122 3. Apabila Perseroan ternyata tidak menyediakan dana secukupnya untuk pembayaran Cicilan
Imbalan Ijarah dan pembayaran kembali Sisa Imbalan Ijarah setelah lewat Tanggal Pembayaran Cicilan Imbalan Ijarah atau Tanggal Pembayaran Kembali Sisa Imbalan Ijarah, maka Perseroan
harus membayar Kompensasi Kerugian Akibat Keterlambatan atas kelalaian membayar jumlah Sisa Imbalan Ijarah danatau Cicilan Imbalan Ijarah atas Imbalan Ijarah. Kompensasi Kerugian
Akibat Keterlambatan yang dibayar oleh Perseroan yang merupakan hak Pemegang Sukuk Ijarah, oleh Agen Pembayaran akan diberikan kepada Pemegang Sukuk Ijarah secara proporsional
berdasarkan besarnya Sukuk Ijarah yang dimilikinya.
Kompensasi kerugian atas keterlambatan tersebut dihitung harian berdasarkan jumlah hari yang telah lewat, sampai dengan pelunasan atau pembayaran jumlah yang wajib dibayar Perseroan
dilaksanakan. Untuk menghitung kompensasi kerugian atas keterlambatan dilakukan perhitungan hari yang terlewat yaitu 1 satu tahun adalah 360 tiga ratus enam puluh Hari Kalender dan 1
satu bulan adalah 30 tiga puluh Hari Kalender. Kompensasi kerugian atas keterlambatan yang dibayar oleh Perseroan yang merupakan hak Pemegang Sukuk Ijarah, oleh Agen Pembayaran
akan diberikan kepada Pemegang Sukuk Ijarah secara proporsional berdasarkan besarnya Sukuk Ijarah yang dimilikinya.
4. Seorang atau lebih Pemegang Sukuk Ijarah yang mewakili sedikitnya 20 dua puluh persen dari jumlah Sisa Imbalan Ijarah yang masih belum dibayar di luar dari jumlah Sisa Imbalan Ijarah yang
dimiliki oleh Perseroan danatau Perseroan Terailiasi mengajukan permintaan tertulis kepada Wali Amanat Sukuk Ijarahagar diselenggarakan RUPSI dengan memuat acara yang diminta dengan
melampirkan asli KTUR dari KSEI yang diperoleh melalui Pemegang Rekening, kecuali ditentukan lain oleh Wali Amanat Sukuk Ijarah, dengan ketentuan terhitung sejak diterbitkannya KTUR, Sukuk
Ijarah akan dibekukan oleh KSEI sejumlah Sukuk Ijarah yang tercantum dalam KTUR.
Pencabutan pembekuan Sukuk Ijarah oleh KSEI tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan secara tertulis dari Wali Amanat Sukuk Ijarah.
5. Melalui Keputusan RUPSI, Pemegang Sukuk antara lain berhak melakukan tindakan sebagai berikut:
a. mengambil keputusan sehubungan dengan usulan Pemegang Sukuk Ijarah bersifat utang mengenai perubahan jangka waktu Sukuk Ijarah, Sisa Imbalan Ijarah, suku Imbalan Ijarah,
perubahan tata cara atau periode pembayaran Imbalan Ijarah, dan ketentuan lain dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah.
b. menyampaikan pemberitahuan kepada Wali Amanat SukukIjarah, memberikan pengarahan kepada Wali Amanat SukukIjarah, danatau menyetujui suatu kelonggaran waktu atas suatu
kelalaian berdasarkan Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah serta akibat-akibatnya, atau untuk mengambil tindakan lain sehubungan dengan kelalaian;
c. memberhentikan Wali Amanat Sukuk Ijarah dan menunjuk pengganti Wali Amanat Sukuk Ijarah menurut ketentuan-ketentuan Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah;
d. mengambil tindakan yang dikuasakan oleh atau atas nama Pemegang Sukuk Ijarah termasuk dalam penentuan potensi kelalaian yang dapat menyebabkan terjadinya kelalaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah dan Peraturan No.VI.C.4; e. Wali Amanat bermaksud mengambil tindakan lain yang tidak dikuasakan atau tidak termuat
dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah atau berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
G. KELALAIAN PERSEROAN
1. Dalam hal terjadi salah satu keadaan atau kejadian yang disebutkan dalam butir 5 di bawah dan keadaan atau kejadian tersebut berlangsung selama 15 lima belas Hari Kerja setelah diterimanya
teguran tertulis dari Wali Amanat Sukuk Ijarah tanpa adanya upaya perbaikan yang mulai dilakukan oleh Perseroan dengan tujuan untuk menghilangkan keadaan tersebut, maka:
a. Wali Amanat Sukuk Ijarah berhak memberitahukan kejadian tersebut kepada Pemegang Sukuk
Ijarah melalui 1 satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional dan 1 satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang setidaknya berperedaran lokal di
tempat kedudukan Perseroan;
123 b. Wali Amanat Sukuk Ijarah berhak menyatakan bahwa karenanya seluruh Imbalan Ijarah
menjadi seketika jatuh tempo dan dapat ditagih; dan c.
Wali Amanat Sukuk Ijarah juga atas pertimbangannya sendiri berhak memanggil RUPSI menurut ketentuan dan tata cara di dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah dan didalam RUPSI
tersebut, Wali Amanat Sukuk Ijarah akan meminta Perseroan untuk memberikan penjelasan sehubungan dengan kelalaiannya tersebut.
2. Apabila RUPSI tidak dapat menerima penjelasan dan alasan-alasan Perseroan, atau apabila Perseroan tidak dapat memberikan suatu penjelasan apapun juga kepada RUPSI, maka RUPSI
dapat pada saat yang sama menentukan langkah-langkah yang harus diambil terhadap Perseroan sehubungan dengan Sukuk Ijarah.
3. Jika RUPSI memutuskan agar Wali Amanat Sukuk Ijarah melakukan tindakan-tindakan hukum untuk memaksakan penagihan kepada Perseroan, maka Wali Amanat Sukuk Ijarah dalam waktu
yang ditentukan dalam keputusan RUPSI tersebut harus mengajukan tagihan dan melakukan tindakan-tindakan hukum berkaitan dengan penagihan tersebut kepada Perseroan.
4. Segala biaya yang berkaitan dengan tindakan pemanggilan dan penyelenggaraan RUPSI, dan tindakan hukum yang dilakukan sehubungan dengan Kejadian Kelalaian tersebut akan ditanggung
dan wajib digantikan oleh Perseroan. 5. Kejadian Kelalaian atau cidera janji yang dimaksud dalam butir 1 mencakup salah satu atau lebih
dari keadaan atau peristiwa di bawah ini: a. Perseroan lalai membayar Sisa Imbalan Ijarah pada Tanggal Pembayaran Kembali Sisa
Imbalan Ijarah danatau Cicilan Imbalan Ijarah pada Tanggal Pembayaran Cicilan Imbalan Ijarah kepada Pemegang Sukuk Ijarah; atau
b. Perseroan lalai melaksanakan atau mentaati salah satu atau lebih ketentuan dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah yang secara material berakibat negatif terhadap kemampuan
Perseroan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah; atau
c. Perseroan dibubarkan selain dari pembubaran karena penggabungan atau dinyatakan dalam keadaan pailit; atau
d. apabila pengadilan atau instansi pemerintah yang berwenang telah menyita atau mengambil alih dengan cara apapun juga semua atau sebagian besar harta benda Perseroan atau telah
mengambil tindakan yang menghalangi Perseroan untuk menjalankan sebagian besar atau seluruh usahanya sehingga mempengaruhi secara material kemampuan Perseroan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah; atau
e. apabila sebagian besar hak, izin dan persetujuan lainnya dari Pemerintah Republik Indonesia yang dimiliki Perseroan danatau Anak Perusahaan dibatalkan atau dinyatakan tidak sah, atau
Perseroan danatau Anak Perusahaan tidak mendapat izin atau persetujuan yang disyaratkan oleh ketentuan hukum yang berlaku, yang secara material berakibat negatif terhadap
kelangsungan usaha Perseroan dan mempengaruhi secara material terhadap kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam Perjanjian
Perwaliamanatan Sukuk Ijarah; atau
f. apabila keterangan-keterangan dan jaminan-jaminan Perseroan tentang keadaan atau status korporasi atau keuangan Perseroan danatau pengelolaan Perseroan secara material
tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak benar adanya, termasuk pernyataan dan jaminan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk Ijarah; atau
g. apabila Perseroan danatau Anak Perusahaan dinyatakan lalai sehubungan dengan suatu perjanjian utang antara Perseroan danatau Anak Perusahaan dengan salah satu krediturnya,
baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, dalam jumlah fasilitas yang setara dengan atau lebih tinggi dari 10 sepuluh persen dari pendapatan revenues atau
20 dua puluh persen dari ekuitas Perseroan, tergantung mana yang lebih kecil; atau
h. Perseroan atau Anak Perusahaan berdasarkan perintah pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap diharuskan membayar sejumlah dana kepada pihak ketiga yang apabila
dibayarkan akan mempengaruhi secara material terhadap kemampuan Perseroan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam Perjanjian Perwaliamanatan Sukuk
Ijarah.