Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 24

1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai tukar petani NTP di triwulan I sampai dengan bulan Februari 2009 cenderung meningkat. Peningkatan NTP ini dapat menggambarkan bahwa secara relatif tingkat kesejahteraan hidup petani semakin tinggi. Dibanding triwulan sebelumnya, terlihat adanya perubahan NTP 102,04 menjadi 102,24 atau naik 1,38. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani terkait dengan hasil produksinya. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan utama seperti karet dan kelapa sawit. Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 102.24 110.04 102.04 109.06 119.03 113.53 95 105 115 125 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb 2008 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah BOKS 1 GAMBARAN SINGKAT DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UMKM DI PROVINSI BENGKULU Dalam rangka memahami dampak krisis terhadap perkembangan sektor riil di Bengkulu pada Triwulan I Tahun 2009, Bank Indonesia Bengkulu melakukan pengamatan langsung dan wawancara singkat kepada pelaku UMKM. Para pelaku usaha yang dilakukan pengamatan dan wawancara terbagi atas empat kelompok UMKM, yaitu: usaha makanan khas Bengkulu, batik khas Bengkulu Besurek, jasa travel, dan toko kelontong. Pertanyaan yang diajukan ke pelaku usaha tersebut mengenai perkembangan produksi, tenaga kerja, volume produksi penjualan, biaya modal, pemasaran dan keuntungan. Selain itu ditanyakan pula apakah ada rencana investasi dalam jangka pendek dalam tahun 2009. Adapun ringkasan hasil pengamatan dan wawancara tersebut sebagai berikut : USAHA MAKANAN KHAS BENGKULU Kue Tat, Lempok Durian, Emping Seluruh pelaku usaha pada industri rumah tangga IRT makanan khas Bengkulu menyatakan adanya penurunan volume usaha sejak akhir tahun 2008. IRT makanan khas ini biasanya mengalami lonjakan pada hari-hari besar dan liburan, namun hal ini tidak terjadi di tahun 2008. Bahkan selama triwulan I tahun 2009, IRT Lempok Durian dan Emping mengalami penurunan usaha hampir 50 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sepinya order dari luar daerah seperti Lampung, Palembang dan Padang diakui memberikan sumbangan terbesar pada penurunan volume penjualan ini. Untuk penjualan kue tat Bengkulu kondisinya lebih baik, karena volume penjualan hanya turun 10 dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan harga bahan baku, tidak begitu dirasakan oleh pengrajin, karena bahan baku ini banyak tersedia di Bengkulu. Mereka menyatakan kenaikan bahan baku masih dalam kategori wajar yaitu kurang dari 10. Penggunaan tenaga kerja pada IRT makanan khas ini tanpa menggunakan tenaga kerja tetap. Apabila permintaanpesanan mulai meningkat, maka tenaga kerja ditambah. Untuk IRT emping melinjo, biasanya pengrajin mengambil bahan baku kemudian mengerjakannya di rumah masing-masing. Oleh karena itu perubahan pada tenaga kerja tidak begitu berarti bagi IRT ini. Dari segi keuntungan, seluruhnya menyampaikan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Karena peningkatan harga bahan baku dan anjloknya penjualan. Namun demikian, pelaku IRT masih memiliki keinginan untuk melakukan perluasan usaha pada tahun 2009, karena adanya harapan perbaikan perekonomian. BATIK KHAS BENGKULU Batik Besurek Rata-rata penurunan volume penjualan batik besurek mencapai 30. Penurunan cukup tinggi dirasakan sejak akhir tahun 2008 dan berlangsung sampai saat ini. Dari sisi produksi terjadi kenaikan bahan baku mencapai 20. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja pada usaha ini masih tetap dan dengan tingkat upah yang tetap pula. Apabila pelaku usaha mengurangi tenaga kerja, dikhawatirkan pengrajin akan berpindah ke usaha batik besurek yang lain. Dari sisi jangkauan pemasaran, dirasa tidak ada perubahan, karena masih dalam lingkup pemesanan di provinsi Bengkulu saja. Keuntungan usaha ini juga mengalami penurunan sebesar kurang lebih 30 dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun dilakukan anjuran untuk pemakaian pakaian produk daerah, namun belum mampu meningkatkan volume usaha ini. JASA TRAVEL Angkutan Udara Angkutan Darat Di bidang jasa travel baik untuk angkutan udara maupun darat mengalami penurunan sejak krisis dirasakan sejak pertengahan tahun 2008. Untuk jasa travel angkutan udara pada akhir tahun 2008, bahkan mengalami penurunan sampai 50. Meskipun penurunan ini tidak mencerminkan turunnya jumlah penumpang pesawat, karena justru pada pertengahan tahun 2008 jumlah penerbangan dari dan ke Bengkulu meningkat. Adanya penurunan jasa travel ini diduga karena mulai banyaknya jasa travel yang ada dan adanya kemudahan pemesanan melalui maskapai langsung. Pada awal tahun 2009 ini, jasa travel mulai merasakan peningkatan dibanding akhir tahun 2008, namun belum setinggi tahun sebelumnya. Untuk jasa angkutan udara, biasanya ramai pada hari-hari libur dan akhir tahun. Dari sisi jumlah tenaga kerja juga tidak terjadi perubahan. Pada jasa travel angkutan darat bis–AKAP, jumlah penumpang mengalami penurunan sebesar 10 dibandingkan tahun yang lalu. Penurunan penumpang disebabkan oleh menurunnya kondisi usaha di Bengkulu. Penumpang angkutan darat pada umumnya adalah pengusaha dan pelajar. Biaya angkutan dari tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan 10. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan harga BBM dan himbauan pemerintah untuk menurunkan ongkos angkutan penumpang. Disamping itu, juga karena adanya persaingan dengan jasa angkutan yang lain. Meskipun terjadi penurunan jumlah penumpang, jasa angkutan masih merencanakan untuk penambahan trayek baru karena pesaing yang belum banyak serta pangsa pasar yang belum terserap untuk beberapa wilayah tertentu. Peningkatan biaya terjadi pada naiknya biaya tenaga kerja. Pada tahun 2008, meningkat tiga kali dengan mengikuti peraturan pemerintah dan kebijakan dari pihak perusahaan. Selain itu peningkatan biaya yang cukup signifikan juga terjadi pada biaya spare part. Dampak dari kondisi ini adalah menurunnya keuntungan jasa angkutan darat. TOKO KELONTONG Usaha toko kelontong tidak mengalami banyak perubahan terkait krisis yang terjadi. Hal ini dikarenakan mayoritas barang adalah kebutuhan pokok. Justru terjadi peningkatan pada beberapa toko, karena kemampuannya untuk menyediakan variasi jenis barang yang diperlukan oleh konsumen. Untuk tenaga kerja pada umumnya tidak mengalami perubahan karena lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga termasuk kerabat terdekat. Omset penjualan meningkat karena pembelian berbagai jenis barang kebutuhan konsumen tersebut. Dari kondisi beberapa jenis UMKM tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya UMKM di Bengkulu terkena dampak negatif terkait dengan krisis keuangan global yang terjadi. Kondisi UMKM cenderung dalam kondisi yang kurang baik. Namun jika dilihat perkembangan kredit perbankan ke sektor UMKM di triwulan ini sudah mulai membaik. Pertumbuhan kredit secara bulanan ke UMKM terlihat mulai mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 4 di bulan Maret. Kredit Usaha Kecil KUK juga mengalami peningkatan sebesar 5. Hal ini terlihat pada grafik di bawah. Perkembangan Kredit, Kredit UMKM dan KUK Perkembangan Kredit UMKM 2,500,000 2,700,000 2,900,000 3,100,000 3,300,000 3,500,000 3,700,000 3,900,000 4,100,000 4,300,000 4,500,000 Jan FebMar Apr Mei Jun Jul AugSep Oct Nov Dec Jan FebMar 2008 2009 600,000 650,000 700,000 750,000 800,000 850,000 900,000 950,000 1,000,000 1,050,000 Kredit UMKM KUK 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2008 2009 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 gMTM BOKS 2 PERKEMBANGAN SEKTOR PERKEBUNAN BENGKULU TRIWULAN I 2009 1 Permintaan komoditas CPO dan karet dunia yang cenderung tinggi ditambah dengan melambungnya harga komoditas sawit dan karet sejak tahun 2007 membuat sektor perkebunan menjadi semakin menggiurkan. Hal ini ternyata berdampak beralihnya 5.871 hektar lahan persawahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan karet, hingga awal 2008. Informasi ini diperkuat dengan pernyataan dari beberapa Gabungan Kelompok Tani Gapoktan di Kabupaten Seluma yang menyatakan bahwa saat ini areal persawahan mereka telah banyak beralih menjadi lahan karet dan sawit. Saat ini, areal persawahan beberapa Gapoktan di Seluma hanya berkisar antara 20 hingga 30 dari total luas lahan yang mereka miliki, sementara sisanya ditanami karet dan sawit. Selain karena harga komoditas karet dan kelapa sawit yang lebih menguntungkan dibandingkan beras, permasalahan irigasi, ketersediaan pupuk dan ketidakstabilan harga beras turut mendorong petani untuk melakukan alih lahan. Sumber : Bloomberg Grafik 1. Harga Komoditas Pertanian Dunia Lonjakan harga komoditas karet dan CPO dunia di awal hingga pertengahan 2008 berbalik menjadi penurunan harga secara signifikan pada triwulan III 2008. Dilihat dari dampaknya bagi ekspor Bengkulu, terjadi penurunan nilai ekspor yang sangat drastis padahal dari segi volume ekspor masih cukup tinggi. 1 Merupakan rangkuman hasil Liaison yang dilakukan KBI Bengkulu pada triwulan I 2009 pada beberapa pelaku sektor pertanian 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b 2007 2008 2009 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 Karet-nilai ribu US-kiri Karet-volume ton-kanan Grafik 2. Perkembangan Ekspor Karet 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b 2007 2008 2009 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 CPO-nilai ribu US-kiri CPO-volume ton-kanan Grafik 3. Perkembangan Ekspor CPO Memasuki tahun 2009, perbaikan harga komoditas karet dan CPO dunia memberikan perbaikan pada nilai ekspor karet dan CPO Bengkulu. Sementara ditingkat petani, triwulan pertama tahun 2009 perkebunan kelapa sawit diwarnai dengan perkembangan yang cukup baik. Dimana volume penjualan TBS tingkat petani mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan tahun lalu meskipun harga TBS tidak setinggi tahun lalu. Pada komoditas karet, beberapa petani menyatakan mengalami penurunan penjualan karena petani enggan melakukan penyadapan dengan kondisi harga yang tidak sebaik tahun lalu. Pada tingkat perusahaan perkebunan, penjualan CPO masih baik karena permintaan dunia terhadap CPO masih cukup tinggi. Perusahaan pengolahan karet juga mengungkapkan bahwa volume penjualan komoditas ini masih dalam taraf yang optimis. Meskipun terjadi penurunan permintaan akibat adanya krisis glonal, namun secara umum tingkat permintaan karet saat ini masih terbilang cukup tinggi. Produksi kelapa sawit dan karet di tingkat petani pada tahun depan diperkirakan akan mengalami kenaikan karena masih tingginya keinginan petani dalam melakukan alih lahan persawahan. Selain itu, pembukaan lahan baru dan adanya bantuan dari Balai Pengembangan Teknologi Pertanian serta dukungan penyediaan pupuk bagi petani dipercayai petani akan mampu meningkatkan output dan produktivitas lahan mereka. Pada tingkat perusahaan pengolahan CPO, ini beberapa responden menyatakan akan segera mengaktifkan pabrik pengolahan baru mereka sehingga akan mendorong peningkatan produksinya. Selain itu, beberapa perusahaan perkebunan juga menyatakan akan melakukan perluasan lahan perkebunan dan revitalisasi perkebunan pada tahun 2009 ini. Perusahaan perkebunan dapat dikatakan masih cukup optimis mensikapi perkembangan perekonomian saat ini. Hal ini terlihat jelas dari masih adanya keinginan untuk melakukan investasi jangka panjang meskipun responden juga menyatakan adanya pengetatan terkait dengan ketenagakerjaan pada triwulan I 2009, namun ke depan mereka optimis akan adanya tambahan kebutuhan tenaga kerja. Terkait dengan komoditas tanaman pangan terutama beras, para petani menyatakan bahwa tingkat penjualan pada triwulan pertama 2009 ini masih dalam tingkat yang sama dengan tahun kemarin. Kendala ketersediaan pupuk masih menghantui petani, begitu pula dengan tingkat harga beras ketika musim panen. Pada beberapa wilayah, kondisi musim hujan mengakibatkan gagalnya panen karena areal sawah terendam banjir. Areal persawahan di Bengkulu masih banyak yang merupakan sawah tadah hujan yang hanya mengalami satu kali masa panen dalam setahun. Setelah masa panen padi, areal persawahan akan ditanami dengan jagung. Untuk triwulan I 2009 kondisi pasar komoditas jagung masih belum dapat diinformasikan karena baru akan memasuki masa tanam pada bulan April-Mei ini. Perkembangan Inflasi Daerah