84
Lampiran 16. Hasil uji statistik terhadap uji akseptabilitas
a. penampilan tablet
b. warna
Universitas Sumatera Utara
85
Lampiran 16. Lanjutan
c. aroma
d. rasa
Universitas Sumatera Utara
48
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Y. 2008. Toksisitas Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk. Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat
Transaminase SGOT dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase SGPT Pada Tikus Putih. Jurnal Gradien. 42: 365-371
Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Terj. Dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, oleh Farida Ibrahim.
Jakarta: UI Press. Halaman 214 – 217. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari dan S. Budiyantono. 1989.
Analisis Pangan. Bogor: IPB Press. Halaman 120. Aulton, E.M. 1998. Pharmaceutics: Science of Dosage Form Design. London:
Churcill Living Stones. Halaman 621. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Jilid I. Jakarta: Perpustakaan Balitbangkes. Halaman 125. Banker, G.S, dan Anderson, N.R. 1994. Tablet. Dalam: Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi III. Jilid II. Editor: Lachman, L. Penerjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: UI-Press. Halaman 644 – 646.
Barus, C.R. 2013. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Kunyit Putih [Curcuma zediaria Berg. Roscoe] dengan Konsentrasi Effervescent Mix
yang Berbeda. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 7. Cartensen, J.T. 1977. Pharmaceutical of Solid Dosage Form. New York: A
Wiley Interscience Publication John Wiley and Son. Halaman 133 – 135. Depkes RI. 1978. Material Medica Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 42 – 47. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 7 Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 6 – 7. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI. Halaman 10 – 11. Fardiaz, S. 1989. Praktek Mikrobiologi Pangan. Lembaga Sumberdaya
Informasi. Bogor: IPB Press. Halaman 52. Gaman, P. M., dan Sherington, K. B. 1992. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Halaman 43.
Universitas Sumatera Utara
49 Gumay, A. R., dan Noor, W. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Jati
Belanda Guazuma ulmifolia Lamk Dosis Bertingkat Terhadap Gambaran Hispatologi Duodenum Tikus Wistar. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Halaman 14.
Harahap, Y.., Dadang, K., dan Indah, W. 2005. Uji Keamanan Sediaan Jadi Ekstrak Kering Daun Jati Belanda Guazuma umifolia Lamk Terhadap
Fungsi dan Histologi Ginjal Tikus Jantan. Jurnal Bahan Alam. Hartanto, B. 1986. Fitokimia Daun Jati Belanda Gauzuma ulmifolia Lamk.
Tesis. Bandung: ITB. Halaman 31. Hidayati I.L. 2007. Formulasi tablet effervescent dari ekstrak daun belimbing
wuluh Averrhoa bilimbi L..Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 25-26
Jasaputra, D. K.2011. Herbal Medichine for Obesity. Jurnal Medical Plants.
13: 84-83.
Kemenkes RI.2011. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Volume 1. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Halaman 64-67.
Lachman, L, Lieberman, H.A., Kaning, J.L.1994. Teori dan Praktik Farmasi Fisik Edisi III. Jakarta: UI Press. Halaman 715 – 716.
Lieberman, H.A., Lachman, L., dan Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet. Volume I. New York: Marcel Dekker Inc. Halaman
731. Mohrle, R.1989. Effervescent Tablet, in H. A. Lieberman, L. Lachman, and J. B.
Schwartz. Pharmaceutical Dosage Form: Tablet. Volume I. Second Edition. New York: Marcel Dekker Inc. Halaman221.
Monica, W.S. Farida.2000.Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk. terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darah
Kelinci.Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 62: 12-13.
Mun’im, A., dan Hanani, E. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. Halaman 240-241.
Parrot, L. 1971. Pharmaceutical Technology. Amerika: Burges Publishing Company. United Stated of America. Halaman 82.
Peter J. V. ST., dan Billintong C. J.2009. Obesity. Dalam: Pharmacotherapy A Pathopisiologic Approach. Edisi VII. Editor: Joseph T. Dipiro, Robert L.
Talbert, Gary C. Yee. San Fransisco Chicago: Mc. Graw Hill. Halaman: 2437-2439.
Universitas Sumatera Utara
50 Pramono, S., Nurwati, S., Sugiyanto.2000.Pengaruh Lendir Daun Jati Belanda
Guazuma ulmifolia Lamk..Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 62: 14-15.
Rangkuti, F. 1977. Riset Pemasaran. Jakarta : PT Gramedia. Halaman: 54. Rohdiana, D. 2002. Mengenali Teknologi Tablet Effervescent. online,
http:www.pikiranrakyat.com,. diakses pada Desember 2015 Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman: 326- 328.
Saing, M. 2015. Uji Klinis Pendahuluan Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk pada Penderita Obesitas. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman: 40. Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Cetakan II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 416 – 418.
Soekarto, ST. 1981. Penilaian Organoleptik. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman: 46.
Suhiarmati dan Herti.2003. Khasiat dan Manfaat Jati belanda si Pelangsing Tubuh Peluruh Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman: 1-45.
Sulaksana, J., dan Dadang, I.J. 2005. Kemuning dan Jati Belanda, Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman: 12, 18, 21.
Swarbrik, J. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Edisi III.Volume I. USA: Pharmaceu Tech. Halaman: 1454 – 1464.
Utomo,A.W.2008.Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda Guazuma ulmifolia Lamk. Pada Tikus Wistar. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran. Semarang: Universitas Diponegoro. Halaman: 5 Voight, R.A. 1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi IV. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada. Halaman: 159. Wells, J.I. 1987. Pharmaceutical Preformulation: The Phsicochemical
Properties of Drug Substance. New York: John Wiley and Sons. Halaman: 502
Universitas Sumatera Utara
17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II Tablet Universitas Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan selama penelitian adalah neraca analitik, peralatan maserasi, alat-alat gelas laboratorium, mortir dan stamfer, sudip, spatula, kertas
perkamen, aluminium foil, pipet tetes, rotary evaporator, penangas air, oven, cawan,lemari pengering, ayakan mesh 14, 16 dan 40,alat pencetak tablet, stop
watch, dan RH meter.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah ekstrak daunjati belanda, etanol 70, etanol 96, laktosa, asam sitrat, asam tartarat, natrium karbonat, Mg stearat, aspartam,
dan HPMC. 3.3 Penyiapan Bahan Tanaman
Penyiapan bahan tanaman meliputi pengambilan bahan tanaman, identifikasi tanaman dan pengolahan bahan tanaman.
3.3.1 Pengambilan bahan tanaman
Metode pengambilan bahan dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan bahan yang sama dari daerah lain. Daun jati
belandadiperoleh dari lingkungan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
18
3.3.2 Identifikasi tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian Biologi Bogor.
3.3.3 Pengolahan bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalahdaun jati belandayang masih segar. Daun jati belandadipisahkan dari pengotor lain lalu
dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang, diperoleh berat basah daun jati belanda. Daun jati belanda lalu dikeringkan dalam lemari pengering
sampai daun jati belandakering. Setelah itu simplisia kering dihaluskan menggunakan blender.
3.4 Prosedur Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut
etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut asam
Depkes RI, 1995. 3.4.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap daun jati belanda segar dan
simplisia dengan cara mengamati bentuk, warna, bau, rasa. 3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun jati belanda, diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan
kloralhidrat, dipanaskan di atas lampu spiritus, kemudian ditutup dengan deck glass kaca penutup, kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Universitas Sumatera Utara
19
3.4.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 mL, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja :
Dimasukkan 200 mL toluena dan 2 mL air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 mL. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah
ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian
besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen Depkes, RI., 1989.
3.4.4 Penetapan kadar sari larut air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air- kloroform 2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu
bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 mL filtrat pertama diuapkan sampai
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
Universitas Sumatera Utara
20 larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI.,
1989.
3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 mL filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI., 1979.
3.4.6 Penetapan kadar abu total
Timbang seksama 2 g sampai 3 g simplisia uji yang telah digerus, masukkan kedalam krus platina atau krus silikat, ratakan. Pijarkan hati-hati hingga arang
habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat hilang, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring P. Pijarkan sisa dan kertas
saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap simplisia yang telah
dikeringkan diudara Depkes, RI., 1989. 3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu didihkan dengan 25 ml asam klorida P selama 5 menit, saring melalui penyaring kaca masir atau kertas saring
P, cuci dengan air panas, pijar hingga bobot tetap. Hitung kadar abu yang tidak larut asam Depkes, RI., 1989.
Universitas Sumatera Utara
21
3.5 Pembuatan Ekstrak