10 d.
Infudasi Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 15 menit. e.
Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 30 menit.
2.3 Tab let
2.3.1 Definisi tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan Depkes RI, 1979.
2.3.2 Definisi tablet efervesen
Tablet efervesenmerupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-basa organik
seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium
sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam
waktu satu menit atau kurang. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu Banker dan Anderson, 1994. Reaksi yang terjadi pada pelarutan
efervesen adalah reaksi antara senyawa
asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas CO
2
. CO
2
yang terbentuk
Universitas Sumatera Utara
11 dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan adanya
CO
2
dan pemani. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika efervesen
dilarutkan ke dalam air. Garam-garam efervesen
biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartarat daripada hanya satu macam asam
saja, karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartarat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah
kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul Ansel, 1989. Reaksinya
adalah sebagai berikut : H
3
C
6
H
5
O
7
.H
2
O + 3 NaHCO
3
→ Na
3
C
6
H
5
O
7
+ 4 H
2
O + 3 CO
2
asam sitrat Na-bikarbonat Na-sitrat H
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 NaHCO
3
→ Na
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 H
2
O + 2 CO
2
asam tartarat Na-bikarbonat Na-tartarat Gambar 1. Reaksi asam-basa pada sediaan
efervesen Ansel, 1989.
Keuntungan tablet efervesensebagai bentuk obat adalah kemungkinan pembentukan larutan dalam waktu cepat dan mengandung dosis obat yang tepat.
Kerugian tablet efervesen adalah kesukaran menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Kelembaban udara selama pembuatan produk sudah dapat untuk
memulai reaksi efervesen. Selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalis. Tablet efervesen dikemas secara khusus
dalam kantong lembaran alumuniumkedap udara atau kemasan padat didalamtabung silindris dengan ruang udara yang minimum Banker dan
Anderson, 1994.
2.3.3 Metode pembuatan
Tablet efervesen
dibuat memakai metode umum yaitu metode granulasi basah.
Universitas Sumatera Utara
12 1. Metode granulasi basah
Prinsip dalam pembuatan granul untuk tablet efervesen pada dasarnya sama dengan granulasi untuk tablet konvensional. Teknik granulasi melibatkan
pencampuran bahan-bahan kering dengan cairan penggranulasi untuk menghasilkan massa yang dapat dikerjakan. Massa tersebut, yang mungkin
bersifat plastik dan kohesif, dihaluskan sampai diperoleh distribusi ukuran partikel yang optimum dan dikeringkan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa
Siregar dan Wikarsa, 2010. 2. Metode granulasi kering
Prinsip dari metode ini, satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Asam sitrat
dijadikan serbuk, lalu dicampurkan dengan serbuk-serbuk lainnya untuk meratakan pencampuran. Pengadukan dilakukan secara cepat dan lebih baik pada
lingkungan yang kadar kelembapannya rendah untuk mencegah terhisapnya uap- uap air dari udara oleh bahan-bahan kimia sehingga reaksi kimia terjadi lebih dini.
Setelah selesai pengadukan serbuk diletakkan diatas nampan dan, serbuk dioven pada suhu antara 93
C - 104 C, dibolak balik memakai spatel tahan asam. Saat
pemanasan berlangsung serbuk menjadi seperti spon dan setelah mencapai kepadatan yang tepat seperti adonan roti serbuk dikeluarkan dari oven dan
diremas melalui suatu ayakan untuk membuat granul sesuai yang diinginkan. Ansel, 1989.
Proses pembuatan tablet efervesen
diperlukan kondisi yang berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet
efervesen diperlukan
kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25 Mohrle, 1989.
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.4 Bahan tambahan tablet efervesen
Bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan tablet efervesenadalah sebagai berikut: sumber asam meliputi food acid yaitu bahan
yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada campuran efervesenseperi asam sitrat, asam malat, asam suksinat, dan asam fumarat. Asam-
asam ini sangat penting pada pembuatan tabletefervesen, jika direaksikan dengan air bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian akan melepaskan asam yang dalam
proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan– bahan karbonat. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan panas, mudah dikempa dan larut dalam air
Lieberman,dkk., 1989. Pada umumnya bahan baku tablet efervesen terdiri dari zat aktif dan bahan
pembantu yang terdiri dari: a.
Sumber asam Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber asam yaitu asam makanan,
asam anhibrida dan garam asam. Asam makanan paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami terdapat pada makanan contohnya
asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam adipat dan asam suksinat Mohrle, 1989.
Asam sitrat merupakan jenis asam yang biasa digunakan dalam sediaan farmasetika dan produk makanan terutama untuk mengatur pH, paling banyak
tersedia dan murah. Asam sitrat berupa hablur kuning, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, sangat mudah larut dalam air, mempunyai kekuatan
asam yang tinggi, sangat higroskopik, serta memberikan rasa jeruk pada sediaantablet efervesenSiregar dan Wikarsa, 2010.
Asam tartrat juga digunakan dalam banyak sediaan tablet efervesen karena
Universitas Sumatera Utara
14 banyak tersedia secara komersial. Asam tartrat mengabsorbsi sejumlah lembab
yang signifikan pada kelembapan relatif sampai kira-kira 65, tetapi pada kelembapan relatif di atas 75, asam ini menjadi lembab cair Siregar dan
Wikarsa, 2010. b.
Sumber basa Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi
efervesen adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan CO
2
. Sumber karbonat yang biasa digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium hidrogen karbonat dan kalium bikarbonat Mohrle, 1989.
Natrium bikarbonat ini menghasilkan rasa yang enak dan segar karena mengandung karbonat yang dapat menghasilkan gas CO
2
serta membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu . Selain sebagai sumber karbondioksida,
natrium bikarbonat dalam formulasi efervesen juga berfungsi sebagai penstabil karena kemampuannya mengadsorpsi lembab yang dapat menginisiasi reaksi
efervesen Lieberman,dkk., 1989. c.
Bahan pengisi Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk
penuh. Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk memperbaiki daya kohesif sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert stabil secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau
tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih Banker dan
Anderson, 1994. Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat, laktosa
Universitas Sumatera Utara
15 spray dried, manitol, sorbitol, sukrosa Lieberman, dkk., 1989. Laktosa
merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air Banker dan Anderson, 1994. Laktosa memiliki sifat
bahan pengisi yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non- higroskopis, tidak reaktif dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik Aulton,
1998. d.
Bahan pengikat Bahan pengikat berfungsi sebagai perekat yang mengikat komponen dalam
bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada proses pengempaan Rohdiana, 2002. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain: gula dan jenis ati, turunan
selulosa HPMC, gom arab, tragakan. Hydroxypropyl methylcellulose HPMC tidak berbau dan tidak memiliki rasa, dan berupa serbuk berwarna putih. Dapat
digunakan sebagai pengikat pada tablet pada konsentrasi 2 sampai 5 Rowe dkk, 2009.
Berdasarkan Pharmaceutical Technology Report, dengan tekanan kompresi yang sama bahan pengikat HPMC menghasilkan tablet yang memiliki
kerapuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan tablet yang menggunakan PVP. Hydroxypropyl methylcellulose HPMC mempunyai sifat larut dalam air
sehingga menghasilkan larutan yang jernih dan dapat menghasilkan tablet yang cukup keras.
Universitas Sumatera Utara
16 e.
Bahan pelicir Bahan pelicir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi sebagai
bahan pengatur aliran, bahan pelicir dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur massa yang ditabletasi, bahan pelicir
berfungsi untuk memudahkan pendorongan tablet ke atas dank ke ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet, sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk menghindarkan
lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak Rohdiana, 2002.
Zat pelicir yang paling banyak digunakan yaitu talk, asam stearate, garam stearate dan derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah kalsium
dan magnesium stearate Banker dan Anderson, 1994. Magnesium stearat [MgC
18
H
38
O
2 2
] merupakan salah satu zat pelicir yang digunakan dalam tablet. Antirekat pelicir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan
tablet dan mencegah lekatnya bahan pada cetakan serta membuat tablet menjadi lebih bagus dan mengkilat Lieberman, dkk, 1989.
f. Pemanis
Penambahan zat pemberi rasa ke dalam sediaan obat dimaksudkan untuk menyembunyikan rasa obat yang tidak disukai. Pemanis yang biasa digunakan
adalah sakarin, sukrosa dan aspartam. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yang memiliki kemanisan 120 – 280 kali lebih manis dari gula tebu
Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang