Sulit Tidur Vagina Kering Tidak Dapat Menahan Air Seni

hingga beberapa menit. Gejolak panas dapat timbul beberapa kali dalam sehari, tapi berbeda-beda pada tiap wanita, rata-rata terjadi 5-10xhari Hanafiah, 2000.

2.1.5. Sulit Tidur

Bender 1998 dalam Lasmini 2000, mengatakan bahwa sulit tidur merupakan gejala yang sering dialami oleh wanita menopause, sehingga dengan alasan tersebut mereka mencari pertolongan ke tenaga medis. Beberapa hal dari sulit tidur ini, merupakan suatu dampak dari rasa semburan panas hot flusth, dan banyak keringat diwaktu malam sehingga merasa terganggu pada saat tidurnya. Gangguan tidur dapat juga ada hubungannya dengan penurunan hormon estrogen pada wanita yang mempengaruhi produksi dari serotonim, yaitu zat kimia yang ada diotak yang memiliki peranan penting dalam mengatur pola tidur. Dengan menurunnya kadar serotonim dalam otak mengakibatkan gangguan tidur pada wanita yang sedang dalam menopause. Kesulitan dalam tidur tidak hanya menimbulkan rasa keletihan fisik, namun juga gangguan emosi. Gangguan tidur adalah suatu masalah yang sering dihubungkan dengan gejolak panas, masalah ini dapat memiliki efek domino pada seluruh kehidupan penderita.

2.1.6. Vagina Kering

Menurut Kasdu 2004, gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal. Panas, dan nyeri saat aktifitas seksual disparenia karena setelah menopause sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitasnya berkurang dan Universitas Sumatera Utara menjadi lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktifitas seksual. Atropi vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan gejalanya dirasakan dalam 5 tahun menopause.

2.1.7. Tidak Dapat Menahan Air Seni

Atropi juga dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah, sehingga otot penyangga uretra dan kandung kemih menjadi lemah. Hilangnya onus otot utetra karena menurunnya kadar estrogen, akibat terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urine menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan inkontinensia urine dan mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah Shimp Smith, 2000.

2.1.8. Perubahan Kulit