bulan pertama setelah fraktur tulang paha dibanding wanita kulit putih, yaitu 20 dan 11 Shimp dan Smith, 2000.
Pramono dalam Kasdu 2004 , mengatakan bahwa, pada lansia berusia 60-78 tahun sering ditemukan osteoporosisi, dan pada golongan ini wanita dua kali lebih
banyak dibandingkan pria. Secara kumulatif, selama hidupnya wanita akan mengalami kehilangan 40-50 massa tulangnya, sedangkan pria hanya kehilangan
sebanyak 20-30. Dengan demikian, wanita lebih beresiko menderita osteoporosis dan patah tulang pada masa postmenopause.
American Society for Reproductive Medicine menyebutkan pada wanita di atas 50 tahun, terdapat 13-18 yang mengalami osteoporosis. Meningkatnya
kemungkinan terjadi fraktur sebesar 15-20. Patah tulang pangkal paha akibat osteoporosis diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya menjadi 6,26 juta sampai
tahun 2050. Di Amerika Serikat didapatkan 24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan pengobatan, 80 adalah wanita. Sepuluh juta sudah jelas mengalami
osteoporosis, dan 14 juta mengalami massa tulang yang rendah yang merupakan risiko tinggi terjadinya osteoporosis berat. Dari yang tenderita osteoporosis kurang
lebih 1,5 juta mengalami patah tulang, dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat komplikasinya Proverawati, 2009.
2.1.11. Penyakit Jantung Koroner
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan penurunan HDL High Density Lipoprotein dan meningkatkan LDL Low Density Lipoprotein, trigliserida, dan
kolesterol total, yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
Universitas Sumatera Utara
Penimbunan lemak tubuh juga merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner. Penelitian yang dilakukan oleh Gallup 1995, ditemukan bahwa wanita berpeluang
dua kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner daripada kanker payudara, dan terjadinya penyakit jantung koroner pada wanita menopause menjadi dua kali lipat
dibanding pria pada usia yang sama Kasdu, 2004.
2.1.12. Kanker
Penyakit lain yang dapat terjadi pada masa menopause adalah kanker, seperti kanker endometrium, kanker indung telur, kanker mulut rahim, kanker payudara, dan
kanker vagina, selain pengaruh hormon tubuh juga berhubungan dengan gangguan tubuh lainnya akibat penyakit degeneratif, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Faktor genetik dan gaya hidup juga berpengarruh. Hipertensi juga sering terjadi, demensia tipe Alzheimer juga kadang ditemukan pada periode pramenopause dan
pasca menopause, dimana terjadi penurunan kadar hormon seks steroid yang menyebabkan beberapa perubahan neuroendrokrin sistem susunan saraf pusat,
maupun kondisi biokimiawi otak. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuro di hampir semua bagian otak terutama yang berkaitan dengan fungsi ingatan.
Kelainan tersebut seperti sulit berkonsentrasi, hilang fungsi memori jangka pendek, dan beberapa kondisi yang berhubungan dengan kelainan psikologis Kasdu, 2004.
2.1.13. Perubahan Psikologis Wanita Menopause
Selain perubahan fisik, perubahan-perubahan psikologis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause.
Perubahan yang terjadi pada wanita menopause adalah perubahan mood, irritabilitas,
Universitas Sumatera Utara
kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan, dan merasa tidak berharga Glasier dan
Gebbie, 2005. Stress kehidupan setengah baya dapat memperburuk menopause. Menghadapi
anak remaja, emptynest syndrome, perpisahan atau ketidak harmonisan perkawinan, sakit atau kematian teman atau keluarga, kurangnya kepuasan pada pekerjaan,
penambahan berat badan atau kegemukan adalah beberapa bentuk stress yang mengakibatkan resiko masalah emosional yang serius Bobak, 2005.
Emptynest syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi pada saat anak-anak meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan masing-masing. Anggapan bahwa
tugas sebagai orang tua berakhir sesaat setelah anak-anak meninggalkan rumah sering membuat orang tua menjadi stress terutama bagi para ibu yang merasa kehilangan arti
atau makna hidup bagi dirinya Mackenzie,1996. Selain itu latar belakang masing-masing wanita sangat berpengaruh terhadap
kondisi wanita dalam mengalami masa menopause, misalnya apakah wanita tersebut menikah atau tidak, apakah wanita tersebut mempunyai suami, anak, cucu, atau
kehidupan keluarga yang membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktifitas sehari-harinya Kasdu, 2004.
Peran budaya juga dapat mempengaruhi status emosi selama perimenopause. Banyak wanita mempersepsikan ketidakmampuan untuk mengandung sebagai suatu
kehilangan yang bermakna. Kebanyakan orang melihat menopause sebagai langkah pertama untuk masuk ke usia tua dan menghubungkannya dengan hilangnya
Universitas Sumatera Utara
kecantikan. Budaya barat menghargai masa muda dan kecantikan fisik, sementara orang tua menderita akibat kehilangan status, fungsi serta peran Bobak, 2005.
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amatlah penting peranannya dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang
aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam
kehidupan lansia Varney, 2007. Varney 2007, mengatakan beberapa gejala psikologis yang menonjol pada
saat menopause terjadi adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang tension, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang saat mereka menopause.
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause yaitu : ingatan menurun, kecemasan, mudah tersinggung, stress bahkan ada yang sampai
menjadi depresi. Ingatan menurun merupakan gejala yang terlihat sebelum menopause, wanita
dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana,
padahal sebelunnya secara otomatis langsung ingat Varney, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan merupakan keluhan yang dirasakan wanita setelah menopause. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan pada wanita yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada wanita yang
cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapatkan dukungan dari orang sekitar, namun ada juga yang terus menerus cemas, meskipun orang-orang sekitar telah
memberi dukungan. Akan tetapi ada juga wanita yang telah mengalami menopause tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya saat melewati masa
menopausenya Varney, 2007. Mudah tersinggung merupakan gejala yang lebih mudah dilihat dibandingkan
dengan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan
datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap
sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam
dirinya Varney, 2007. Ketegangan perasaan atau stress pada saat berada dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga bahkan menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi
produktifitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit, yang artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam. Stress tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
memberikan dampak negatif, tetapi dapat juga memberikan dampak yang positif. Dampak negatif dan positif itu tergantung pada bagaimana individu memandangnya
dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang, oleh karena itu stress sangat individual
sifatnya Varney, 2007. Depresi yang dialami oleh wanita menopause sering disebabkan karena
mereka merasa sedih karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan punya anak, sedih karena kehilangan daya tarik.
Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya Varney, 2007.
Teori Blackburn dan Davidson 1990 dalam Mansur 2009, mengatakan gejala-gejala kecemasan dalam menghadapi menopause: 1 Suasana hati, yaitu
keadaaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti mudah marah, perasaan sangat tegang; 2 Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti
khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai pribadi yang sangat sensitif dan merasa tidak berdaya; 3
Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menghindar situasi tertentu, ketergantungan yang tinggi atau ingin melarikan diri dari kenyataan; 4 Perilaku
gelisah, yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi 5 Reaksi-reaksi biologis yang tidak
terkendali, seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual dan mulut kering.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kesiapan Menghadapi Keluhan Menopause.