Hubungan Pelayanan Spiritual yang Diberikan Perawat dengan Kepuasan Pasien Diabetes Millitus di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

(1)

HUBUNGAN PELAYANAN SPIRITUAL YANG DIBERIKAN

PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN

DIABETES MELITUS

DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

TESIS

Oleh

RINA RAHMADANI SIDABUTAR

117046007/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN PELAYANAN SPIRITUAL YANG DIBERIKAN

PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN

DIABETES MELITUS

DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

RINA RAHMADANI SIDABUTAR

117046004/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D

Anggota : 1. Nunung Febriani Sitepu,S.Kep.,Ns., MNS 2. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes 3. Evi Karota Bukit, SKp., MNS


(5)

Judul Tesis : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat dengan Kepuasan Pasien Diabetes Millitus Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Nama Mahasiswa : Rina Rahmadani Sidabutar Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tanggal : 26 Agustus 2013

ABSTRAK

Keperawatan adalah profesi yang merawat orang-orang dari semua latar belakang yang berbeda, budaya, suku, ras, dan agama. Dunia ini penuh dengan individu yang unik. Salah satu faktor pemersatu bagi semua orang adalah bahwa setiap orang memiliki kebutuhan. Dalam keperawatan, sebagian besar kebutuhan perawatan adalah kebutuhan fisik dan psikososial. Namun, setiap orang memiliki kebutuhan spiritual. Karena pasien perlu perawatan spiritual, perawat memiliki kesempatan unik untuk melayani orang-orang ini. Perawat juga ditempatkan dalam posisi yang memungkinkan mereka untuk melayani keluarga dan teman-teman dari pasien mereka. Saat ini, beberapa kekhawatiran fokus pada bagaimana perawat harus memperhatikan kebutuhan spiritual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan Spiritual Yang diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes Militus di Rumah Sakit Malahayati Medan. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit diabetes militus yaitu berjumlah 45 individu. data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi serta dianalisis dengan chi square.

Hasil hubungan antara pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p > 0,05 (p:0,097) artinya dengan tingkat kepercayaan 95% ternyata menunjukan tidak adanya hubungan antara pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien, dan baru diterima pada tingkat kepercayaan 90,3%.

Disarankan bidang pelayanan keperawatan memiliki manajemen pelayanan spiritual di rumah sakit, sehingga diharapkan seluruh perawat yang berada dilingkungan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan benar – benar melakukan pelayanan tersebut, dan diharapkan pihak pimpinan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan mengadakan seminar serta pelatihan mengenai


(6)

pelayanan spiritual, sehingga tidak ada lagi perbedaan perspektif pada setiap perawat dan seluruh perawat mampu melaksanakan pelayanan spiritual.

Kata Kunci :Perawat, Pelayanan Spiritual, Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Spiritual


(7)

Thesis Title : Correlation of the Given Spiritual Care by Nurse and Satisfaction of Diabetes Mellitus Patients in Malahayati Islamic Hospital of Medan

Student’s Name : Rina Rahmadani Sidabutar Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Date : 26 August 2013

ABSTRACT

Nursing is a profession which involves caring people from all different backgrounds, cultures, ethnicities, races, and religions. This world is full of unique individuals. One of unifying factors for all is that every person has needs. In nursing, mostly care needs are physical and psychosocial needs. However, everyone has spiritual needs. Because patients need spiritual care, nurses have a unique opportunity to serve these people. Nurses are also placed in a position that allows them to serve the family and friends of their patients. Currently, some of the concerns focus on how nurses should pay attention to spiritual needs. The objective of this study was to investigate the Relationship of Service given by Nurse and the Satisfaction of Diabetes mellitus Patients in Malahayati Islamic Hospital of Medan. This research applied a cross-sectional approach. The samples in this study were 45 patients with diabetes mellitus. The data were obtained by using questionnaires and observation, and then they were analyzed by chi square.

The results showed there is relationship between spiritual care and patients satisfaction. By applying Fisher Exact, it was acquired that p> 0.05 (p: 0.097), which means by trusty level 95% show there is no relationship between spiritual care and patient satisfaction, and it is accepted in trusty level 90.3%.

It is suggested that the areas of nursing services have spiritual service management in the hospital in order that it is expected that all nurses of Malahayati Islamic Hospital are actually giving the right service, and it is also expected that the head of the Hospital carries out seminars and training of spiritual care, in order that there is no longer any different perspective of the nurses and all nurses are able to perform spiritual service.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Ketua atas keberhasilannya memimpin Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi dan Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS, selaku Sekretaris Program Studi atas bantuannya dalam melengkapi prosedur administrasi di Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera.

Terimakasih sedalam – dalamnya saya ucapkan kepada Drs. Heru Santosa, M.S., PhD, selaku ketua komisi pembimbing atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses penyelesaian tesis ini. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep., Ns, MNS, selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala kontribusi serta ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian sehingga memperkaya isi tesis ini. Dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang luar biasa kepada Dr.dr. Arlinda Sri Wahyuni, M.Kes dan Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, Selaku tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang sangat berharga, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

Para Dosen dan staff Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal tesis.

Suami dan mertua tercinta yang telah banyak mengerti dan memberikan motivasi serta doa dalam penyelesaian tesis ini. Orang tua yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil dalam penyelesaian tesis. Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 walaupun akan hilang kebersamaan kita tetapi kalian semua tetap ada dalam hati (Ririn, Kak Ade, Kak Ros, Kak Sri, Kak fitri) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan proposal tesis ini.


(9)

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan sehingga penulis sangat berharap mendapat bimbingan dari berbagai pihak untuk memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan

Medan, Agustus 2013


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rina Rahmadani Sidabutar

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/26 Mei 1986

Alamat : Jalan William Iskandar gg. Murni no.8 A

No. Hp : 085360364050

Riwayat pendidikan :

1. SDN 0666661 Medan Lulus Tahun 1998 2. SMPN 33 Medan Lulus Tahun 2001 3. SMUN 7 Medan Lulus Tahun 2004

4. D-III Keperawatan Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2007 5. S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2010

6. Magister Administrasi Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Lulus Tahun 2013

Riwayat Pekerjaan :

1. Bekerja sebagai staf dosen di STIKes Ummi Langsa mulai 25 Januari 2011 s/d 1 Mei 2011

2. Bekerja sebagai staf dosen di STIKes Flora Medan mulai 10 Mei 2011 s.d sekarang

Kegiatan akademik selama studi:

Seminar Sehari “Caring Science Sebagai Landasan Aplikasi dalam Pendidikan, Pelayanan dan Penelitian Keperawatan”, 17 Desember 2011, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.

Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan


(11)

dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.

Oversea Study Visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare System”, Master of Nursing Program Faculty of Nursing University of Sumatera Utara (USU), Thailand and Malaysia 18 – 22 Februari 2013 sebagai Peserta.

Proceeding:

Sidabutar, R. R., Sitepu F. N (2013, 1-2 April). Spiritual Care by Nurse: A Systematic review. Oral presentation at 2013 Medan International Nursing Conference on The Application of Caring Science in Nursing Education, Advanced Research and Clinical Practice in Medan.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya.

Medan, Agustus 2013


(12)

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERNYATAAN MAHASISWA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Konsep Spiritual ... 12

2.2. Konsep Diabetes dengan pelayanan spiritual ... 22

2.3. Konsep Kepuasan Pasien ... 26

2.4. Landasan Teori Holistic Nursing ... 30

2.5. Kerangka Konsep ... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Pengumpulan Data ... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 44

3.8. Pertimbangan Etik ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Karakteristik Responden Penelitian... 48

4.3. Analisis Univariat Kepuasan dan Pelayanan spiritual, Observasi Pelayanan Spiritual ... 50

4.4. Analisis Bivariat Hubungan Kepuasan dan Pelayanan Spiritual ... 59


(14)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Kepuasan pasien dalam pelayanan spiritual ... 61

5.2. Pelayanan perawat dalam memberi pelayanan spiritual ... 63

5.3. Hubungan Kepuasan Pasien dengan pelayanan spiritual yang diberikan perawat ... 65

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 73

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA………... 76


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ...41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ...51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien ...52

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Kepuasan Pasien ...52

Tabel 4.4 Pelayanan Spiritual ...55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelayanan Spiritual Perawat ...56

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Observasi I ...58

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ob. I Berdasarkan Pernyataan Pelayanan ...59

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Observasi II ...60

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Ob. II Berdasarkan Pernyataan Pelayanan ...60

Tabel4.10 Distribusi Frekuensi hubungan Pelayanan spiritual Dengan Kepuasan ...62


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Istilah Yang Berhubungan Dengan Spiritualitas ... 16

Gambar 2.2 Model Dari Siklus Stress Pada Pasien Diabetes ... 25

Gambar 2.3 The Bio-Psycho-Socio-Sspiritual Model ... 30


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

a) Kuesioner data demografi pasien………. ...80

b) Observasi tindakan pelayanan spiritual yang diberikan perawat……….. .. ...81

c) Kuesioner kepuasan pasien dalam mendapatkan pelayanan spiritual…... ...82

d) Kuesioner pelayanan spiritual yang diberikan perawat……… ...85

Lampiran 2. Biodata Back Translator………. ...87

Lampiran 3. Izin penelitian a)Surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara………. ...93

b)Surat persetujuan Komite Etik tentang pelaksanaan penelitian………… ...94

c)Surat izin penelitian dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan……… ...95

d)Surat telah selesai meneliti dari Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.. ...96


(18)

Judul Tesis : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat dengan Kepuasan Pasien Diabetes Millitus Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Nama Mahasiswa : Rina Rahmadani Sidabutar Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tanggal : 26 Agustus 2013

ABSTRAK

Keperawatan adalah profesi yang merawat orang-orang dari semua latar belakang yang berbeda, budaya, suku, ras, dan agama. Dunia ini penuh dengan individu yang unik. Salah satu faktor pemersatu bagi semua orang adalah bahwa setiap orang memiliki kebutuhan. Dalam keperawatan, sebagian besar kebutuhan perawatan adalah kebutuhan fisik dan psikososial. Namun, setiap orang memiliki kebutuhan spiritual. Karena pasien perlu perawatan spiritual, perawat memiliki kesempatan unik untuk melayani orang-orang ini. Perawat juga ditempatkan dalam posisi yang memungkinkan mereka untuk melayani keluarga dan teman-teman dari pasien mereka. Saat ini, beberapa kekhawatiran fokus pada bagaimana perawat harus memperhatikan kebutuhan spiritual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan Spiritual Yang diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes Militus di Rumah Sakit Malahayati Medan. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit diabetes militus yaitu berjumlah 45 individu. data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi serta dianalisis dengan chi square.

Hasil hubungan antara pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p > 0,05 (p:0,097) artinya dengan tingkat kepercayaan 95% ternyata menunjukan tidak adanya hubungan antara pelayanan spiritual dengan kepuasan pasien, dan baru diterima pada tingkat kepercayaan 90,3%.

Disarankan bidang pelayanan keperawatan memiliki manajemen pelayanan spiritual di rumah sakit, sehingga diharapkan seluruh perawat yang berada dilingkungan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan benar – benar melakukan pelayanan tersebut, dan diharapkan pihak pimpinan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan mengadakan seminar serta pelatihan mengenai


(19)

pelayanan spiritual, sehingga tidak ada lagi perbedaan perspektif pada setiap perawat dan seluruh perawat mampu melaksanakan pelayanan spiritual.

Kata Kunci :Perawat, Pelayanan Spiritual, Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Spiritual


(20)

Thesis Title : Correlation of the Given Spiritual Care by Nurse and Satisfaction of Diabetes Mellitus Patients in Malahayati Islamic Hospital of Medan

Student’s Name : Rina Rahmadani Sidabutar Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Date : 26 August 2013

ABSTRACT

Nursing is a profession which involves caring people from all different backgrounds, cultures, ethnicities, races, and religions. This world is full of unique individuals. One of unifying factors for all is that every person has needs. In nursing, mostly care needs are physical and psychosocial needs. However, everyone has spiritual needs. Because patients need spiritual care, nurses have a unique opportunity to serve these people. Nurses are also placed in a position that allows them to serve the family and friends of their patients. Currently, some of the concerns focus on how nurses should pay attention to spiritual needs. The objective of this study was to investigate the Relationship of Service given by Nurse and the Satisfaction of Diabetes mellitus Patients in Malahayati Islamic Hospital of Medan. This research applied a cross-sectional approach. The samples in this study were 45 patients with diabetes mellitus. The data were obtained by using questionnaires and observation, and then they were analyzed by chi square.

The results showed there is relationship between spiritual care and patients satisfaction. By applying Fisher Exact, it was acquired that p> 0.05 (p: 0.097), which means by trusty level 95% show there is no relationship between spiritual care and patient satisfaction, and it is accepted in trusty level 90.3%.

It is suggested that the areas of nursing services have spiritual service management in the hospital in order that it is expected that all nurses of Malahayati Islamic Hospital are actually giving the right service, and it is also expected that the head of the Hospital carries out seminars and training of spiritual care, in order that there is no longer any different perspective of the nurses and all nurses are able to perform spiritual service.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv terhadap kebutuhan pasien atau masyarakat. Pelayanan kesehatan harus selalu mengupayakan kebutuhan dan kepuasan pasien atau masyarakat yang dilayani secara simultan. Kepuasan pasien menjadi bagian integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan (Pohan, 2004).

Pelayanan kesehatan di dunia saat ini berusaha untuk menerapkan konsep holistik, yaitu suatu pendekatan yang memandang manusia secara keseluruhan, meliputi pikiran, status emosi, gaya hidup, fisik, dan lingkungan sosial (O’Regan, 2010). Konsep holistik ini seharusnya dapat dipahami dan diaplikasikan baik dibidang kedokteran maupun keperawatan. Kedokteran memandang holistik sebagai suatu upaya pengobatan, sedangkan keperawatan memandang klien secara keseluruhan, meliputi aspek psiko-sosio-kultural dan spiritual (Winnick, 2006; Berg, 2005).

Nilai yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan kita adalah nilai keabadian dan kesehatan. Kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan variabel fisik, psikologis, sosiologis, kultural, perkembangan dan spiritual (Potter


(22)

& Perry, 2009). Salah satu tenaga kesehatan yang mempengaruhi pelayanan terhadap kepuasan pasien adalah perawat. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik (Yani, 2008).

Perawat memandang klien sebagai makhluk biopsikososiokultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan kritis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan yang menyeluruh klien antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. Perawat merupakan orang pertama yang dan secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Yani, 2008).

Kebutuhan spiritual sebagai bagian dari kebutuhan manusia secara utuh hanya dapat dipenuhi apabila perawat dibekali dengan kemampuan memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspek spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan holistik pasien sebagai mahluk yang utuh dan unik. Pemenuhan kebutuhan spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam mencari arti dari


(23)

peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit dan merasa tetap dicintai oleh sesama manusia dan Tuhan (Yani, 2008).

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau kematian.

Penyakit kronik, khususnya penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan COPD adalah jenis penyakit yang tidak diperhatikan meskipun ada kesadaran terhadap dampak serius yang disebabkan oleh beberapa penyakit itu (Dunning, 2003). Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain (Potter & Perry, 2009).

Mayoritas pasien tidak menerima perawatan spiritual yang mereka inginkan saat dirawat di rumah sakit. Ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, pasien berada pada resiko depresi dan berkuranglah makna spiritual dan perdamaian (Dunning, 2003). Setiap orang yang menderita penyakit cenderung mengalami depresi, khususnya pasien diabetes, hal ini disebabkan karena pasien diabetes membutuhkan pengobatan seumur hidup dan akan mengalami perubahan secara fisik.


(24)

Tingkat depresi pada orang yang mengalami diabetes meningkat secara signifikan dan diperkirakan sedikitnya dua kali lebih tinggi pada orang yang mengalami diabetes, dibandingkan mereka yang tidak mengalami penyakit diabetes. Dalam beberapa kajian yang dipublikasikan tentang depresi di negara berkembang , contohnya yang dilakukan di Bangladesh dilaporkan bahwa hampir sepertiga (29 % Laki – laki, 30% wanita ) dari pasien yang mengalami diabetes memiliki level depresi yang signifikan dibandingkan tanpa diabetes (6 % pada laki – laki dan 15% pada wanita) (Clark, Drain, Malone 2003).

Dampak psikologis dari penyakit diabetes mulai dirasakan oleh penderita sejak ia didiagnosis dokter dan penyakit tersebut telah berlangsung selama beberapa bulan atau lebih dari satu tahun. Penderita mulai mengalami gangguan psikis diantaranya adalah stres pada dirinya sendiri yang berkaitan dengan pengobatan yang harus dijalani. Diabetes dan stres merupakan dua hal yang saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontrol yang kurang pada glukosa darah akan menimbulkan perasaan stres dan begitu pula sebaliknya. Stres telah lama menjadi salah satu faktor yang muncul pada penderita diabetes. Menurutnya, stres sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes karena hal itu akan berpengaruh terhadap pengendalian dan tingkat kadar glukosa darah. Bila seseorang menghadapi situasi yang menimbulkan stres maka respon stres dapat berupa peningkatan hormon adrenalin yang akhirnya dapat mengubah cadangan glikogen dalam hati menjadi glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan komplikasi diabetes (Dunning, 2003)


(25)

Standar, perilaku komunikasi, empatik dan perilaku peduli yang sederhana meningkatkan kualitas serta kepuasan pasien dan hal ini juga mengurangi kesusahan emosional. Pasien mengharapkan pemberian kebutuhan emosional dalam hal asuhan keperawatan yang berkualitas dan mengharap agar perawat membuat mereka merasa lebih baik, lebih nyaman, lebih santai, lebih positif (Clark et al, 2010).

Menurut Hamid (2008), pada saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit klien yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti.

Oleh karena itu sudah pada tempatnya jika dalam menghadapi setiap masalah yang timbul selalu dikaitkan dengan kehidupan religius. Manusia mempunyai keyakinan untuk memperoleh ketenangan hidup spiritualnya. Hidup keagamaan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moril didalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan sebagaimana Tuhan menakdirkan (Hamid, 2008).

McSherry dan Jamieson (2011) menyarankan bahwa setiap pasien yang berada dirawat inap akan mengalami tekanan dan mengusulkan agar mempunyai strategi yang efektif dalam penanganan spiritual klien, karena diharapkan dapat membantu mengatasi mencari makna kesehatan bagi pasien.

Pandangan yang luas tentang spiritualitas penting bagi perawat untuk membuat kontribusi yang lebih berharga terhadap kesejahteraan menyeluruh


(26)

individu. Perawat sering ragu untuk mendiskusikan masalah spiritualitas klien karena mereka yakin tidak sesuai bagi mereka untuk berbagi keyakinan filosofi atau spiritual mereka dengan klien yang mengalami gejala kelemahan (Murray, Kendall, Boyd, Worth, Benton 2004).

Klien mencari perawat untuk jenis bantuan yang berbeda dibandingkan dengan yang dicari dari tenaga professional lainnya. Agar dapat efektif dalam memberikan perawatan spiritual, perawat harus mengetahui isyarat spiritual yang ditunjukan klien selama waktu penyembuhan, perubahan dan kehilangan. Hubungan penyembuhan terjadi ketika perawat mempunyai harapan bagi diri mereka sendiri dan bagi klien mereka; menemukan pemahaman yang dapat diterima tentang kebutuhan klien mereka; dan membantu klien dalam menggunakan dukungan social, emosional dan spiritual ( Potter & Perry, 2009).

Dalam penelitian David (2011), menunjukan bahwa kebutuhan spiritual merupakan hal yang umum dalam pelayanan kesehatan. Prevalensi kebutuhan spiritual telah ditemukan dibeberapa pelayanan kesehatan, pada departemen emergensi, Rumah Sakit, unit perawatan anak, unit rehabilitasi, klinik kanker, Perawatan dirumah (Leeuwen, Tiesinga ,Post, Jochemsen 2006).

Kepuasan pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran. Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistim pemberian pelayanan


(27)

yang efektif termasuk tingkat kepuasan pelanggan dan peningkatan kualitas pelayanan.

Pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam suatu rumah sakit berhubungan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasien selaku konsumen rumah sakit. Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada pasien sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat rumah sakit tersebut (Wiyono, 2002).

Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menciptakan kepuasan konsumen. Pelayanan berkualitas dalam konteks pelayanan di rumah sakit berarti memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarganya didasarkan pada standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarganya terhadap rumah sakit (Sabarguna, 2004).

Dari hasil penelitian Natsir (2008), mengenai hubungan antara penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di Rumah Sakit Haji Makassar didapatkan data bahwa responden dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan nilai cukup sebanyak 24 responden (80%), dan penerapan aspek spiritualitas perawat baik, tetapi terdapat responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien kurang dan penerapan aspek spiritualitas perawat baik sebanyak 0 (0%), sedangkan terdapat 4 (13.3%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien cukup dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang serta terdapat 2 (6.7%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tdak terpenuhi dan penerapan aspek spiritualitas perawat kurang.


(28)

Fitchett et al (2011), memeriksa adanya kebutuhan spiritual pada 50 pasien dan hasilnya ¾ pasien melaporkan memiliki tiga atau lebih kebutuhan spiritual selama dirumah sakit. Pada penelitian yang sama menunjukan bahwa banyak klien menginginkan perawatan yang professional untuk memenuhi kebutuhan spiritual mereka (Hermann, 2001)

Pada penelitian Anderson (2011) yang dilakukan pada 230 pasien pada penyakit diabetes type II ditemukan bahwa 88% melaporkan bahwa agama itu penting. Tujuh puluh dua persen melaporkan bahwa kebutuhan spiritual mereka ditemukan sangat minimal diberikan atau tidak sama sekali diberikan pada pemberi pelayanan medis (Balboni, 2011). Demikian pula, pada 100 klien yang dilakukan rehabilitasi rawat inap, 45% melaporkan bahwa mereka merasa tidak cukup diperhatikan kebutuhan spiritualnya selama mereka berada di ruangan (Anderson 2011).

Sebuah penelitian Narayanasamy 2004 menunjukan perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual pasien mereka, karena berbagai alasan. Salah satunya disebabkan banyak perawat tidak memahami secara utuh apa yang dimaksud dengan spiritualitas (Ross & Mcsheery 2004).

Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap perawat yang sudah lebih dari tiga tahun bekerja. Perawat A menyatakan bahwa pelayanan spiritual bagi semua pasien termasuk pasien Diabetes melitus sudah ada yang bertugas yaitu seorang ustadz yang merangkap seluruh pasien di rumah sakit tersebut. Saya


(29)

sebagai perawat sangat terbatas dalam memenuhi kebutuhan spiritual karena sibuk dengan pekerjaan keperawatan yang harus segera diselesaikan. Perawat E mengatakan saya kadang hanya memberi suatu dukungan rohani pada saat pasien stres atau dalam keadaan gawat saja. Saya tahu bahwa semua pasien membutuhkan pendampingan rohani. Perawat I mengatakan, saya pribadi merasa kurang mampu untuk memberi dukungan spiritual pada pasien, lebih baik orang lain saja.

Sedangkan perawat R menyatakan saya lebih senang kalau ustadz yang dapat memberikan pelayanan spiritual secara khusus kepada semua pasien termasuk pasien diabetes melitus. Selain itu peneliti melakukan survey di ruang perawatan dan menemukan data-data sebagai berikut : ketika ada pasien sedang dalam keadaan kritis, perawat lebih banyak melakukan observasi keadaan umum pasien, tidak mengajak untuk berdoa. Dan setelah keluarga meminta pendampingan rohani barulah perawat menghubungi ustadz untuk memimpin pelaksanaan doa ini. Ada juga keluarga pasien lansia minta didoakan, perawat langsung memanggil ustadz. Namun ada juga pasien yang sedang menghadapi sakratul maut, salah seorang perawat mengingatkan keluarga untuk berdoa. Selama melakukan pengamatan, peneliti tidak melihat pasien berdoa khusus bersama perawat. Perawat hadir berdoa bersama pasien ketika ada ustadz atau ada pemimpin agama. Berdasarkan wawancara dengan ustadz dan hasil pengamatan, ustadz tidak bisa memberikan pelayanan secara optimal karena ustadz melakukan tindakan pelayanan spiritual kepada semua pasien di rumah sakit islam malahayati medan.


(30)

Berdasarkan uraian dan permasalahan yang telah disebutkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Malahayati Medan.

1.2Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Malahayati Medan.

1.3Tujuan Tujuan umum

Mengetahui hubungan pelayanan spiritual yang diberikan perawat dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Malahayati Medan.

Tujuan khusus

• Mengetahui bagaimana pelayanan yang diberikan perawat dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

• Mengetahui bagaimana kepuasan pasien terhadap pelayanan spiritual yang diberikan perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1.4Hipotesis

Ada hubungan pelayanan spiritual yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.


(31)

1.5Manfaat Penelitian a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini untuk meningkatkan kinerja perawat di rumah sakit untuk mencapai tujuan pelayanan spiritual rumah sakit.

b. Bagi Penelitian Keperawatan

Diharapkan dengan penulisan ini dapat memperkaya bahasan masalah pelayanan spiritual di bidang keperawatan yang berhubungan dengan kinerja petugas keperawatan di rumah sakit

c. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya. d. Bagi Peneliti

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian tentang kepuasan pasien terhadap manajemen pelayanan sspiritual yang diberikan oleh perawat di rumah sakit.


(32)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Spiritual

Kata spiritual dibentuk dari kata spirit. Kata spirit berasal dari bahasa latin

spirits’ yang menghasilkan gambar kehidupan, napas, angin dan air (McSherry,

2006).

Kata ‘spirit’ berkaitan dengan hal-hal yang unik. ‘Spirit’ dari individu yang merupakan kekuatan hidup mereka, esensi dan energi dari keberadaan mereka. Ini adalah kekuatan yang berkembang didalam individu tersebut dan merupakan kemampuan untuk mengatasi hukum alam dan perintah dari kehidupan ini, yang memungkinkan akses ke dimensi yang misterius atau transenden ( diluar jangkauan). Spirit mengarahkan dan memotivasi individu untuk menemukan makna dan tujuan, memungkinkan ungkapan dalam semua aspek dan pengalaman hidup, terutama di saat krisis dan di saat dibutuhkan (McSherry, 2006).

Sedangkan istilah spiritual menurut Murray and Zentner didalam Mcsherry

(2006). Spiritualitas merupakan:

A quality that goes beyond religious affiliation, that strives for inspirations,

reverence, awe, meaning, and purpose, even in those who do not believe in any

good. The spiritual dimension tries to be in harmony with the universe, and strives

for answers about the infinite, and comes into focus when the person faces


(33)

Menurut Potter dan Perry 2009, spiritualitas adalah keadaan hidup. Sedangkan menurut Yani 2008 spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau Maha Kuasa.

Reed mengadopsi deskripsi yang sama tentang spiritualitas ketika dia menjelaskan bahwa secara khusus spiritualitas mengacu pada kecenderungan untuk membuat makna melalui rasa keterkaitan dengan dimensi yang melampaui diri sedemikian rupa yang memberdayakan dan tidak merendahkan individu. Keterkaitan ini mungkin dialami secara intrapersonal (sebagai keterhubungan dalam diri sendiri), interpersonal (dalam konteks lain dan lingkungan alam) dan transpersonal (mengacu pada rasa keterkaitan dengan gaib, Tuhan, atau kekuatan yang lebih besar dari sumber diri dan biasa). Definisi menurut Reed menunjukkan bahwa spiritualitas yang berkaitan dengan individu dan hubungannya dengan orang lain dan lingkungan, juga menegaskan pandangan bahwa spiritualitas melibatkan kesadaran sesuatu yang lebih besar atau di luar diri (sifat mistis yang melekat dalam setiap individu (McSherry, 2006).

2.1.1 Pelayanan Spiritual

Perawatan spiritual berusaha untuk memajukan wawasan dan pengetahuan tentang sikap orang-orang untuk hidup dengan menstimulasi komunikasi tersebut. Tujuan keseluruhan perawatan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Perawatan spiritual adalah profesi perawatan kesehatan yang memiliki cara pandang karena domainnya yang khusus.


(34)

2.1.2 Kebutuhan Spiritual

Stallwood dan Stoll dalam McSherry (2006), mendefinisikan kebutuhan spiritual sebagai:

Setiap faktor diperlukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dinamis pribadi seseorang dengan Tuhan (sebagaimana didefinisikan oleh individu itu) dan keluar dari hubungan itu untuk mengalami pengampunan, cinta, harapan, kepercayaan, makna dan tujuan dalam hidup.

Kebutuhan spiritual tidak murni terkait dengan agama atau kepercayaan terhadap Tuhan tetapi filosofi semantik terhadap kehidupan (mencari makna dan tujuan). Colliton (1981) menekankan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang menyentuh inti dari seseorang yang menjadi tempat pencarian makna pribadi.

Ini adalah peran para profesional perawatan kesehatan 'untuk membantu individu dalam memahami dan menemukan makna di saat terjadinya krisis seperti penerimaan diagnosis terminal, kehilangan orang yang dicintai, atau beradaptasi dengan kehidupan dengan cacat permanen.

McSherry (2006) menunjukkan bahwa kebutuhan spiritual dipandang sebagai persyaratan paling dalam pada diri sendiri. Jika seseorang mampu mengidentifikasi dan memenuhi persyaratan, maka ia dapat berfungsi secara harmonis, mencari makna, nilai, tujuan dan harapan dalam hidup bahkan saat hidup mungkin akan terancam. Shelly dan Ikan dalam mengidentifikasi tiga kebutuhan rohani:


(35)

a) kebutuhan akan makna dan tujuan b) kebutuhan akan cinta dan keterkaitan

c) kebutuhan untuk pengampunan (McSherry, 2006)

Highfield dan Cason (1983) dalam McSherry (2006) menggunakan pendekatan kebutuhan spiritual dalam penelitian deskriptif mereka menyelidiki kesadaran perawat bedah tentang kebutuhan spiritual.

Para peneliti mengidentifikasi empat kebutuhan spiritual: a) kebutuhan akan makna dan tujuan dalam hidup b) kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta c) kebutuhan akan harapan

d) kebutuhan akan kreativitas (McSherry, 2006)

Narayanasamy (2001) menyoroti masuknya kebutuhan spiritual lainnya dengan menerapkan konsep langsung ke keperawatan dan kemudian untuk perawatan kesehatan. Seperti penulis sebelumnya, dia mendaftarkan:

a. kebutuhan akan makna dan tujuan

b. kebutuhan akan cinta dan hubungan yang harmonis c. kebutuhan untuk pengampunan

d. kebutuhan untuk sumber harapan dan kekuatan e. kreativitas. (McSherry, 2006)


(36)

Gambar 2.1 Istilah yang berhubungan dengan spiritualitas McSherry ,2006

Arti dan tujuan

Kita semua memiliki keinginan dan kebutuhan untuk mengidentifikasi beberapa makna dalam hidup kita dan keberadaan yang akan membantu dalam menghasilkan motivasi atau tujuan, yang akan menyebabkan rasa pemenuhan. Pencarian ini dilakukan dalam masa sehat maupun sakit.

Cinta dan hubungan yang harmonis

Tanpa keintiman dan kenyamanan yang diperoleh dengan berbagi dengan orang lain - misalnya pasangan, rekan atau teman dekat, kita bisa merasa terisolasi, sendirian dan kehilangan sentuhan, keamanan dan cinta. Ini semua adalah kebutuhan penting yang berasal dari kontak pribadi dan keterlibatan

SPIRITUALITY

Spirit Spiritual

Needs

Spiritual Well-being

Spiritual Distress


(37)

dengan orang-orang. Namun, bisakah kasih yang sama dihasilkan atau dialami melalui kontak dekat dengan hewan dan penciptaan? Pengamatan telah dilakukan oleh beberapa siswa bahwa hubungan tidak selalu harmonis dan bahwa individu dapat tumbuh dan belajar dari semua pengalaman.

Membutuhkan pengampunan

Pada saat hidup akan terjadi hal yang mengganggu dan akan terjadi konflik .Namun, kemarahan dan rasa bersalah yang belum terselesaikan dapat menyebabkan hilangnya fisik, psikologis, sosial dan kesejahteraan spiritual. Oleh karena itu, untuk menjaga kesetimbangan, ada kebutuhan untuk mencoba dan menyelesaikan konflik dalam kehidupan dan pada waktu memaafkan

Membutuhkan sumber harapan dan kekuatan

Spiritualitas sering disebut sebagai sumber kekuatan batin dan keyakinan harapan. keyakinan seseorang, nilai-nilai dan sikap akankah membawa harapan pada orang, masa depan atau dari perspektif agama, seperti hidup yang kekal, yang memungkinkan individu untuk menimba kekuatan dari komitmen dan keyakinan mereka.

Kreativitas

Kemampuan untuk menemukan makna, ekspresi dan nilai dalam aspek kehidupan seperti sastra, seni, musik dan kegiatan lainnya, yang berasal dari sifat kreatif individu, menyediakan ekspresi dan makna serta sarana komunikasi. Kreativitas dapat berbentuk inspirasi, mengangkat emosi seseorang dan perasaan untuk keindahan hadir dalam bentuk kreasi.


(38)

Kepercayaan

Individu terisolasi dan diabaikan ketika kehilangan kepercayaan. Dipercaya dapat berbentuk diterapkan pada, teman-teman masing-masing keluarga, atau masyarakat - dunia pada umumnya. Kepercayaan adalah prasyarat untuk membangun persahabatan dan hubungan terapeutik. Dengan mengadopsi pendekatan ini, itu akan muncul bahwa kepercayaan adalah penting untuk eksistensi dan komunikasi. Dipercaya menyebabkan rasa nilai, harga diri dan penerimaan oleh orang lain.

Kemampuan untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dalam kehidupan adalah kebutuhan mendasar untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai. Kebutuhan ini dipupuk dalam masyarakat modern. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan keyakinan pribadi dan nilai-nilai dapat menyebabkan frustrasi dan akhirnya permusuhan.

Mempertahankan praktek-praktek kesejahteraan spiritual

Seperti kemajuan hidup kita, praktik kesejahteraan spiritual tertentu dapat dikembangkan dan dibentuk. Praktek ini dapat berasal dari dalam kerangka agama, seperti kebutuhan untuk doa sehari-hari atau menghadiri kebaktian gereja , masjid atau kuil. Namun, seorang individu mungkin telah tumbuh secara rohani melalui perjalanan waktu di daerah pedalaman atau dengan mengambil Keterlibatan dalam olahraga. Selama periode sakit atau rawat inap, akan ada kebutuhan untuk memastikan praktek tersebut terus bila memungkinkan.


(39)

2.1.3 Pelayanan spiritual oleh perawat

Ada banyak tingkat, di mensi, dan cara-cara untuk menyediakan seseorang menjadi pribadi yang utuh. Pendekatan yang menggabungkan keterampilan penilaian keperawatan dan adanya kehadiran. Tiga tingkat kehadiran dijelaskan sebagai berikut:

2.1.3.1 Kehadiran secara fisik

Perawat yang "berada di sana" untuk pasien dalam pelayanan fisik. Intervensi keperawatan banyak dilakukan pada tingkat ini, termasuk tugas-tugas rutin yang diresepkan untuk pasien. Cara di mana seseorang menyentuh lainnya mengkomunikasikan banyak makna: cinta, marah, tertekan, atau sedih semua dapat dikomunikasikan nonverbal. Tantangan bagi pemberi perawatan adalah untuk melepaskan masalah kehidupan pribadinya dalam pengalaman memberikan perawatan berfokus merawat klien.

2.1.3.2 Kehadiran Psikologis

Perawat menggunakan diri sebagai alat intervensi, "berada bersama" klien dalam lingkungan terapi yang memenuhi kebutuhan klien untuk bantuan, kenyamanan, dan dukungan. Mengenali sistem kepercayaan dan efeknya pada respon seseorang dengan kehidupan menjadi hal yang sangat penting dalam memahami tingkat kehadiran yang dibutuhkan dari sudut pandang kognitif. Hal ini berkaitan dengan tingkat mengetahui, yang meliputi intelektual berpikir, rasionalisasi, memori, dan komponen mental kesehatan. Kehadiran psikologis memberikan pemahaman, interpretasi, dan makna peristiwa-peristiwa kehidupan.


(40)

2.1.3.3 Adanya Terapi

Perawat yang berhubungan dengan klien secara keseluruhan menjadi untuk selalu ada, menggunakan semua sumber daya tubuh, pikiran, emosi, dan spirit. Dimensi kesejahteraan spiritual kehadirannya dialami sebagai cinta tanpa syarat, yang melepaskan dari penilaian, dan meyakini seseorang melakukannya sebaik mungkin dalam situasi tersebut. Ketika seseorang dikelilingi oleh cinta tanpa syarat, hal ini akan membutuhkan kehadiran.

2.1.4 Kualitas Kehadiran

Keterampilan menjadi hadir untuk orang lain berkembang sebagai perawat untuk memperoleh pengalaman profesional. Fokus awal untuk perawat baru mengembangkan tingkat keterampilan yang memadai untuk memberikan perawatan yang aman melalui tehnik dan praktek keterampilan dasar . Kedewasaan dalam profesi keperawatan meningkatkan sensitivitas dalam mengakui hubungan antara kehidupan seseorang dan kesehatan, serta persepsi tubuh seseorang sebagai perumpamaan. Dengan setiap tingkat pemahaman, sikap perawat bergeser dari "Apa yang bisa saya lakukan untuk bapak?", sebagai perawat telah mengambil mata kuliah dan menjelajahi konsep akan kehadiran, mereka telah mengidentifikasi kualitas akan kehadiran untuk menyertakan penerimaan tanpa syarat, kesabaran, cinta, sikap tidak menghakimi, pemahaman, keterampilan mendengarkan yang baik, kejujuran, empati, dan banyak lainnya.


(41)

Lima ciri khas akan kehadiran keperawatan meliputi: 1. Pengorbanan diri sendiri untuk orang lain

2. Mendengarkan informasi lainnya

3.Mengetahui mendapatkan hak istimewa berpartisipasi dalam pengalaman penyembuhan

4. Pemberian pelayanan kepada pasien

5. Berada dengan yang lain dalam cara yang orang lain yang dianggap penuh makna (Dossey, 2005)

McSherry (2004), studi ini menunjukkan bahwa tidak semua pasien akan hadir dengan kebutuhan rohani, atau bahkan mengangkat semua permasalahan yang eksistensial atau spiritual sebagai akibat dari penyakit mereka. Oleh karena itu, kita tidak dapat membuat asumsi dalam perawatan kesehatan bahwa semua pasien atau pengguna jasa akan mengembangkan atau hadir dengan kebutuhan rohani, atau bahwa mereka akan ingin membahas hal-hal yang bersifat spiritual dengan profesional perawatan kesehatan. Sebuah pendekatan sistematis pencatatan perawatan, atau dalam proses memberikan pengaman 'mekanisme penilaian dan evaluasi perawatan. Dalam beberapa tahun terakhir dalam (Anda mungkin ingin merenungkan inovasi yang berbeda dalam profesi Anda sendiri), berbagai jenis dan variasi dari rencana perawatan telah datang ke dalam keberadaan - misalnya, rencana perawatan inti (Cowell & Swiers 1997), jalur kritis atau pencatatan perawatan (Currie & Harvey 1998) dan rencana perawatan multidisiplin kolaboratif (Scott & Bowen 1997).


(42)

Meskipun munculnya metode-metode baru dari pencatatan perawatan , dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip pendekatan sistematis masih berlaku dan sangat penting bagi keberhasilan mereka. Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti menunjukkan bahwa perawatan kesehatan profesional menghadapi pasien dengan kebutuhan spiritual selama praktek sehari-hari mereka. Hasil penelitian tersebut menekankan pentingnya memiliki beberapa mekanisme untuk memastikan bahwa kebutuhan rohani pasien akan ditangani secara efektif dan bertemu dalam praktek perawatan kesehatan. (McSherry, 2004).

Secara ringkas, suatu pendekatan sistematis memungkinkan para profesional perawatan kesehatan untuk mengidentifikasi kesehatan masalah pasien atau kebutuhan pasien, menempatkan mereka dalam rencana sistematis perawatan yang individual dan berpusat pada pasien, terlepas dari kondisi yang mendasari si pasien. Diagram menggambarkan sifat siklus penilaian spiritual. Kami terus kembali menilai, melaksanakan dan mengevaluasi kembali pencatatan perawatan

2.2 Definisi diabetes

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme, dimana kemampuan tubuh untuk memanfaatkan glukosa, lemak dan potein terganggu karena kekurangan insulin atau resistensi insulin. Keduanya mengarah pada konsentrasi glukosa darah dan glukosuria. tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa dalam ketiadaan insulin dan mengacu pada lemak dan protein dalam upaya untuk memasok bahan bakar untuk energi. Karbohidrat diperlukan untuk metabolisme lengkap produk lengkap dan menengah dapat terakumulasi dalam darah yang


(43)

menuju ke ketosis, terutama pada diabetes tipe 1. Pemecahan protein dalam situasi ini menyebabkan bobot kerugian dan kelemahan dan memberikan kontribusi untuk pengembangan hyperglicemia dan lethargi. Ada jenis berbeda dari diabetes yang memiliki mekanisme penyebab yang berbeda yang mendasari dan presentasi klinis. Pada umumnya, orang muda insulin - kekurangan, sementara orang tua mungkin memiliki sekresi insulin cukup dan kadar plasma insulin, tetapi menunjukkan resistensi terhadap aksinya (Katon et al, 2010).

2.2.1 Pelayanan spiritual pada pasien diabetes

Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang menerima diagnosis diabetes dan bertanggung jawab untuk perawatan diri. Faktor-faktor yang termasuk adalah Usia, adanya pengetahuan tentang diabetes, keyakinan tentang kesehatan, tempat mengendalikan, dukungan keluarga, budaya.

Masa kesedihan diabetes menurut Ross Kubler di dalam Trisna Dunning (2003), mengartikan stress pada diabetes menyangkut kematian dan sekarat. Kurangnya pengetahuan, atau pengetahuan akurat tentang diabetes, menghasilkan esedihan dan penyangkalan adalah normal.

Gambar 2.1 adalah salah satu model dari "siklus stres dan kecemasan. Sifat tak terlihat dari kondisi - pada diabetes tipe 2 sering tidak ada munculnya gejala - dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan penolakan diagnosis. Denial tepat di awal perjalanan penyakit dan memungkinkan orang untuk mempertahankan sikap positif dan mengatasi dengan status kesehatan berubah.Waktu yang memadai diperbolehkan bagi orang untuk berduka atas


(44)

kerugian yang mereka anggap berhubungan dengan diabetes. Hilangnya spontanitas, gaya hidup, dan citra tubuh berubah. Namun, penolakan berkepanjangan dapat menghambat tindakan mandiri yang sesuai - pencatatan perawatan, menyebabkan orang untuk mengabaikan tanda-tanda peringatan dari masalah lain dapat menyebabkan kegagalan untuk mengikuti perjanjian medis meningkatkan risiko diabetes. Hal ini bisa sama dengan kejenuhan dari permintaan yang tak henti-hentinya hidup dengan diabetes dan menyumbang seringnya penggunaan pelayanan kesehatan dan kontrol tidak memadai dalam sejumlah orang yang muda dengan diabetes.

Penerimaan pasien diabetes berhadapan dengan nyeri yang dialami pasien, pasien DM biasanya akan mengalami rawat inap, sistem kesehatan termasuk keyakinan kesehatan profesional dan sikap, pengobatan seumur hidup akan mengakibatkan penerimaan pasien dengan penyakitnya, pasien DM akan mengalami perubahan body image, akan terjadi perubahan hubungan dengan teman / keluarga, fluktuasi kadar glukosa, emosional yang labil, perawatan dirumah sakit akan menyebabkan hilangnya kemandirian pasien.


(45)

Gambar 2.2 Model dari "siklus stres dan kecemasan pada pasien Diabetes (Trisna Dunning, 2010 Depression and Diabetes)

Diagnosis

Development of Shock Berontak

Complication Denial ‘Why me?’

Depresi ‘Tidak, bukan saya’

Acceptance with Other factors positive action Family support

Seeks information Socio-economic cultural background Takes responsibility Presence of complications

for care Health beliefs

Support and attitudes of health team Usual coping ability

Age of diagnosis.

Depression Bargaining


(46)

2.3 Kepuasan Pasien 2.3.1 Definisi

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya ( Pohan, 2004).

2.3.2 Indikator kepuasan pasien

Indikator kepuasan pasien pada pelayanan dapat diukur dengan: • Kepuasan terhadap akses layanan

Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan tentang sikap dan pengetahuan tentang sejauh mana kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat dibutuhkan. Adanya kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat, dan sejauhmana pasien mengerti bagaimana system layanan kesehatan itu bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan.

• Kepuasan terhadap mutu layanan

Adanya rasa kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan ditunjukan dengan adanya kompetensi dokter atau profesi layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien. Hal lain yang menimbulkan kepuasan adalah keluaran dari peyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan.


(47)

• Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia.

Hal ini akan ditentukan dengan melakukan pengukuran sejauh mana ketersediaan rumah sakit menurut penilaian pasien, persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan profesi layanan kesehatan lain, tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter, tingkat pengertian tentang kondisi dan diagnosis dan sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter atau rencana pengobatan.

• Kepuasan terhadap system layanan kesehatan

Kepuasan terhadap system layanan kesehatan ditentukan oleh sikap terhadap fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, system perjanjian termasuk menunggu giliran dan waktu tunggu, lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan.

2.3.3 Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien

Pasien rumah sakit dibagi menjadi dua kategori, pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap adalah petugas kantor penerimaan pasien rawat inap, petugas melayani dengan cepat, tepat tidak berbelit – belit, perawat instalasi rawat inap melayani dengan sopan, ramah dan tanggap, perawat menolong pasien dari kursi roda, perawat menghubungi dokter menanyakan tentang obat dan jenis makanan pasien, instalasi rawat inap tertata rapi, bersih dan nyaman, kelengkapan dan kebersihan peralatan yang dipakai, perawat memberi informasi tentang peraturan, waktu


(48)

makan, jenis makanan, waktu tidur, kunjungan dokter, perawat memberi kesempatan bertanya , penampilan perawat yang bertugas rapid an bersih serta bersikap mau menolong , perawat memperhatikan kebutuhan dan keluhan setiap pasien, perawat memperhatikan keluhan keluarga pasien, perawat berupaya menjaga privasi pasien selama berada dalam instalasi rawat inap, perawat selalu memberi obat pasien sesuai prosedur pemberian obat, perawat menanyakan tentang kecukupa n dan rasa makanan pasien serta makanan yang menjadi kesukaan/ tidak disukai pasien dan berupaya memenuhinya jika memungkinkan ( Pohan, 2004).

Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi pelayanaan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Faktor dari luar mencakup budaya, social ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi. Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu :

a. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.

b. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan merupakan aspek – aspek keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada


(49)

permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.

c. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat.

d. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan,kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf.

e. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.


(50)

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Keperawatan Holistik

Model yang paling komprehensif yang tersedia untuk memandu perawatan kesehatan utama adalah biopsycho sosial-spiritual model. Dalam model holistik, semua penyakit yang memiliki komponen psikosomatik, dan biologis, faktor psikologis, sosial, dan spiritual selalu berkontribusi untuk gejala-gejala penyakit pasien. Dimensi spiritual dalam model biopsycho-sosial-spiritual menggabungkan spiritualitas dalam konteks yang luas: nilai-nilai, makna, dan tujuan dalam hidup. Ini mencerminkan sifat manusia yang perduli, mencintai, kejujuran, kebijaksanaan, dan imajinasi. Konsep semangat menyiratkan suatu kualitas transendensi, sebuah kekuatan membimbing, atau sesuatu di luar diri dan melampaui individu perawat atau klien. Ini mungkin mencerminkan keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih tinggi. Bagi sebagian orang, semangat dapat menunjukkan perasaan sepenuhnya mistis atau kualitas dinamis yang mengalir dari kesatuan. Hal ini sulit didefenisikan, namun merupakan sebuah kekuatan vital secara mendalam yang dirasakan oleh individu. Roh manusia dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati, serta kesehatan dan penyakit.

Gambar 2.3 The Bio-Psycho-Social-Spiritual Model (Dossey,2005) MANUSIA


(51)

Setiap komponen dari model bio-psiko-sosial-spiritual saling tergantung dan saling terkait. Hal ini diperlukan untuk mengatasi semua komponen untuk mencapai hasil terapi yang optimal. Terlepas dari penyakit yang terlibat, teknologi yang dikembangkan, atau terapi yang digunakan, model bio-psiko-sosial-spiritual menyediakan peta jalan utama keseluruhan dalam merawat pasien secara keseluruhan .

Dua tantangan utama dalam keperawatan telah muncul di abad kedua puluh satu. Yang pertama adalah untuk mengintegrasikan konsep teknologi, pikiran, dan jiwa ke dalam praktek keperawatan, yang kedua adalah untuk menciptakan dan mengintegrasikan model untuk perawatan kesehatan yang memandu penyembuhan diri dan orang lain. Keperawatan holistik adalah cara yang paling lengkap untuk konsep dan praktek keperawatan profesional.

2.4.2. Elemen Spiritual

2.4.2.1 Keterhubungan dengan Sumber suci atau Tuhan

Sumber Suci mungkin dijelaskan sebagai orang, kehadiran, atau sebagai sebuah misteri yang melampaui kata-kata. Ketidakcukupan bahasa sangat jelas ketika kita mencoba untuk mendiskusikan atau menggambarkan apa yang ada di dalam dan di antara kita, namun di luar dan kekuatan yang lebih besar dari kita. Pikiran rasional kita tidak bisa memahami Tuhan, dan setiap deskripsi atau kata-kata yang digunakan untuk berbicara tentang Sumber Suci masih kurang. Tuhan jauh dari konsep apa pun yang dipikirkan manusia. Kata-kata dan deskripsi, bagaimanapun, alat-alat dari pikiran rasional yang bisa mengarahkan kita kepada


(52)

Tuhan atau Sumber Suci. Konsep Tuhan yang dikembangkan oleh pikiran rasional mungkin bersifat pribadi atau kelompok.

Menghubungkan dengan Sumber Suci bisa melibatkan hal-hal seperti doa, ritual, rekonsiliasi, dan ketenangan. Ajaran dari tradisi keagamaan menawarkan berbagai perspektif mereka sendiri dan pedoman bagaimana cara berhubungan dengan Sumber Suci. Memahami bagaimana orang mencari dan merasakan hubungan dengan Sumber Suci dan hambatan yang mungkin mereka hadapi adalah penting dalam memberikan perawatan spiritual (Dossey, 2005).

2.4.2.2 Keterhubungan dengan Alam

Spiritualitas sering diungkapkan pada pengalaman melalui rasa keterhubungan dengan alam, lingkungan,dan alam semesta. Hewan, burung, ikan, dan makhluk lainnya di bumi yang memberikan makna dan sukacita bagi orang-orang dari segala usia. Kesadaran semua bentuk kehidupan di bumi, dan tempat mereka dalam keteraturan alam, merupakan sumber hubungan dan apresiasi spiritual. Burung-burung, atau lebah dengan bunga-bunga semua menggambarkan keajaiban dari berbagai bentuk kehidupan yang sangat memberikan pengalaman spiritual. Kesadaran dari keterhubungan dengan bumi dan alam semesta. Individu bukan penenun dari jaringan kehidupan, melainkan masing-masing untai dalam jaringan tersebut. Apa yang mereka lakukan untuk jaringan mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Dengan demikian, apa yang terjadi pada bumi dan lingkungan mempengaruhi mereka, dan sebaliknya, pilihan dan tindakan mereka dalam segala hal mempengaruhi alam. Memahami keterkaitan antara roh dan materi dasar untuk


(53)

beberapa tradisi dan dikenal di beberapa tingkat dalam semua tradisi spiritual, khususnya di kalangan mistikus.

Banyak orang mengalami rasa hubungan dengan Sumber Suci melalui alam, terlepas dari latar belakang agama mereka. Orang sering mengekspresikan perasaan tertentu kedekatan dengan diri spiritual mereka saat berjalan di pantai, duduk di dekat pohon kesukaan mereka, melihat matahari terbenam, mendengarkan air yang mengalir, melihat api, merawat tanaman, dan sebaliknya mengalami tatanan alam. Alam bisa menjadi sumber kekuatan, inspirasi, dan kenyamanan, yang semuanya adalah atribut dari spiritualitas (Dossey, 2005).

2.4.2.3 Keterhubungan dengan Orang Lain

Spiritualitas diketahui dan dialami dengan adanya hubungan, dengan kenyamanan, dukungan, konflik, dan perselisihan yang menandai hubungan tersebut. Orang-orang mengekspresikan dan mengalami spiritualitas melalui apresiasi ikatan yang sama dengan seluruh umat manusia, dan hubungan khusus mereka dengan orang lain. Spiritualitas dibentuk dan dipelihara dalam pengalaman seseorang dalam masyarakat, dimulai dengan keluarga . Masyarakat, baik formal maupu n informal, di mana orang menjalani kehidupan mereka memberikan konteks untuk mengekspresikan rasa spiritual. Masyarakat memberikan kesempatan untuk berbagi perjalanan spiritual.

Orang sering berbicara tentang spiritualitas dalam hal hubungan mereka, baik harmonis dan tidak harmonis. Pembentukan, bekerja, memelihara, dan perbaikan hubungan adalah bagian penting dari spiritualitas seseorang . Berada


(54)

dengan orang lain dengan cara mencintai dan mendukung adalah sebuah ekspresi dari spiritualitas, seperti berjuang dengan hubungan yang menyakitkan dan sulit dengan keluarga, teman, dan kenalan. Hubungan yang memerlukan penyembuhan adalah hal yang penting untuk spiritualitas seperti halnya orang-orang yang memberikan dukungan dan kenyamanan.

Keterhubungan spiritual dengan orang lain baik dalam hal memberi dan menerima. keterbukaan untuk menerima cinta, hidup, dan Sumber suci adalah sikap spiritual. Memang, kehadiran yang sejati bahwa seseorang berbagi dengan yang lain, dengan kejujuran yang tersirat penuh kasih dan keintiman, adalah manifestasi dari spiritualitas. Spiritualitas dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan saat-saat khusus bersama dengan orang lain: saat sukacita, kesedihan, ritual, seksualitas, doa, bermain, semangat, kemarahan, perdamaian, dan kepedulian (Dossey, 2005).

2.4.2.4 Keterhubungan dengan Diri sendiri

Spiritualitas menanamkan kesadaran yang terus menerus tentang pentingnya menjadi diri sendiri. Kemampuan untuk berada dalam kesadaran yang mengalir dari jiwa adalah elemen penting dari keterkaitan dengan diri. Kesadaran untuk membuka pengalaman hidup di saat ini, hadir untuk tubuh-jiwa-pikiran mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk menerima semua aspek dari diri mereka sendiri tanpa penghakiman (Dossey, 2005).


(55)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian Wilfred McSherry, 2010

Biologi

Spiritual Manusia Psikologi

Sosiologi

Barbara Montgomeey Dossey, 2005

Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien tetapi peneliti hanya mengambil dari faktor pelayanan spiritual, dikarenakan ketidakmampuan peneliti untuk membahas seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien dan ternyata pelayanan spiritual yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit islam sekalipun masih sangat minim dilakukan oleh perawat. Elemen spiritual juga turut mempengaruhi pelayanan spiritual perawat dan kepuasan pasien dalam pelayanan spiritual.

Pelayanan Spiritual oleh perawat ;

• Kehadiran Fisik • Kehadiran Psikologi • Adanya Terapi

Kepuasan Pasien Diabetes Militus


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kuantitatif, dengan studi pendekatan cross sectional yang bertujuan mengetahui pengaruh pelayanan spiritual yang diberikan perawat terhadap kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Alasan pemilihan rumah sakit bahwa Rumah sakit Islam Malahayati Medan adalah rumah sakit yang mengadopsi paham keagaman. Sehingga memungkinkan dan memudahkan proses penelitian terutama dalam pengambilan dan menentukan partisipan. Peneliti juga telah praktek sebelumnya di rumah sakit Islam Malahayati Medan sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil data awal.


(57)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien dengan penyakit diabetes melitus yang berada di ruang rawat inap rumah sakit Islam Malahayati Medan. Alasan pemilihan pasien diabetes melitus karena diabetes termasuk penyakit kronis yang masalah kesehatan spiritualnya harus lebih diperhatikan. Populasi pasien diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit islam Malahayati Medan pada bulan Mei 2013 sebanyak 45 individu.

3.3.2 Sampel

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Adapun kriteria inklusi partisipan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi partisipan, mengalami penyakit diabetes militus , dirawat di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, kesadaran compos mentis, bisa berbahasa Indonesia, tidak mengalami gangguan mental dan mampu menceritakan masalah yang dialaminya.


(58)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksananaan peneliti pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan ijin yang diperoleh dikirimkan ketempat penelitian yaitu rumah sakit Islam Malahayati Medan. Setelah mendapat izin dari rumah sakit Islam Malahayati Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan self reported dengan cara pembagian kuesioner kepada responden dan metode pengumpulan data yang kedua adalah observasi dengan penggunaan lembar checklist. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah itu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 10 menit. Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. Kuesioner yang diadopsi telah diberi izin oleh Professor School of Nursing & Midwifery adult Nursing Faculty of Health Sciences in Staffordshire University. Kuesioner ini telah dilakukan proses Bilingual Traanslation.

Penggunaan check list tentang pelayanan spiritual yang dilakukan perawat kepada pasien dibuat sendiri oleh peneliti dengan pilihan jawaban ya dan tidak.


(59)

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan melihat konsep pelayanan spiritual. Ada dua pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak, apabila responden melakukan tindakan yang terdapat pada kuesioner maka dicentang pada kolom Ya dan sebaliknya apabila responden tidak melakukan tindakan yang terdapat pada kuesioner maka dicentang pada kolom Tidak. Observasi dilakukan 2 kali kepada perawat, dengan perawat yang sama serta jumlah perawat yang diobservasi sebanyak 12 orang dari 4 ruangan dan hasil observasi akan dicocokan dengan hasil kuesioner dan akan dibahas pada pembahasan.

3.4.1 Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabiltas terlebih dahulu dilakukan sebelum pengumpulan data, dengan tujuan kuesioner yang dipersiapkan layak digunakan dalam penelitian untuk mengetahui atau mengukur sejauhmana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas dalam suatu penelitian. Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji vaiditas dan reliabilitas. Uji validitas dengan mengukur korelasi antar item variabel menggunakan rumus tehnik korelasi

Pearson Product Moment Correlation Coeficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi >0,361 (valid) (Gozhali, 2005).

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien Alpha Crobach, apabila nilai Alpha Crobach > 0,60 maka alat ukur tersebut reliabel (Gozhali, 2005). Direncanakan akan dilakukan di salah satu


(60)

klinik perawatan mandiri atau dilakukan uji expert (ahli) oleh para ahli sesuai dengan bidangnya untuk menguji kelayakan kuesioner yang akan digunakan.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Haji Medan dengan alasan memiliki karakteristik pasien yang relatif sama. Hasil uji validitas variabel kepuasan pasien dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pada Instrumen Kepuasan Pasien

Variabel Nilai Corrected Item Total

Cronbach’s Alpha Keterangan

Kepuasan 1 0,583 Valid

Kepuasan 2 0,733 Valid

Kepuasan 3 0,462 Valid

Kepuasan 4 0,599 Valid

Kepuasan 5 0,631 Valid

Kepuasan 6 -.151 Tidak Valid

Kepuasan 7 0,591 Valid

Kepuasan 8 0,219 Tidak Valid

Kepuasan 9 0,399 Valid

Kepuasan 10 0,441 Valid

Kepuasan 11 0,750 Valid

Kepuasan 12 0,750 Valid

Kepuasan 13 0,733 Valid

Kepuasan 14 0,733 Valid

Kepuasan 15 -.100 Tidak Valid

Kepuasan 16 0,750 Valid

Kepuasan 17 0,377 Valid

Kepuasan 18 0,399 Valid

Kepuasan 19 0,399 Valid

Kepuasan 20 0,399 Valid

Kepuasan 21 0,568 Valid

Kepuasan 22 0,568 Valid

Kepuasan 23 0,593 Valid


(61)

Tabel lanjutan 3.1

Kepuasan 25 0,599 Valid

Kepuasan 26 0,566 Valid

Kepuasan 27 0,566 Valid

Reliabilitas 0,916 Reliabel

Pada Tabel 3.1 diatas dapat diperoleh bahwa dari seluruh variabel Kepuasan Pasien sebanyak 27 pernyataan ada 3 pernyataan yang tidak mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha 0,916, sehingga 3 pernyataan yang tidak valid tersebut dihilangkan dari kuesioner maka dapat disimpulkan bahwa 24 pernyataan variabel kepuasan pasien valid dan reliabel. Untuk variabel pelayanan spiritual karena peneliti mengadopsi dari peneliti sebelumnya maka telah didapatkan bahwa dari 17 pernyataan dinyatakan reliabel dengan nilai cronbach alpha 0,6443.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen dan Independen

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : a) Variabel Dependen : Kepuasan Pasien Diabetes melitus


(62)

3.5.2 Definisi Operasional

Kepuasan pasien diabetes melitus adalah perasaan yang sama atau melebihi harapan pasien yang mengalami gangguan produksi insulin yang disebabkan oleh kerusakan pankreas dalam hal mendapatkan pelayanan spiritual.

Pelayanan spiritual perawat adalah memberikan perawatan pada pasien dengan memenuhi kebutuhan rohani atau batinnya yang mencakup memberikan perawatan dalam hal memaknai arti dan tujuan hidup, adanya rasa cinta baik dari keluarga maupun orang yang didekat pasien, tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhan, adanya harapan untuk kembali sembuh.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengkuran Variabel Independen/ bebas 1. Pelayanan Spiritual

Variabel pelayanan spiritual terdiri dari 17 butir pernyataan. Kuesioner ini diadopsi dari spirituality and spiritual care rating scale (SSCRS) yang

dikembangkan oleh Wifred McSherry (1997), dan sudah dilakukan proses

Bilingual dan Back Translation dengan menggunakan dua orang penerjemah. penerjemah Bilingual Transation adalah berkebangsaan Indonesia yang ahli dalam berbahasa Inggris dan penerjemah yang melakukan Back Translation

adalah orang berkebangsaan Amerika yang fasih berbahasa Indonesia. Instrumen ini menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban yang menggunakan 5 alternatif, yaitu sangat tidak setuju (bernilai 0), tidak setuju (bernilai 1), ragu - ragu (bernilai 2), setuju (bernilai 3), sangat setuju (bernilai 4), maka diperoleh


(63)

skor terendah 0 dan skor tertinggi 68. Berdasarkan rumus statistik Sudjana (2005),

p adalah rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu sebesar 68. Dan banyak kelas dibagi menjadi tiga kategori kelas untuk Pelayanan Spiritual, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 22. Dengan p = 22 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pelayanan spiritual yang diterima di rumah sakit Islam Malahayati Medan dikategorikan sebagai berikut:

Baik (2) = Bila responden menjawab dengan skor 45 – 68, mendapat nilai 65% - 100% dari total penilaian.

Cukup (1) = Bila responden menjawab dengan skor 23 – 44, mendapat nilai 34% - 64% dari total penilaian.

Buruk (0) = Bila responden menjawab dengan skor 0 – 22, mendapat nilai 0% - 32% dari total penilaian.

3.6.2 Metode Pengkuran Variabel Dependen/ Terikat 1. Kepuasan Pasien

Variabel kepuasan pasien terdiri dari 24 Pernyataan. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban yang menggunakan 5 alternatif, yaitu tidak pernah (bernilai 0), kadang-kadang (bernilai 1), cukup sering (bernilai 2), sering (bernilai 3), sangat sering (bernilai 4). Nilai terendah yang dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 96. Berdasarkan rumus statistik Sudjana (2005), p adalah rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu


(64)

sebesar 108. Dan banyak kelas dibagi menjadi empat katagori kelas untuk kepuasan pasien, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 24. Dengan p = 24 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka kepuasan pasien terhadap pelayanan spiritual yang diterima di rumah sakit Islam Malahayati Medan dikatagorikan sebagai berikut:

Sangat Puas (4) : Bila responden menjawab dengan skor 72– 96, mendapat nilai 76% - 100% dari total penilaian.

Puas (3) : Bila responden menjawab dengan skor 48 – 71, mendapat nilai 51% - 75% dari total penilaian.

Tidak Puas (2) : Bila responden menjawab dengan skor 24 – 47, mendapat nilai 26% - 50% dari total penilaian.

Sangat tidak puas (1) : Bila responden menjawab dengan skor 0 – 23, mendapat nlai 0% - 25% dari total skor.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data meliputi pengolahan data dan analisis data terhadap kuesioner maupun observasi, seperti berikut:

a. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui secara deskriptif variabel yang diteliti kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui karakteristik dan distribusi data

b. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan masing – masing variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah Chi Square dengan tingkat kemaknaan p< 0,05.


(65)

3.8Pertimbangan Etik

Kegiatan diawali dengan perizinan resmi dari pihak Fakuktas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kepada pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti lebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden dalam klien yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Bahwa responden dilindungi dari berbagai aspek dalam penelitian ini (Polit & Hungler, 2001) yaitu 1) Self determination

yaitu peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak bersedia menjadi responden; 2) Privacy yaitu peneliti meyakinkan responden bahwa data yang terkumpul tidak akan disebarluaskan oleh peneliti; 3) Anonimity yaitu peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan memberikan kode pada setiap instrument; 4) Confidentiality yaitu peneliti berjanji merahasiakan informasi yang didapatkan dan data yang terkumpul hanya digunakan untuk penelitian; 5) Protection from discomfort yaitu peneliti mengupayakan kenyamanan responden tidak terganggu; 6) Referred yaitu mengadakan rujukan jika diperlukan responden yang memperlihatkan tanda-tanda keluhan psikososial yang diakibatkan kuesioner.; 7) Informed consent yaitu responden menyetujui maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Peneliti akan mengajukan ke komite etik penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik (ethical clearence).


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Islam Malahayati merupakan rumah sakit non Pendidikan bertempat di Jalan Diponegoro No. 4 Medan . RSIM ini berdiri di lahan 1.000 m2. Rumah Sakit Islam Malahayati adalah Rumah Sakit Swasta yang bergerak dalam bidang pelayanan medis atau kesehatan masyarakat, dengan maksud dan tujuannya adalah untuk membantu pemerintah serta melayani masyarakat dalam bidang peningkatan derajat kesehatan baik kesehatan jasmani, rohani maupun sosial. Rumah Sakit ini berkembang menjadi Rumah Sakit Swasta yang berada di lingkungan Yayasan Rumah Sakit Islam Malahayati dan berada di bawah pimpinan direktur RSIM.

Pada tanggal 4 April 1974 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan kamar Bedah yang dianggap sebagai awal dibangunnya Rumah Sakit Islam Malahayati, bertepatan dengan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1395 H (14 Januari 1975) Rumah Sakit ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara yang pada waktu itu dijabat oleh Alm. Bapak Marah Halim dengan nama Rumah Sakit Islam Malahayati. Seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan memeluk agama Islam, sehingga setiap perawat yang mendaftar dengan agama lain selain agama islam akan ditolak dikarenakan Rumah Sakit ini menganut kepercayaan islami, hal ini telah diturunkan dari sejarah Rumah Sakit ini.


(67)

Pimpinan tertinggi keperawatan adalah kepala seksi keperawatan , yang membawahi 9 kepala ruangan rawat inap. Seksi keperawatan bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan uraian tugas pelayanan keperawatan, termasuk pelayanan spiritual. Namun belum ada kebijakan tertulis yang mengatur pemberian pelayanan spiritual, tetapi seksi keperawatan selalu mengingatkan dan mewajibkan setiap perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan melaksanakan pelayanan spiritual seperti wajib memberikan salam kepada pasien, senyum, selalu memberikan semangat, membantu dalam mengerjakan ibadah dan pelayanan spiritual yang lain. Untuk pelayanan secara umum tingkat kepuasan pasien diatas 80% setiap bulannya, tetapi belum pernah dilakukan survey kepuasan pasien dalam hal pelayanan spiritual. BOR (Bed Occupation Rate) setiap bulan mencapai angka 100%.

Pelayanan spiritual diberikan setiap saat pasien membutuhkan pelayanan tersebut, seperti ketika pasien membutuhkan perawat membantu mengambil wudhu atau berdoa bersama pasien dipersilahkan untuk memanggil perawat. Lain halnya dengan ustadz yang sudah mempunyai jadwal setiap pagi memberikan doa kepada seluruh pasien. Materi pemberian pelayanan spiritual yang dilakukan ustadz adalah memberikan doa kesembuhan kepada pasien dan memberi motivasi untuk kesembuhan pasien. Tidak ada perawat yang ditunjuk khusus untuk melakukan pelayanan spiritual , seluruh perawat mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan spiritual di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Pelayanan spiritual diberikan kepada seluruh pasien termasuk pasien diabetes melitus dan jumlah pasien diabetes melitus termasuk pasien yang mendominasi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Pada saat penelitian jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 50 orang. Penyakit diabetes melitus termasuk penyakit kronis


(68)

dimana penyakit ini tidak akan sembuh dan akan merubah body image pasien, sehingga sangat diperlukan pelayanan spiritual bagi pasien diabetes melitus.

4.2 Karakteristik Responden di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Pada penelitian ini, karakteristik responden di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang dilihat meliputi jenis kelamin, menunjukan bahwa berdasarkan jenis kelamin, proporsi jenis kelamin responden tertinggi pada kelompok laki – laki yaitu sebanyak 24 orang (53,3%), sedangkan perempuan sebanyak 21 orang (46,7%). Berdasarkan status pernikahan, yaitu status menikah sebanyak 31 orang (68,9%), janda sebanyak 10 orang (22,2%), sedangkan duda sebanyak 3 orang (6,7%), dan yang belum menikah sebanyak 1 orang (2,2%). Berdasarkan umur, yaitu umur 71-80 sebanyak 20 orang (44,4%), 61-70 sebanyak 10 orang (22,2%), sedangkan umur 81-90 sebanyak 8 (17,8%), dan umur 51-60 sebanyak 7 orang (15,6%). Berdasarkan pendidikan, pasien dengan pendidikan tidak bersekolah sebanyak 18 orang (40%), pendidikan SMP sebanyak 11 orang (24,4%), pendidikan SMA sebanyak 9 orang (20%), sedangkan pasien yang berpendidikan S1 sebanyak 4 orang (8,9%), dan pasien yang berpendidikan S2 sebanyak 1 orang (2,2%). Berdasarkan penghasilan pasien setiap bulannya, maka didapatkan bahwa, pasien dengan penghasilan < 1.500.00 sebanyak 16 orang (35,5%), penghasilan > 3000.000 sebanyak 24 orang (53,3%), dan pasien dengan penghasilan 1.500.000 – 3000.000 sebanyak 5 orang (11,1%), secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:


(69)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ( n = 45)

No Karakteristik Responden F %

1. Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan

24 21

53,3 46,7

2. Status Pernikahan

Belum Menikah Menikah Janda Duda 1 31 10 3 2,2 68,9 22,2 6,7

3. Umur

51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90

7 10 20 8 15,6 22,2 44,4 17,8

4. Pendidikan

Tidak Bersekolah SD SMP SMA S1 S2 18 2 11 9 4 1 40 4,4 24,4 20,0 8,9 2,2

5. Penghasilan

< 1.500.000

1.500.000 – 3000.000 > 3000.000 16 5 24 35,6 11,1 53,3


(70)

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Kepuasan pasien Diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Distribusi frekuensi Kepuasan Pasien Diabetes melitus di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Kepuasan pasien ditemukan sebagian besar kepuasan pasien yaitu sangat puas yaitu sebanyak 36 orang (80%), kepuasan pasien puas yaitu sebanyak 9 orang (20%), dan tidak ditemukan kepuasan pasien tidak puas dan sangat tidak puas seperti pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ( n = 45)

No Kepuasan Pasien N %

1. Sangat Puas 36 80,0

2. Puas 9 20,0

3. Tidak Puas - -

4. Sangat Tidak Puas - -

Kepuasan pasien terdiri 24 pernyataan, seluruh pernyataan responden yang berisi kepuasan pasien secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Jawaban Pernyataan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

No Pernyataan TP (Tidak Pernah) Kd (Kadang – Kadang) CS (Cukup Sering) S (Selalu) SS (Sangat Sering) Total

1. Perawat menunjukan ekspresi senang saat mengunjungi saya

- - - 13

(28,9%)

32 (71,1%)

45 100%

2. Perawat mengucapkan salam ketika memasuki ruangan tempat saya dirawat

- - - 10

(22,2%)

35 (77,8%)

45 100%


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)