Tingkat Ketaatan Pemrakarsa Kegiatan dalam Pengelolaan Kurangnya Pemahaman dan Aksesibiltas masyarakat terhadap

Renja BLHRD Provinsi Gorontalo 2015 43

7. Tingkat Ketaatan Pemrakarsa Kegiatan dalam Pengelolaan

Lingkungan Tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan data lingkungan masih rendah. Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa tingkat ketaatan pemrakarsa kegiatan dalam pengelolaan lingkungan baru mencapai 35. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan kualitas lingkungan seperti perubahan kualitas air permukaan, perubahan kualitas udara, dan pencemaran tanah. Kebersihan dan Kehijauan Kota Clean and Green City Perkembangan penduduk yang pesat terutama karena urbanisasi telah menimbulkan masalah meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan dan menyempitnya Ruang Terbuka Hijau RTH akibat pesatnya pembangunan perumahan dan sarana umum lainnya. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang pesat, meningkatkan resiko polusi udara. Pemerintah Pusat melaksanakan Program Adipura dalam upaya peningkatan kebersihan dan kehijauan kota. Masalah-masalah yang dihadapi dalam mewujudkan Clean and Green City adalah:  Kesenjangan antara jumlah sampah yang dihasilkan dan yang terangkut. Di Kota Gorontalo jumlah sampah sebanyak 683 m 3 hari, sedangkan yang terangkut hanya sebanyak 383 m 3 hari atau 56 . Hal ini disebabkan kurangnya prasarana dan sarana pengangkut. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang tersedia belum representatif.  Kurangnya komitmen pemerintah kabupaten dalam pengelolaan lingkungan umumnya dan dalam mewujudkan kebersihan dan Renja BLHRD Provinsi Gorontalo 2015 44 kehijauan kota yang tercermin dari kesiapan institusi lingkungan hidup dan dana yang dialokasikan untuk pengelolaan lingkungan hidup.  Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

8. Kurangnya Pemahaman dan Aksesibiltas masyarakat terhadap

Informasi Lingkungan Hasil penelitian terdapat partisipasi masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup menunjukkan hal-hal sebagai berikut:  Pemahaman dan wawasan masyarakat pedesaan, pesisir laut, dan perkotaan terhadap pengelolaan lingkungan perumahan dan sekitarnya cukup baik. Namun demikian, penggunaan zat sintetis yang berpotensi untuk pencemaran lingkungan sebagian besar masyarakat beranggapan tidak berbahaya. Sekitar 39 masyarakat menggunakan sungai sebagai tempat buang air besar, 31 masyarakat pesisir buang air besar di pantai dan 19 masyarakat pesisir buang air di sungai.  Hampir 40 laki-laki dan 48 perempuan di pedesaan menyadari akan bahaya penggunaan pestisida terhadap lingkungan.  Sebagian besar masyarakat pedesaan 40 belum menyadari bahaya erosi dan banjir jika berkebun di lahan miring tanpa teras.  Lebih dari 25 responden menyatakan setuju untuk membuka lahan baru bagi usaha pertanian.  Sekitar 30 masyarakat laki-laki dan perempuan menyatakan setuju pemanfaatan kayu hutan untuk pembangunan rumah dan diperdagangkan.  Sebagian besar responden laki-laki 57.4 dan perempuan 78.1 menyatakan setuju memanfaatkan kayu mangrove untuk kepentingan ekonomi tambak dan kayu bakar.  Keterlibatan masyarakat pesisir laut dalam memanfaatkan terumbu karang untuk hiasan, pondasi rumah dan kepentingan Renja BLHRD Provinsi Gorontalo 2015 45 lainnya cukup tinggi. Sebanyak 78.6 laki-laki dan 53.3 perempuan terlibat dalam pengambilan terumbu karang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup baru berkisar 25-30, dan apabila tidak dilakukan upaya peningkatan partisipasi masyarakat maka diproyeksikan untuk 5 tahun ke depan partisipasi masyarakat tidak akan meningkat secara signifikan.

9. Nilai tambah produk Perikanan