27 dilakukan untuk 5 tablet.Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 – 8 kg Lachman,
dkk, 1994.
3.9.4 Keregasan tablet
Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu W1 kemudian dimasukkan 20 tablet tersebut ke dalam alat penguji friability,dan diatur kecepatan
25 rpm selama 4 menit 100 kali putaran. Dikeluarkan tablet, bersihkan dari debu dan timbang kembali W2. Hitung selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan.
F =
�1−�2 �1
� 100 Kehilangan berat kurang dari 1 masih bias dibenarkan Lachman, dkk,
1994.
3.9.5 Uji waktu larut
Satu tablet dimasukkan ke dalam beker gelas yang berisi akuades 200 ml. Amati waktu yang diperlukan tablet hingga larut sempurna.
3.9.6 Kadar air
Bahan sebanyak 2 g yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah ditara kemudian diratakan. Cawan kemudian
dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam, ulangi pengerjaan sampai didapatkan bobot tetap. Kadar air dihitung terhadap sampel.
Kadar air =
berat awal − berat akhir
berat awal
x100
3.10 Uji akseptabilitas
Uji akseptabilitas merupakan uji penerimaan yang merupakan uji pendahuluan terhadap suatu produk yang akan dipasarkan. Apakah produk
tersebut dapat diterima konsumen atau tidak. Uji ini dilakukan dengan meminta tanggapan dari responden terhadap produk dengan beberapa kriteria. Jumlah
Universitas Sumatera Utara
28 responden dalam penelitian ini adalah 30 responden yang dipilih secara acak
dengan rentang usia 20-24 tahun Rangkuti, 1977. Responden akan diminta memberikan tanggapan terhadap kelima formula tablet efervesen yang telah
dilarutkan, lalu responden diminta memberikan pendapat terhadap penampilan, rasa, dan aroma dari formula berdasarkan selera panelis pada kuesioner yang
tersedia. Nilai tanggapan terhadap penampilan, rasa dan aroma berdasarkan rating yang telah ditentukan. Hasilnya kemudian diuji secara statistik menggunakan
program SPSS.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Tumbuhan yang digunakan diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti adalah
daun jati belanda Guazuma ulmifolia Lamk., suku Sterculiaceae Lampiran 1.
4.2 Hasil Uji Karakterisasi Simplisia
Hasil dari pengujian karakterisasi simplisia daun jati belanda dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil uji karakterisasi simplisia daun jati belanda
Karakteristik Serbuk daun jati
belanda Depkes RI, 1978
Kadar air Kadar sari larut air
Kadar sari larut etanol Kadar abu total
Kadar abu tidak larut asam 5,50
25,68 16,55
6,61 0,97
Maks. 10 Min. 7,2
Min. 3,7 Maks. 10,4
Maks. 2,3 Kadar air yang terkandung dalam bahan cukup rendah yaitu 5,50. Kadar
air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi mudah rusak ketika disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan.
Batas kadar air minimal dimana mikroba masih dapat tumbuh adalah 14-15 Fardiaz, 1989.
Hasil analisis kadar abu yang diperoleh juga cukup rendah yaitu sebesar 6,61. Kadar abu merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya bahan
anorganik yang terdapat dalam bahan Apriyantono, dkk, 1989. Pengujian kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk melihat adanya kandungan mineral yang
Universitas Sumatera Utara
30 tidak larut asam HCl. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar abu tidak larut
asam dalam bahan sesuai dengan kriteria mutu tidak lebih dari 2,3 yaitu sebesar 0,97.
Hasil pengujian kadar sari yang larut dalam air sebesar 25,68, dan nilai tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan yaitu tidak kurang dari 7,2.
Pada pengujian kadar sari yang larut etanol didapatkan nilai sebesar 16,55. Nilai tersebut juga sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan yaitu tidak kurang dari
3,7. Kadar sari yang larut dalam air atau alkohol menunjukkan adanya zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam pelarut yang digunakan. Semakin tinggi
kadar yang dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya Gaman dan Sherington, 1992.
4.3 Hasil Ekstraksi Daun Jati Belanda