SBSN diatur dengan Peraturan Pemerintah. Universitas Sumatera Utara SBSN danatau Barang Milik Negara yang memilikinilai ekonomis, berupa tanah dan atau bangunan maupun selain tanah dan atas bangunan yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN. 142 Penerbitan SBSN harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada saat pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang diperhiitungkan sebagai bagian dari nilai bersih maksimal SBN yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. Persetujuan tersebut didahului dengan mengajukan rencana penerbitan dan pelunasan danatau pembelian kembali yang disampaikan nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, kepada DPR yang dalam hal ini adalah alat kelengkapan DPR yang membidangi keuangan, untuk mendapatkan persetujuan. Adapun barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 143

C. Tanggung Jawab Penerbit Surat Berharga Negara

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat dari Kepailitan

3 95 116

Pengaruh Kredit, Surat-Surat Berharga, Penempatan Dana Pada Bank Lain, Penyertaan Modal Pada Lembaga Keuangan Non Bank Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010

0 42 88

nalisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara

4 56 136

Analisis Yuridis Terhadap Pengurangan Pungutan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Akibat Dari Kepailitan

1 48 116

Analisis Pembiayaan Defisit APBN : Peranan Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

0 0 6

Pertanggungjawaban Hukum Pihak Bank atas Hilangnya Dokumen Agunan Nasabah Ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

1 4 41

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN BARANG MILIK NEGARA (BMN) DALAM PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA IJARAH DALAM ANALISIS UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA.

0 1 1

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 2 9

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 0 1

Analisis Yuridis Kegiatan Investasi Surat Berharga Negara Oleh Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank Ditinjau Dari POJK No.1 POJK.5 2016

0 0 6