11
manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham.
3. Residual loss, yaitu pengurangan kekayaan pemilik akibat
adanya perbedaan antara keputusan manajemen dan keputusan yang seharusnya dibuat untuk memaksimalkan
kekayaan pemilik.
Ketiga hal diatas menyatakan bahwa sangat besar kemungkinan para menajer melakukan tindakan-tindakan yang hanya mementingkan
pribadinya sementara itu disisi lain pemegang saham cenderung tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka dalam
perusahaan. Sejauh ini biaya-biaya yang ditimbulkan akibat masalah
keagenan sulit untuk diukur. Namun reaksi dari masalah keagenan dapat kita lihat melalui pasar. Sebagai contoh jika manajemen disuatu
perusahaan terbukti menyimpang terlalu jauh sehingga merugikan pemegang saham, maka pasar akan bereaksi melalui turunnya harga
pasar perusahaan tersebut sehingga pada akhirnya manajemen akan tersingkir dari posisi yang telah diberikan.
2.1.3 Firm Value Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
Brigham, 2010. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar Keown, et al,
2011. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh
Universitas Sumatera Utara
12
calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli diartikan sebagai harga pasar atas
perusahaan itu sendiri. Di bursa saham, harga pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap lembar saham perusahaan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan selalu dikaitkan dengan harga
saham. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang
sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik
perusahan juga meningkat. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi
menunjukkan tingkat kemakmuran pemegang saham Horne, 2012. Nilai perusahaan yang tinggi juga akan membuat para pemegang
saham percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Brigham dan Houston 2010 menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat diukur dengan tiga cara berikut :
a. Price to Earning Ratio Rasio hargalaba
Rasio hargalaba membandingkan antara harga saham yang diperoleh dari pasar modal dan laba per lembar
saham yang diperoleh pemilik perusahaan disajikan dalam laporan keuangan. Semakin tinggi nilai Price to
Earning Ratio, maka prospek pertumbuhan perusahaan semakin baik dan risikonya relatif lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
13
b. Price to Cash Flow Ratio Rasio hargaarus kas
Rasio hargaarus kas membandingkan harga per lembar saham dengan arus kas per saham. Dimana nilai arus kas
per saham diperoleh dari laba bersih ditambah penyusutan dan amortisasi dibagi dengan jumlah saham beredar.
c. Price to Book Value Ratio Rasio nilai pasarnilai buku
Rasio nilai pasar terhadap nilai buku didefinisikan sebagai harga pasar suatu saham dibagi dengan nilai
bukunya. Nilai pasar dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa. Sementara nilai buku diartikan sebagai total ekuitas dibagi dengan total saham yang beredar
outstanding share.
PBV juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan. Perusahaan yang berjalan baik
umumnya mempunyai PBV di atas 1, yang menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi PBV suatu perusahaan
maka akan semakin tinggi pula return sahamnya. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
a. Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price
book value sebagai perbandingan. b.
Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-
perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
Universitas Sumatera Utara
14
c. Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa
dinilai dengan menggunakan price earning ratio PER dapat dievaluasi menggunakan PBV.
2.1.4. Dividend Policy Kebijakan Dividen